30. Satu-satunya pilihan

1.3K 85 5
                                    

"Pulang. Satu-satunya pilihan ketika semesta belum mau menyatukan dua hati"-PN.

"Tidak semua harus terbalaskan. Termasuk perasaan. Bukankah jika tulus tak apa tak dibalas?"-ZN.

-ARZARA-


"Za" Ucapnya pelan.

Zara pun mengerutkan dahinya tanpa berniat menjawab panggilan lelaki tersebut.

Lelaki dengan kaos hitam itu pun tersenyum, "Apa kabar?"

Zara lagi-lagi tak menjawab, malah menatapnya dengan dingin.

"Baik-baik aja kan?" Ucap lelaki itu lagi.

Zara pun berbalik--berniat pergi kemanapun asal tidak melihat lelaki itu lagi.

Namun, belum saja melangkah tangan kanannya sudah ditahan oleh lelaki tersebut.

"Sekali ini aja, Za. Sebenci itu kah kamu sama aku?"

Zara pun berbalik--menghadap lelaki tersebut dengan pandangan yang masih dingin.

Zara dapat melihat jelas bahwa lelaki yang saat ini ada dihadapannya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.

Matanya seperti habis menangis. Pandangannya sayu. Tubuhnya lemah.

Lelaki itu pun menunduk.

"Kenapa?" Zara tidak tega jika saat ini ia harus egois dengan tidak menjawab lelaki tersebut sedangkan kondisi lelaki tersebut terlihat tidak baik.

Ya. Bukan fisiknya yang tidak baik. Melainkan hatinya.

"Untuk apa, Za? Untuk apa kamu tanya kenapa sedangkan kamu aja udah gak peduli"

Lelaki itu menjawab dengan kepala yang masih menunduk.

"Terus ngapain kamu ke sini?" Tanya gadis itu masih dingin.

Lelaki itu pun tersenyum tipis. Gadis yang saat ini ada dihadapannya benar-benar berbeda dengan gadis yang dulu ia kenal. Zara yang bahkan bersikap dingin kepadanya saja tidak pernah.

Tak lama lelaki itu pun memeluk tubuh gadis yang sangat dirindukannya itu.

"Tolong jangan dilepas, Za. Biarin sebentar aja" Ucapnya pelan.

Zara pun mengerti. Ia juga tidak bisa menjadi gadis yang sejahat itu jika terus membiarkan dan menolaknya. Ia tahu bahwa lelaki itu sedang dalam masalah yang bukan masalah kecil.

Lelaki itu pun menepati ucapannya. Memeluk gadis itu sebentar. Meskipun gadis itu sama sekali tak memeluknya balik. Tetapi itu lebih dari cukup untuk membuatnya merasa lebih tenang.

"Kesempatan itu udah gaada kan?" Tanya lelaki itu.

Zara pun terdiam.

"Mungkin baiknya harus begini. Karena aku sudah banyak menyia-nyiakan kesempatan kamu, Za"

Zara masih terdiam.

"Yasudah aku pulang ya, Za. Terima kasih sudah mau dipeluk oleh lelaki yang pandai buat kamu sakit hati"

Lelaki itu pun langsung beranjak dari tempatnya, melewati gadis itu tanpa berbalik lagi.

"Baik-baik ya, Za" Ucap terakhirnya tanpa berbalik.

Setelah itu, ia pun melanjutkan langkahnya.

Zara pun berbalik--melihat kepergian lelaki itu yang semakin lama semakin jauh dari pandangannya.

***

"Jalang sama playboy? Cocok juga ya ternyata"

Gadis itu pun mengerutkan dahinya. Kalimat itu sontak membuatnya naik pitam. Ia pun segera melayangkan tangannya untuk menampar lelaki yang tidak punya rasa iba itu.

ARZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang