1.6 Terlalu Tiba-tiba Untuk Percaya

27 6 0
                                    

'Sesuatu yang teramat dicintai itu memang selalu sulit didapatkan. Entah karena dijadikan ujian, atau dijadikan pembelajaran dalam mengikhlaskan'
.
.
.


Sejak perkataan Jungkook di lapang tadi, entah kenapa runtuh segala pertahanan Jiran selama ini. Cewek itu mulai menjeduk-jedukan kepala ke atas meja, sejak itu tiap ngelihat Jungkook pikiran Jiran mulai ngawur kemana-kemana. Jantungnya juga kayak jadi orang yang habis lari marathon, mendadak deg-degan gak jelas.

Tapi mengingat tingkah absurd Jungkook selama ini, Jiran terus menggeleng. Menolak perasaan yang muncul tiba-tiba yang bikin gempar jiwa dan pikirannya. Ia hanya meringis, "ini gak mungkin banget. Kok bisa sih? Nggak, pasti ini cuma efek lama nggak ketemu nih. Pasti. Makanya aneh gini." ucap Jiran lantas melirik ke arah Jungkook untuk memastikan jantungnya normal-normal saja.

Namun begitu dilirik, Jungkook yang tengah mengobrol dan tertawa bersama Bobby entah kenapa mendadak terasa bersinar di mata Jiran. Bikin muka Jiran mendadak panas. Cewek itu segera memalingkan kembali pandangannya lalu menelungkupkan wajah di atas tangan yan ia simpan di meja, "ih apaan sih. Kok... Si Juki... Ganteng sih? Gila, gila. Gue ngomong apa barusan? Haha... Gue pasti udah gila ini mah. Ini mata gue kelelahan apa gimana? Duh mana jantung gue gak berhenti dag dig dug gak jelas lagi. Ngeselin banget." gumam Jiran sibuk sendiri.

Irene dan Jisoo yang melihat itu saling lirik lalu menggelengkan kepala. Baru sadar juga teman mereka ini sama perasaannya sendiri. Tapi Irene tak bisa tinggal diam, cewek itu gemas pengen menggoda, "oi, Jungkook, si Jiran nih sakit panas dingin, kayaknya dia meriang." teriaknya membuat Jungkook mendekat dan Jiran segera mengangkat wajahnya.

Jiran membulatkan mata ke arah Irene. Saat ini Jiran perlu istirahat, dia perlu jauh-jauh dulu dari Jungkook untuk menetralkan perasaannya. Tapi kayaknya temannya sengaja menutup mata agar Jiran kesiksa. Laknat sekali memang.

"Lo gak papa Ran?" tanya Jungkook begitu sampai segera menempelkan telapak tangannya di dahi Jiran.

Jiran yang mendapat perlakuan mendadak begitu, entah kenapa tiba-tiba menahan nafas. Cewek itu merasa di jantungnya tengah dipasang granat yang siap meledak dan melelehkannya kapan saja. Dengan salah tingkah, Jiran menepis tangan Jungkook berusaha bersikap seperti biasa, "Gu-gue gak papa, tahu. Awas ah, gue mau ke toilet." katanya lalu segera lari keluar kelas. Bisa gawat kalau dia tetap di dalam.

Irene dan Jisoo yang melihat itu segera terbahak. Duh Jiran, tingkahnya aja kayak yang udah ahli urusan hati tapi begitu suka sungguhan, kelihatan deh tingkah aslinya.

Jungkook yang merasa lagi-lagi di tolak, beringsut mundur. "apalah artinya kegantengan gue  ini kalau Jiran makin jijik aja ke gue setiap harinya?" ucapnya dramatis membuat Irene meringis. Satu lagi masalahnya, cowok itu selalu gak peka kalau sebenernya Jiran juga diam-diam menyukainya.

Jungkook yang hendak berlalu kembali ditarik oleh Jisoo di bagian kerah kemejanya. Jungkook mendengus, "gue emang imut sih. Tapi gue bukan kucing, oi! Lo narik gue kek narik sampah aja."

Jisso tak menghiraukan gerutuan Jungkook. Cewek itu hanya melirik jengah lantas menggelengkan kepala, seakan mengisyaratkan jika Jungkook ini sudah sangat miris kehidupan percintaannya.

Tiba-tiba dua tiket di sodorkan di hadapan wajah Jungkook, "tuh, ajak dia nonton. Tadinya gue beli buat nonton bertiga malam ini. Tapi lo pake aja, gue ada keperluan mendadak." kata Jisoo lantas kembali duduk dan kembali larut dalam aktifitasnya membaca buku.

Jeda × Jungkook BTS [Tamat] Onde histórias criam vida. Descubra agora