#9 Marah?

103K 10.9K 137
                                    

"Sebanyak apa pun ditorehkan luka, nyatanya hati tidak bisa membenci."

Aiza Humairah

Karya storyhusni_

###

Aiza mengembus napas gusar menatap jam tangan merah jambu yang lewat dari ketentuan. Pukul dua belas, dengan langkah lebar ia berjalan cepat menuju gerbang kampus yang berjarak tiga meter dari fakultasnya. Bahkan saking takutnya terlambat, ia memilih berlari tidak peduli jika kini menjadi pusat perhatian orang. Yang terpenting saat ini ia harus segera sampai ke Fakhri.

Mendapati mobil sedan yang terparkir di dekat gerbang, membuat Aiza bernapas lega. Buru-buru ia masuk ke dalam mobil yang untung saja tidak dikunci. Aiza mengatur napasnyayang tidak karuan saat duduk, lalu menoleh menatap Fakhri yang kini meliriknya dengan sinis.

"Tiga puluh menit menit lewat dua puluh detik," tukas lelaki itu sarkastis. Aiza menelan salivanya dengan susah payah. 

"Mas, Aiza minta maaf. Aiza nggak tahu dosennya tadi minta tambahan waktu," lirihnya merasa bersalah. 

"Dan nggak kabarin?"

Aiza menggigit bibir, menunduk merasa bersalah, ia sungguh menyesal tidak mengisi daya ponselnya saat malam hari. "Baterai Aiza habis." 

"Kenapa nggak izin?"

Ia semakin menggigit bibir. Ini yang sungguh ia sesali, kenapa tidak nekat saja tadi izin? Aiza menunduk dalam, demi apa pun kini ia merutuki dirinya sendiri.

"Kamu menghabiskan waktu saya," tindih Fakhri berhasil membuat hati Aiza tertohok. Menghabiskan waktu? Apa sebegitu tidakpentingnya ia dihidup Fakhri? Apa sebegitu tidak berharganya ia bagi Fakhri sampai dianggap menghabiskan waktu?

Aiza mengembus napas sesak mencoba menyampingkan rasa sakitnya. "Aiza minta maaf," lirihnya memohon. Namun, Fakhri tidak menggubris, memilih menghidupkan mesin dan membelokkan setir hingga keluar dari kampus.

"Mas."

Nihil, sudah berusaha minta maaf, Fakhri masih saja enggan mendengarnya. Aiza menahan napas sesak, menatap Fakhri dengan mata berkaca, setelahnya ia menarik perhatian ke jendela. Diam-diam ia menangis akan luka yang ia dapatkan lagi.

"Nggak usah cengeng. Hapus air mata kamu!" sinis Fakhri sangat menusuk.

Dengan cepat ia langsung menghapus air matanya seraya beristigfar. Tidak menoleh sedikit pun dan tetap menatap ke jendala dengan air mata yang berusaha mati-matian ia tahan.

Ya Allah... tabahkan hatiku ...

***

Aiza tidak tahu dengan cara apa Fakhri bisa memaafkannya, tepatpukul tiga sore ia berinsiatif ke rumah mertuanya setelah tadi dari rumah Fara. Untung saja setelah menelepon Aisyah dengan senang hati mengizinkannya ke sana. Mengenai Fakhri, suaminya itu langsung pamit setelah mengantarnya ke rumah, karena pekerjaan kantor yang tidak bisa ditinggal membuat lelaki itu tidak singgah barang sesaat.

Aisyah menyambut kedatangannya dengan hangat. Mertuanya juga mengecup dahinya karena saking rindu, padahal baru empat hari lalu mereka bertemu.

"Kamu itu udah seperti anak kandung Mama aja," kata Aisyah.

Kini Aisyah dan Aiza sudah di dapur setelah sebelumnya bercerita panjang tentang apa saja yang Fakhri sukai dan tidak sukai. Sebenarnya Aisyah sempat kaget kenapa Aiza masih belum tahu hal ini. Mengapa belum bertukar cerita, padahal di awal pernikahan ini menjadi topik perbincangan pengantin baru.

Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]Where stories live. Discover now