3. Sepintas senyuman

3.2K 198 10
                                    

"Gue nggak suka liat lo senyum. Kenapa? Karena senyum lo manis"-A

-ARZARA-

Tok tok tok

Terlihat seorang lelaki yang sedang mengetuk-ngetuk pintu rumah orang.

Sang pemilik rumah pun membukakan pintunya. Namun, sayangnya orang yang membukakan pintu itu bukanlah orang yang diharapkan oleh sang pengetuk pintu.

"Mau apa kamu ke sini?!" Tempas sang pemilik rumah. Sebut saja Rina, ibunda Zara.

"Eh, Tante yang syantik. Ini saya mau ngasih sesuatu buat Zara" Balasnya dengan wajah yang diimutkan beserta nada bicara yang dihaluskan seperti seorang gadis desa. Sungguh menjijikkan. Namanya Angkasa. Nama yang bagus bukan? Tapi tidak dengan sikapnya. Sepertinya ibunya ingin anak perempuan, tapi yang berojol malah laki-laki. Jadilah anaknya tidak seperti lelaki lain. Alias langka.

Angkasa adalah salah satu sahabat Arsa. Orang yang kalo disuruh always mau aja asalkan ada imbalannya. Padahal ia orang berada, tapi sukanya ditraktir terus.

"Buka sepatu kamu! Lantainya jadi kotor kan!" Bentak Rina membuat Angkasa tersentak kaget.

Rina adalah seorang wanita yang rajinnya melebihi emak-emak laen. Ia tidak ingin ada secuil debu pun dirumahnya. Ia sangat tidak menyukai kotoran. Kotoran atau kuman adalah musuh abadinya. Maka dari itu, mau rumah udah bersih kinclong pun, ia bersihkan lagi. Sungguh patut untuk dicontoh.

Karena Angkasa masih belum melepas sepatunya, Rina semakin geram.

"Cepat!! Saya itung nih!"

"Satu.... Dua... Ti.."

"Udah, Tante" Ucap Angkasa buru-buru secepat siput ditambah dengan senyuman manisnya sehingga terlihat lesung pipinya. Mungkin jika dilihat oleh para kaum hawa lain, mereka akan mimisan dan kejang-kejang plus guling-guling. Berbeda dengan Rina yang malah bergidik ngeri dan merasa ingin muntah.

"Saya ke sini mau ngasih sesuatu, Tan" Angkasa berusaha untuk menelan ludahnya. Terasa begitu berat dan sulit. Ia pun menatap wanita paruh baya yang berada dihadapannya. Sungguh menyeramkan.

"Mau ngasih apa?!"

Angkasa yang melihatnya terus mengelus dadanya. Jika bukan karena uang, ia tidak akan sudi melakukan hal bodoh ini.

"Ini.. Anu.."

"Anu apa?!!" Bentak Rina lagi membuat Angkasa sesak napas.

Zara yang mendengar suara Ibunya dari bawah yang menggelegar itu langsung turun dan menghampirinya.

"Ada apa si, Ma?" Tanya Zara pada Ibunya. Seketika itu ia tersentak kaget melihat ada makhluk astral dirumahnya.

"Angkasa?"

"Yaudah, Mama masuk dulu. Ingetin tuh temen kamu, kalo kakinya kotor jangan masuk!" Tempas Rina membuat Angkasa mengelus dadanya lagi, lagi, dan lagi.

Setelah macan betina pergi, Angkasa pun akhirnya bisa bernapas lega.

"Ngapain lo ke sini?" Sahut Zara.

"Biasa aje kali, jangan sewot. Gue ke sini mau kasih ini buat lo" Balas Angkasa sambil memberikan sebuah kotak kecil berwarna pink.

Gadis itu pun menerimanya. "Apa ini?"

"itu hadiah dari gue karena lo suka ngasih contekan buat gue"

Mendengar itu, Zara pun mengerutkan dahinya. "Sejak kapan gue ngasih contekan ke elo?"

"Lo lupa, ya? Udah jangan banyak nanya. Gue pulang dulu, bye.." Ucap cowok itu sambil melambaikan tangannya dan beranjak pergi dari sana.

"Thanks, ya!"

***

Hari sudah malam. Matahari pun tertidur pulas dan bulan mulai beraktivitas.

Tadi siang Zara tidak langsung membuka kotak tersebut karena takut isinya adalah hal yang tidak diinginkan. Tapi, setelah diteliti dan diraba-raba, tidak ada suara dan gerakan sedikitpun dari kotak tersebut sampai malam tiba. It's mean, kotak itu aman.

Karena Zara pun penasaran apa isi kotak tersebut, ia beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil kotak pink itu yang ia taruh di atas meja belajarnya lalu membukanya.

"Aaaaaaaaa......!!!!!!"

"Novel kesukaan guee!!!!"

"Yeayy!!!"

Zara terus-terusan berteriak tanpa henti sambil berloncat-loncat di atas kasurnya. Bagaimana tidak? Ia ingin sekali membeli novel tersebut. Namun harganya cukup mahal jika dibandingkan dengan uang sakunya.

Jendela kamarnya pun sengaja ia bukakan agar semilir angin ikut senang beserta bulan juga mengucapkan selamat untuknya karena dapat memiliki novel tersebut.

Disebrang sana terdapat seorang lelaki dengan rambut yang berantakan sambil tersenyum tipis. Tipis sekali. Sampai tak terlihat bahwa itu sebuah senyuman.

ARZARAWhere stories live. Discover now