10 - "You'll never understand," -

Mulai dari awal
                                    

Aku melihat ke mata biru Luke yang jaraknya hanya 2 jengkal dari wajahku. Tanganku masih memegang HPku. Aku memandangnya tanpa senyuman sedikitpun.

"Dia masih marah dengan mu?" Tanyaku, meyakinkannya satu kali lagi.

"Ya, aku rasa," Kata Luke dengan perlahan lalu mengalihkan pandangannya dari aku. "Dia sebearnya tidak pernah memaafkan aku, aku yakin itu." Luke terdengar sangat sedih. Aku cukup perihatin dengan Luke.

Apakah ini adalah tanda-tanda mereka akan putus? Tapi kenapa? Kenapa mereka marah seperti anak kecil ini. Ini pasti ada yang memulainya, dan juga ada masalahnya. Aku masih bertanya-tanya tentang pembicaraan Luke dengan Angelina di loker tadi.

"Luke, apa yang terjadi denganmu dan Angelina? Maksudku apa yang menyebabkan ini semua?" Tanyaku maish dalam posisiku.

Luke menggigit piercing-Nya dan aku rasa dia tidak mau memberitahuku. Tapi aku masih terdiam menunggu jawabannya. Dia melihat ke arahku sambil masih menggigit piercing-Nya. Aku melihat bibirnya yang menurutku sangat lembut dan tipis sebelum aku melihat ke matanya yang biru.

"You'll never understand," Akhirnya Luke menjawab juga walaupun bukan itu yang aku ingin dengar.

"What do you mean? I'll understand you," Kataku. Luke lalu mengangkat kedua kakinya ke tempat tidur dan duduk di sampingku. Dia kembali terdiam dan menunduk. "Just tell me."

"Im afraid you'll get angry or something," Luke melihat kembali ke arahku. Aku benar-benar penasaran dengan apa yang dikatakan Luke. Aku akan marah jika dia memberi tahunya? Aku tidak mungkin jealous dengan Luke jika dia dengan Angelina. Jadi aku rasa aku tidak akan marah atau semacamnya.

"No no Luke, im not going to angry," Aku tertawa kecil namun tidak direspon yang sama oleh Luke.

"So, she pisses of me because..." Suara Luke mengecil yang membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan diucapkannya. "Because.. You've stayed at my house."

Tubuhku langsung tersontak dan jantungku langsung berdebar keras. Bagaimana Angelina tahu itu? Aku kira Luke tidak akan memberitahunya. Dia sangat pembohong. aku yakin Luke masih berkerjasama dengan Angelina untuk menjatuhkanku. Ini gila. Dan sebenarnya ini juga salahku. karena kenapa aku harus tidur pada saat itu. Aku hanya tinggal menunggu filmnya selsai dan kalau aku tidak tidur pada waktu itu, semua tidak akan menjadi seperti ini. Aku rasa aku ingin sekali memukul diriku dengan sekeras-kerasnya.

"But Violin, i didnt tell her about that, i dont know who had been tellin her about that, trust me Violin, please!" Aku sangat kaku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan jika terus seperti ini. Luke memegang tanganku dan memohon kepadaku untuk memaafkannya. "Violin, im sorry, im shit i know, i regret it but trust me i didint tell her and i dont want it happen."

Aku tahu Luke juga tidak ingin ini terjadi, aku mulai percaya kepada Luke kalau sebenarnya bukan dia yang memberitahu Angelina tentang ini. Aku bisa mempercayainya dari suaranya, dia terdengar sangat innocent dan jujur. Dia juga memegang tanganku kuat agar aku mempercayainya.

"Luke, this is my fault," Aku melihat ke arah Luke. Aku berusaha menahan air mataku. Aku merasa bersalah pada waktu itu, karena aku, Luke dan Angelina menjadi seperti ini. Mereka hampir putus karena aku. Aku memang bodoh aku tahu itu. Aku merasa menjadi pengganggu hubungan Luke dan Angelina. "Kasih tahu Angelina kalau ini semua adalah salahku."

"No no no what the hell are you sayin?" Aku menundukkan kepalaku dan menghapus air mataku sebelum Luke melihatnya. "I know you'll angry, so that's why i dont wanna tell you." Luke menyingkirkan rambut yang menutupi wajahku.

"No im not mad, i feel guilty," Aku memang merasa sangat bersalah atas ini semua, dan aku ingin melampiaskan semua rasaku yang aku pendam dengan menangis. Dan itu yang membuatku semakin lebih baik.

"Are you crying?" Kata Luke secara perlahan membuka tanganku yang menutupi wajahku. "You dont have to cry, let's make it easier. I promise Angelina wont hurt you. It isnt your fault anyway." Aku mendengar Luke tertawa kecil, sepertinya dia menganggap ini adalah masalah yang mudah.

Aku membuka tanganku dari wajahku dan melihat Luke tersenyum sedikit ke arahku. Apa maskudnya senyuman itu? Apakah dia sudah bangga melihatku menangis seperti ini. Kau sukses membuatku menangis luke. Luke measih memegang tanganku.

