#10 Perhatian Sederhana?

105K 11.2K 440
                                    

"Ini terasa mimpi, apa benar apa yang aku rasakan, ketika dia mengelus kepalaku barang sesaat?"

Aiza Humairah

🌷🌷🌷🌷

Sudah tiga hari Fakhri pulang selalu jam sebelas malam. Pekerjaan kantor yang banyak begitu menuntutnya, lebih-lebih banyak rapat yang harus ia selesaikan. Fakhri meregangkan ototnya, menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan yang terasa berat.

Diraihnya knop pintu yang ternyata belum dikunci sama sekali. Fakhri mengernyit, padahal ini sudah malam. Ia melihat ke sekeliling dan tidak menemukan Aiza.

"Ceroboh!"

Aiza tidur tanpa menutup pintu. Apa dia tidak takut orang masuk?

Fakhri melanjutkan langkahnya dengan kesal setelah sebelumnya mengunci pintu rumah. Hendak ke kamar, langkahnya terhenti begitu ekor matanya menangkap pintu kamar yang terbuka. Dari posisinya Fakhri bisa melihat Aiza yang di lantai dengan buku yang berserakan di sekitarnya

Fakhri berdecak. Berjalan menuju pintu kamar Aiza. "Za."

 Hening.

"Tidur?" Fakhri masuk untuk mendekat. Melihat Aiza yang memang tertidur membuatnya menghela napas.

"Udah jam sebelas kenapa malah belajar!" 

Fakhri berjongkok di depan Aiza yang tertidur pulas. Buku-buku yang berserakan membuatnya memilih menyusunnya terlebih dahulu. Setelahnya perhatian Fakhri teralih pada Aiza yang masih tertidur dengan wajah tenang. Kepala Aiza sudah miring ke kanan sehingga memperlihat pipi chubby-nya. Embusan napas teratur jelas Fakhri dengar. Fakhri menatap cukup lama Aiza yang tertidur pulas. Satu sudutnya terangkat melihat gaya Aiza tidur. Entah Fakhri yang baru sadar, wajah Aiza ternyata begitu manis. Dengan hidup yang sedikit mancung, bibir mungil yang merah dan pipi yang chubby. Sepertinya benar yang dulu dikatakan Ali, Aiza suka makan namun tidak pernah gemuk. Tanpa sadar tangan Fakhri terangkat mengelus kepala Aiza yang tertutup hijab. Lengkungan senyum terbit di wajah tampannya.

***

Setelah bangun tidur untuk Tahajud ada hal aneh yang Aiza rasakan. Ia mendadak bingung sendiri kenapa sudah berada di kasur sementara seingatnya tertidur di lantai semalam. Apa mungkin ia jalan sendiri saat mimpi? Mimpinya sedang baik hingga membawanya ke kasur?

Itu terus Aiza pikirkan hingga kemudian membuatnya capek sendiri memikirkannya. Setelah salat Subuh, Aiza melangkahkan kakinya ke dapur. Bisa ia lihat Fakhri yang lengkap dengan baju kaus oblong, celana training, serta handuk kecil yang tersampir di bahu sedang meneguk segelas air putih.

"Mau joging, Mas?"

Pertanyaanya itu hanya terdengar seperti angin lalu, Aiza menghela napas kecil.

"Kemarin Mas pulang jam berapa?"

"Sebelas." Fakhri membalikkan tubuhnya setelah meletakkan gelas. Aiza hanya ber-oh-ria hingga kemudian terdiam dengan mata membulat. Apa mungkin Fakhri yang memindahkannya?

"Kenapa?"

"Mas Fakhri—"

 "Apa?"

Aiza mengerjapkan matanya. Baru membuka suara ia menggeleng tidak yakin. Bagaimana mungkin Fakhri mau memindahkannya ke kasur? Fakhri saja sangat cuek kepadanya.

"Nggak jadi, Mas."

Aiza segera berjalan ke kulkas hendak membuatkan sarapan. Namun, ucapan Fakhri yang didengarnya membuatnya bergeming hingga mampu membuat wajahnya memanas.

Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]Where stories live. Discover now