#29 Menyesal (3)

154K 13.3K 1.3K
                                    

Silakan di refresh jika menemukan kata yang diulang ❤️
______________

"Jika waktu bisa diulang, aku akan membuatnya bahagia, menjaganya dan tidak membuatnya terluka."

Fakhri Alfarezel

Penyesalan memang selalu datang di akhir, bahkan kesadaran juga kini ikut berteman dengan penyesalan. Seminggu berlalu, sejak kemurkaan Bunda dan Bundanya, Fakhri benar-benar terlihat berbeda. Tidak semangat, hidupnya seakan terasa kelam, bahkan seminggu juga ia tidak pergi ke kantor.

Untuk tidur bahkan Fakhri memilih di kamar Aiza. Suasana yang begitu tenang dan juga aroma Aiza begitu melekat, membuat Fakhri menyukai kamar itu. Selesai mengaji dengan mata yang kembali berair, Fakhri mencium pelan Al-qur'an Aiza dengan mata terpejam, kemudian kembali menyimpannya di nakas.

Masih dengan baju koko dan sarung yang dipakainya, Fakhri bejalan menuju lantai satu. Menghidupkan lampu sekitarnya, Ia bahkan baru menyadari rumah itu kini begitu berantakan. Debu begitu mendominasi, lantai yang telihat begitu kotor dan dapur yang tidak terawat.

Fakhri melangkahkan kakinya menuju meja makan. Tatapannya sendu mendapati fakta tidak ada lagi sarapan enak yang telah disiapkan untuknya. Menyesal, Fakhri bahkan menyesal tidak sarapan pagi dan malam saat itu, ia dengan sengaja membiarkan makanan yang dibuat Aiza dengan susah payah dingin di sana.

"Gimana rasanya, Mas?"

"B aja."

"Itu Aiza yang buat sendiri loh, Mas."

"Nggak nanya."

Fakhri menunduk dalam. Kenapa egonya terlalu tinggi saat itu untuk jujur. Bahkan pertama kali mencicipi masakan Aiza ia langsung jatuh cinta. Lidahnya tidak bisa membohongi bagaimana enaknya makanan Aiza. Bahkan masakan itu tidak pernah mengecewakannya, selalu saja membuatnya suka.

"Masakanmu sangat enak, Aiza. Bisa kembali buatkan aku lagi?"

Fakhri menatap nanar bangku yang biasa di duduki Aiza. Seolah bayangan Aiza yang tersenyum ceria kini kembali sirna dihadapannya. Fakhri beralih menatap dapur yang biasanya sudah sibuk oleh aktivitas Aiza. Wangi masakan Aiza begitu menggoda hingga tercium ke kamarnya. Namun lagi-lagi, kini hanya tinggal ingatan yang sulit ia lupakan.

"Selama ini Aiza harus merasakan sakit. Aiza harus merasakan sesak, Aiza harus menahan segalanya sendirian. Mas Fakhri menyakiti hati Aiza, membiarkan Aiza terluka di atas sikap Mas Fakhri. Apa salah Aiza Mas?"

Isakan itu kembali terngiang diingatannya. Fakhri beralih menatap Aiza yang kini menangis menatapnya. Bagaimana saat itu air mata yang seharusnya tidak ia buat menangis, dengan sengaja ia buat menangis. Bahkan ia tidak bergeming sedikitpun saat itu. Fakhri menatap sendu tepat di posisi Aiza. Bayangan itu kembali hadir malam ini, membuatnya kini menggeleng tidak percaya atas sikapnya yang benar-benar tidak punya hati.

"Selama pernikahan, Aiza berharap Mas bisa membuka hati untuk Aiza. Atau bahkan setidaknya menganggap Aiza istri. Tapi Mas Fakhri tidak pernah sedikit saja mengasihani Aiza."

"Aku memang begitu bodoh. Aku tidak menganggapmu istri. Padahal kamu begitu baik Aiza. Kamu tidak pernah sebelumnya marah dan membenciku saat aku membentakmu. Bahkan kamu lagi-lagi bersabar atas sikapku yang melewati batas."