"Okay, sekarang jangan memikirkan tentang ini semua, sekarang yang kau harus pikirkan adalah Ujian," Luke melihat ke arah mataku. Tatapannya sagat tajam. Aku mengangguk.

Aku menghapus air mataku yang masih tersisa di mataku. Luke merapikan rambutku yang aku duga sangat berantakan. Wait? Apa yang dilakukan Luke? Dia menasehatiku kalau aku tidak usah memikirkan ini semua dan ini akan selesai. Yang aku harus pikirkan adalah Ujian yang diselenggarakan seminggu lagi. Aku merasa bersalah and now im feeling such a dick umm more than dick i think. Jadi bagaimana aku tidak memikirkan tentang masalah ini? Aku melihat Luke dan Luke juga melihatku. Luke lalu tersenyum sebelum dia memelukku. Ini pertama kali Luke memelukku, dan aku juga memeluknya. Luke menaruh kepalanya di pundakku dan aku juga memendam kepalaku di pundaknya Luke. Aku suka dengan pelukan Luke, karena pelukannya terasa begitu hangat. Lalu aku melepaskan pelukannya dan begitu juga Luke. Padahal, aku tidak mau.

Lalu setelah itu. Kami melanjutkan latihan. Luke memberiku 50 soal latihan Fisika dan aku harus menyelesaikannya dalma waktu 1 jam. Ini gila. Saat di kelas Fisika, aku menyelesaikan 15 soal dalam waktu 1 jam dan sekarang Luke memberiku 50 soal? Ibuku lalu masuk ke kamarku dan memberikan kami makan siang. Yaitu steak dan kentang. Aku harus menghentikan mengerjakan soalku tapi ditahan oleh Luke.

"Hei, kau harus mengerjakan soal itu dulu!" Perintah Luke sambil mengambil steaknya menjauh dariku.

"Tapi Luke, ini sudah waktunya jam makan siang!" Bentakku pada Luke. Aku melihat Luke sudah memakan steak yang ada di piringnya. Lalu Luke menggeleng untuk meresponku. "Kalau nanti aku sakit?"

"Aku akan membayarkanmu ke dokter," Luke merespon sangat cepat seperti dia sudah tahu apa yang akan aku katakan.

Aku benci Luke saat dia seperti ini. Aku mengerjakan soal dengan perutku yang berbunyi. Dan Luke menungguku mengerjakan soal sambil memakan steaknya. Dia sungguh tidak adil. Setelah satu jam Luke menyuruhku untuk berhenti mengerjakan soal. Padahal aku baru mengisi 25 nomor.

"Jadi, sekarang aku boleh memakan steakku?" Tanyaku dengan nada meminta.

"Tidak," Kata Luke dengan datar sambil mengambil pekerjaanku. Dia sepertinya sedang mengoreksi pekerjaanku dan aku takut jika aku salah banyak atau salah semua."Violin, dua puluh lima soal kau benar semua." Ucap Luke sambil tersenyum.

Aku sangat bangga dengan diriku. Aku rasa aku sudah membikin sebuah kemjuan yang besar. Walaupun aku belum bisa menyelesaikan 50 soal itu dalam 1 jam tapi paling tidak 25 nomor aku sudah bisa mengerjakannya dan hasilnya sangat memuaskan. Luke mengizinkanku memakan steakku. Aku mengambil steakku yang ada di atas meja kecil dekat tempt tidur dan makan di bawah tempat tidur dengan Luke yang masih melihat pekerjaanku.

"Besok, kau lanjutkan dua puluh lima nomor selanjutnya dalam waktu tiga puluh menit," Kata Luke.

Aku hanya mengangguk walaupun aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak, karena aku sedang makan jadi aku tidak boleh berbicara. Aku melihat Luke yang ada di sampingku, dan dia juga melihat ke arahku.

"What" Tanyaku dengan mulut penuh daging.

"Nothing," Luke langsung mengalihkan perhatiannya menuju ke HPnya.

Setelah latihan Luke segera pulang dan berterima kasih kepa Ibuku karena steaknya cukup enak. Aku menyadari kalau Luke saat ini sudah begitu baik denganku. Aku bisa Fisika karena dia dan dia juga sudah menjadi baik karena aku. Setiap hari sebelum Ujian, kami selalu latihan dirumahku. Alasan aku tidak ingin dirumah Luke adalah, aku tidak mau kejadian saat itu terulang lagi. Perlahan-lahan aku bisa mengerjalan soal Fisika dengan mudah dalam wkatu 1 jam, dan aku sudah bisa mngerjakan 50 soal Fisika dalam waktu 1 jam.

Luke terlalu menekanku dalam belajar Fisika, aku benci dengan itu. Tapi jika Luke tidak melakukan itu, aku tidak akan bisa mngerjakan 50 soal dalam waktu 1 jam. Yaa boleh laah aku berterimakasih dengan Luke.

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang