#19 Isi Hati Fakhri

96.1K 11.8K 252
                                    

"Ketika cinta yang sudah lama ditanam ingin diwujudkan dengan niat baik, lantas masih bisakah hati baik-baik saja jika keinginan untuk bersamanya harus direnggut kenyataan?"

Fakhri Alfarazel 

-Bukan Aku yang Dia Inginkan-

Karya storyhusni_

###


Membuka pintu, Fakhri masuk ke kamar sambil mengusap wajah frustrasi. Tubuhnya ia jatuhkan ke kasur dengan mata yang kini menatap lurus langit-langit kamar. Embusan napas berat lolos dari bibirnya. Bahkan ini bukan sekali, namun sudah berulang kali Fakhri menyakiti hati itu dengan sengaja. Luka itu benar-benar membuatnya sangat jauh. Jauh dari sikap yang tidak seharusnya. Tekad untuk melupakan Arisha dan menerima Aiza hanya sebatas ucapan belaka.

Fakhri menggeram kesal. Rasa cinta kepada Arisha sampai detik ini benar-benar menutup hatinya untuk menerima Aiza sebagai istrinya. Ia sudah lama menaruh hati pada Arisha yang membuat hatinya kian bergetar sejak awal masuk universitas.

Pikirannya tertarik akan kejadian beberapa bulan lalu. Tiga tahun berlalu ketika rasa itu masih tersimpan rapi, ia yang telah diwisudai dan mendapatkan gelar yang disandangnya di usia muda memutuskan mengkhitbah Arisha malam senin. Tepat jam tujuh malam, setelah salat Magrib ia dan orangtuanya mendatangi kediaman Arisha. Senyumnya bahkan tidak pernah pudar saat itu. Hatinya kian berdesir walau di satu sisi juga takut akan jawaban Arisha.

Lima belas menit perjalanan mereka sampai di rumah Arisha. Dengan degupan jantung yang berdetak kencang, Fakhri bersama orangtuanya melangkah menuju pintu rumah Arisha yang saat itu terbuka. Namun, begitu masuk ia malah dikejutkan dengan kehadiran Rifqi- senior kampusnya yang tengah di sana bersama kedua orangtuanya.

"Jadi Arisha bagaimana jawabanmu?"

Ingin sekali rasanya saat itu Fakhri mengatakan jangan pada Arisha. Namun bibirnya terasa kelu, napasnya tertahan seiring hati yang tidak bisa ia definisikan.

"Dengan menyebut nama Allah, Arisha "

Jangan Arisha, kumohon.

Ketika cinta yang sudah lama ditanam ingin diwujudkan dengan niat baik, lantas masih bisakah hati baik-baik saja jika keinginan untuk bersamanya harus direnggut oleh kenyataan? Fakhri tidak yakin hatinya akan baik-baik jika hal itu terjadi.

"Menerima Kak Rifqi sebagai pelengkap hidup Arisha."

Rasa sesak nyatanya kian memenuhi rongga hatinya. Oksigen seolah terasa hilang dari sekitarnya. Nyeri, mungkin itulah gambaran hatinya saat itu. Fakhri bahkan tidak tahu lagi bagaimana mengambarkan hatinya yang tidak berbentuk tak berkesudahan, seakan hatinya baru saja dihujani batu besar, jatuh dan remuk secara bersamaan.

Jawaban Arisha begitu menyayat hatinya. "Jadi kedatangan Nak Fakhri?"

Dengan hati yang baru saja ditoreh luka, ia memaksakan bibirnya tersenyum. Jari manis Arisha baru saja tersemat cincin pemberian Rifqi di sana.

"Saya "

Pandangan Fakhri fokus pada tangan yang saling ia kaitkan. Deru napasnya terdengar tidak beraturan bertanda emosinya belumlah stabil dan masih belum bisa menerima kenyataan.

"Berniat mengkhitbah Aiza."

Bodoh, Fakhri bodoh. Kenapa kamu malah berpindah mengkhitbah Aiza saat itu? Menyesal, Fakhri bahkan menyesal sampai saat ini. Mengapa bisa ia spontan mengatakan hal itu padahal hatinya tidak pernah sekali pun menginginkan sosok Aiza. Mengapa ia bisa mengambil keputusan, padahal hatinya tengah terluka?

Fakhri bahkan membenci dirinya. Terlebih ketika Aiza yang menerimanya tanpa ragu, membuat sebuah kekesalan muncul di hatinya. Fakhri kira Aiza akan menolaknya mentah-mentah, namun sebaliknya Aiza menerimanya dengan bahagia.

Ingin sekali rasanya Fakhri menarik ucapannya saat itu, mengembalikan waktu karena keegoisannya. Namun, semuanya tidak bisa ia lakukan karena kedua keluarga sudah merancang tanggal pernikahan yang tinggal dua minggu lagi dan esoknya Aisyah langsung memberikan kabar ini kepada kerabat jauh. Fakhri terpaksa mengurung niatnya tidak tahu lagi harus bagaimana. Menjelang hari pernikahan ia kembali ingin membatalkan pernikahan, tapi ucapan orangtuanya yang mengatakan undangan telah disebarkan kepada teman-teman dari bisnis Fiki, membuat Fakhri berada dalam keputusasaan. Tetap mengatakan pasti orangtuanya sangat marah karena sudah membuat malu di depan kliennya, terlebih orangtuanya yang tidak tahu sebenarnya siapa yang ingin ai khitbah. Fakhri menghela napas, memilih pasrah.

Hari pertama akad, hari yang terasa begitu berat. Bersikap berpura-pura di depan Aiza dan keluarganya bukanlah sesuatu yang mudah baginya, terlebih kepada Arisha. Berada di dekat Arisha membuat Fakhri tidak bisa mengendalikan hatinya. Saat pagi Fakhri malah tersenyum pada Arisha yang di belakang Aiza. Seolah Arisha-lah istrinya, namun Aiza yang tersenyum membuatnya tersadar.

Saat di mobil, Fakhri sengaja menampakkan kejujuran hatinya. Tidak ada lagi sahutan lembut dan senyum yang ia berikan kepada Aiza. Ia benar-benar tidak tahan lagi bertingkah palsu. Setiap kali ia berbuat baik, setiap kali juga Fakhri seperti membohongi dirinya.

Menjelang pernikahan Arisha membuat Fakhri frustrasi, seakan ia tidak ingin Arisha menikah dengan Rifqi. Fakhri tidak rela, tapi ia juga tidak bisa apa mendengar jawaban Arisha yang sudah memendam rasa dari dulu kepada Rifqi. Namun, hari ini kabar Rifqi yang kecelakaan dan pernikahan yang batal, membuat suatu penyesalan datang menghampirinya. Andai saja waktu itu ia tidak berpindah melamar Aiza dan memilih pulang, Fakhri pasti memiliki peluang untuk kembali melamar Arisha.

***

Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]Where stories live. Discover now