#5 Pengantin

104K 11.4K 72
                                    

"Apa yang selalu kudampakan, ketika bersamamu adalah anugerah terindah dalam hidupku."

Aiza Humairah

Karya storyhusni

######

Setelah seharian memakai gaun dan menyambut tamu, Aiza merasakan lelah luar biasa. Untung saja tepat jam sembilan malam akhirnya mereka sudah kembali ke kamar. Aiza melirik Fakhri yang baru saja duduk di tepi ranjang setelah sebelumnya membuka peci. Hatinya kembali berdesir menatap wajah Fakhri, sangat tampan.

"Kak Fakhri dulu yang mandi atau aku?" tanyanya mulai membuka suara. Fakhri yang menoleh menatapnya membuat jantung Aiza berpacu lebih cepat.

"Kamu aja, Za."

Dia mengangguk, beranjak dari duduknya dan sebelum itu lebih dulu mengambil handuk. Bertepatan menutup pintu kamar mandi, Fakhri merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Pandangannya kosong menatap langit-langit kamar, embusan napas panjang terdengar dari bibirnya.

***

Dua puluh menit berlalu, Aiza sudah keluar dengan tubuh yang lebih segar dan wangi. Piama dan khimar instan kini telah melekat di tubuhnya. Dia mengalihkan perhatiannya mendapati Fakhri yang tertidur pulas.

"Pasti sangat lelah." 

Langkah Aiza berjalan mendekat untuk membangunkan Fakhri. Melihat wajah tenang itu membuatnya tersenyum. Ternyata walaupun sedang tidur, wajah Fakhri tetap sangat tampan. Rasanya kini dia bahkan seperti mimpi bisa bersatu dengan Fakhri yang sudah sah menjadi suaminya.

Fakhri yang membuka mata, membuat Aiza mendadak salah tingkah, ritme jantungnya bergerak cepat karena Fakhri yang menatapnya.

"Aiza udah selesai, Kak," ujarnya gugup.

Fakhri mengangguk. Beranjak menuju kamar mandi setelah sebelumnya mengambil handuk. Sedang Aiza kini mengembus napas lega bertepatan pintu yang tertutup. Ia mengipas wajahnya yang mendadak terasa panas. Lantas menyiapkan pakaian ganti untuk Fakhri.

Selesai, ia memilih ke bawah menghampiri keluarga besarnya yang masih di sini. Menatap ke sekeliling ruangan Aiza tersenyum mendapati keluarga Ali dan Fara yang masih membantu di sini. Ia sangat beruntung berada di antara keluarga orangtuanya, selain baik mereka juga ramah, serta memiliki sikap solidaritas tinggi terhadap keluarga.

"Loh, putri Ayah, kok, di sini?"

Aiza tersenyum lebar mendapati Ali yang berjalan ke arahnya. "Aiza mau bantu ya, Yah?"

"Nggak usah, Sayang. Kamu harusnya istirahat, pasti capek."

"Ayah juga capek."

Ali tersenyum, lalu mengusap lembut kepala putrinya. "Nggak, Sayang. Ayah nggak capek. Mending kamu temani suami kamu sana. Kok suaminya ditinggal sendiri?"

Pipi Aiza memerah mendengar ucapan Ali. "Ih, Ayah." Ali tertawa.

"Iya, Za, benar kata Ayah, ke atas sana. Ini bentar lagi juga selesai, kok. Lagian di sini juga banyak keluarga yang bantu," seru Fara yang datang dari arah belakang.

Aiza terdiam sebentar hingga beberapa detik setelahnya mengangguk. Sebelum ke kamar ia terlebih dahulu mengambil segelas air putih untuk Fakhri. Tadi sebelum Aisyah pamit, Aisyah mengatakan Fakhri sering haus tengah malam, jadilah sebelum tidur ia memilih menyediakan segelas air putih dan meletakkannya di atas nakas.

Langkah Aiza terhenti tepat di depan kamar, jantungnya bergerak tidak karuan hanya menatap pintu di depannya. Ingin masuk, tapi Aiza tidak tahu harus bagaimana bersikap di depan Fakhri. Bahkan saat ini saja ia sudah sangat gugup.

Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]Where stories live. Discover now