#17 Sulit

95.5K 11.3K 301
                                    

Rasanya aku ingin tertawa.

Menertawakan diriku yang menganggap cinta dalam diam ini berujung manis.

Cintaku bertepuk sebelah tangan.

Rasanya begitu sakit.

Kenapa kisah cintaku tak sampai?

-Bukan Aku yang Dia Inginkan-

Aiza Humairah

Karya storyhusni_

###

Sebelum membuka pintu kamar mandi, Aiza menarik napas dalam-dalam. Air mata yang tersisa di pipi langsung ia hapus sebelum keluar. Aiza memutar knop pintu, matanya langsung menangkap Fakhri yang sedang berkutat dengan laptop di meja belajar.

Aiza menghela napas, menutup pintu kamar mandi dan berjalan menuju meja rias untuk menyisir rambutnya yang basah. Ia menyadari kini memperlihatkan rambutnya pada Fakhri, tapi, Aiza tidak memedulikannya lagi saat ini.

"Besok saya ke kantor."

Aiza hanya mengangguk samar, melanjutkan menyisir rambutnya sambil melihat pantulan dirinya di cermin. Wajah di balik cermin itu benar-benar terlihat lelah dengan segalanya.

Apa nanti masih bisa bertahan?

Aiza meletakkan sisir di tempatnya. Setelahnya berjalan menuju kasur untuk tidur. Ia sempat melirik Fakhri yang masih fokus pada laptopnya. Fakhri seperti tidak berniat mengajaknya bicara atau bahkan sekadar berkata maaf kenapa ia dijadikan pelarian. Aiza mengembus napas berat, membuka selimut dan merebahkan dirinya menghadap sebelah kanan, membelakangi Fakhri. Selesai membaca doa, ia mencoba memejamkan mata. Namun, bukannya bisa tidur, pikirannya terus berputar akan ucapan Fakhri yang membuat dadanya kembali ngilu.

"Aku mencintaimu, Arisha, bukan adikmu."

Setetes air mata jatuh jatuh bebas dari pelupuk matanya.

Aiza meremas kuat selimutnya.

Kenapa? Pertanyaan itu kembali muncul dalam benaknya. Kenapa harus Arisha yang dicintai suaminya? Kenapa bukan dirinya saja? Hatinya sungguh sakit mendapati Arisha-lah orangnya, kakak kandungnya sendiri.

Aiza menghapus cepat air mata yang membasahi pipinya. Jangan sampai Fakhri melihatnya menangis. Ia tidak ingin Fakhri tahu bahwa ia tadi mendengar ucapan Fakhri dengan Arisha. Aiza menarik selimutnya hingga menutup kepala. Mengambil napas pelan lalu mengembusnya perlahan. Hal itu terus dilakukannya hingga hatinya terasa tenang. Aiza menyebutkan asma Allah sebanyak-banyaknya. Kembali membaca doa lalu memejamkan mata, lima menit kemudian ia terlelap dengan hati yang begitu lelah.

***

"Aiza."

Aiza menghentikan langkahnya setelah membersihkan meja makan. Mendengar suara Arisha, membuatnya ingin melanjutkan langkah saja. Untuk saat ini ia belum sanggup bertemu Arisha. Bertemu Arisha hanya membawanya kembali pada kenyataan pahit.

"Za?"

Bisa ia rsakan tangan Arisha yang kini di bahunya. Belum sempat berbalik Arisha sudah berada di depannya. Buru-buru Aiza memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

"Iya, Kak?"

"Kamu nggak apa-apa?"

Manik mata Arisha jelas sekali menatapnya iba. Mungkin Arisha kasihan mengetahui adiknya tidak dicintainya oleh suaminya sendiri.

Aiza mengangguk dan tersenyum ceria seolah baik-baik saja. Namun, di dalam sana hatinya bersusah payah menahan gejolak luka.

"Ada apa?"

"Hm, itu... Kamu mau ke kamar, ya?"

Aiza mengangguk. Arisha yang sempat terdiam kini ikut mengangguk, mempersilakan Aiza untuk melanjutkan langkahnya ke kamar.

"Kamu jangan sungkan, ya, Za, cerita sama Kakak kalau ada apa-apa."

Dari ucapan Arisha, jelas sekali Arisha sangat kasihan kepadanya. Aiza tersenyum samar, berlalu meninggalkan Arisha yang masih di tempatnya menatap sendu dirinya.

Aiza membuka pintu kamar dengan lunglai. Duduk di atas kasur dengan tatapan kosong. Pintu jendela yang baru ia buka membuat angin masuk kini menerpa lembut pipinya. Aiza mengalihkan tatapannya pada langit biru di atas sana. Seharusnya kini ia tersenyum menatap langit yang selalu disukainya. Namun, kali ini bibirnya sama sekali tidak bergerak untuk tersenyum.

Kenapa harus Arisha?

Kenapa harus kakaknya yang mengisi hati Fakhri?

Aiza tersenyum pahit. Menatap kosong pohon di hadapannya. Apa yang harus dilakukannya? Nyatanya berpura-pura baik sangat menyakitkan.

Apa bersabar yang akan menjadi temannya lagi?

Fakhri yang tidak pernah berniat mengkhitbahnya. Fakhri yang sama sekali tidak pernah mencintainya. Apa yang harus dilakukannya?

Bolehkah Aiza menyerah?

Rasanya sangat sakit. Hati Aiza begitu perih. Nyatanya memang waktu yang telah memberikan jawaban akan pertanyaannya selama ini. Alasan pisah ranjang, alasan Fakhri dingin dan cuek kepadanya. Alasan Fakhri tidak pernah memberikan kehangatan kepadanya. Karena Fakhri tidak pernah mencintainya.

Setetes air mata dengan mudah jatuh begitu ke pipinya Apa tidak ada rasa cinta sedikit pun untuknya? Apa ia harus kembali bertahan dalam rumah tangga yang Fakhri sendiri tidak menginginkannya?

Cinta. Aiza tersenyum getir, bahkan ia memilih bersabar dan ikhlas selama ini karena cinta yang sudah bertakhta. Cinta yang terlalu dalam berhasil membuat pertahanannya tidak goyah dengan perlakuan Fakhri. Namun, untuk hal ini bolehkah Aiza masih memilih mempertahankan cintanya yang bertepuk sebelah tangan?

Arisha, kakaknya, memang sangat cantik, memiliki lesung pipi dan alis mata yang lentik. Kakaknya juga baik, akhlaknya begitu bagus. Dibandingkan dirinya sepertinya memang lebih pantas Fakhri mencintai Arisha. Namun Arisha besok menikah dengan Rifqi. Itu artinya Fakhri sampai kapan pun tidak bisa dengan Arisha. Bukankah artinya Aiza berhak mempertahankan rumah tangganya? Mempertahankan cintanya dan berpura-pura tidak tahu bahwa bukan dia yang diinginkan Fakhri?

Aiza tersenyum getir. Kenapa kisah cintanya terasa begitu menyedihkan?

***

Kata untuk Aiza?

Tinggalkan jejak;)

Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]Where stories live. Discover now