"Rasanya sakit Mas begitu tahu Aiza hanya dijadikan pelarian. Mas mencintai Kak Arisha. Tidak sekalipun menginginkan Aiza. Kenapa Mas saat itu tidak membatalkan saja khitbah ini kalau akhirnya Mas ingin bercerai dan menyakiti Aiza?"

"Aku minta maaf ... mohon maafkan aku, Aiza."

"Aiza lelah. Selama ini Aiza sudah berusaha bertahan dan meraih hati, Mas. Tapi Mas Fakhri nggak pernah sedikit pun melihat Aiza. Berapa kali Masmenorehkan luka untuk Aiza. Bahkan sekalipun Mas nggak berkedip melihat Aiza nangis karena ucapan Mas."

"Aku memang suami yang durhaka. Aku membenci diriku Aiza. Kini aku menyesal Aiza. Kumohon kembalilah."

"Aiza benci Mas Fakhri."

Fakhri menundukkan kepalanya, membiarkan air mata itukembali jatuh dari pelupuk matanya. Kenapa malam itu ia tidak mencegah Aiza pergi. Kenapa saat itu ia tidak meraih tangan Aiza. Kenapa ia tidak meminta maaf karena telah membiarkan Aiza menangis. Kenapa ia tidak mengatakan jangan pergi dan tetaplah di sisinya?

***

Cinta datang karena terbiasa. Cinta akan tumbuh karena bersama. Kini Fakhri membenarkan hal itu. Satu hal yang baru ia sadari. Rasa sayang kepada seseorang yang telah ia sia-siakan selama ini.

Fakhri menatap kosong televisi dihadapannya. Kenapa di saat ia ingin memperbaiki waktu seolah tidak mengizinkan?

Kenapa baru sekarang ia menyadari hadirnya cinta untuk Aiza. Kenyamanan bersama Aiza yang padahal sudah lama ia rasakan, tapi kenapa saat itu egonya memilih berkuasa?

Andai waktu bisa kembali, Fakhri akan mengatakan ia juga mencintai Aiza. Aiza yang dia inginkan dan ia tidak ingin Aiza pergi dari hidupnya.

Fakhri tersenyum kecut. Apa takdir memang tidak mengizinkannya untuk memperbaiki segalanya? Hati Fakhri bahkan menolak kenyataan akan Aiza yang meninggal.

Fakhri mengalihkan perhatiannya menatap bayangan Aiza dengan senyum indah membawa nampan berisi kue dan minuman untuknya. Tepat di sini, ketika ia dengan tega mencueki dan mengusir Aiza yang menurutnya menganggu. Padahal Aiza berniat baik, ingin menunggu dan menemaninya atau sekedar mengajak mengobrol. Tapi ia dengan tega menyakiti perasaan lembut itu.

"Aiza, apa kamu benar-benar membenciku hingga pergi dariku untuk selamanya?"

Fakhri menundukkan kepalanya menatap foto Aiza yang ia dapat di laptop. Ia tersenyum hampa. Matanya nanar melihat senyum yang begitu manis namun harus sirna karena perbuatannya.

"Aiza  ... aku menyesal. Tidak bisakah kamu kembali? Aku minta maaf. Izinkan aku memperbaiki semuanya. Aku mohon kembalilah," lirih Fakhri dengan pandangan yang kini kabur oleh air mata.

Pertama kalinya ia mudah menangis karena wanita selain Aisyah.Ia menangis menyesali perbuatannya. Ia menangis akan sikapnya terhadap Aiza yang sudah baik kepadanya. Ia melukai Aiza, menyakiti perasaannya dan telah membuat kehidupan yang diinginkan Aiza seperti surga, namun menjadi neraka karenanya.

Fakhri membiarkan air mata jatuh mengenai foto. Kali ini tidak ada lagi Fakhri yang dingin, berganti dengan Fakhri yang terlihat rapuh tidak berdaya akan kehilangan istrinya.

*******

Reader : Aiza pasti hidup. Nggak mungkin meninggal😭

Sebenarnya Aiza ....

___________

See you di next part👋
❤️

Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt