42. pintu dan jalan buntu

683 41 13
                                    

"Karena nggak semua orang bisa masuk ke dalam rumah sebagai pemilik. Banyaknya sebagai tamu, atau bahkan hanya sekedar pengetuk pintu"

-ARZARA-


"Sayang, temenin Mama, yuk!"

Zara yang sedang menonton televisi mengarah pada ibundanya yang langsung duduk disampingnya, "Kemana, Ma?"

"Jalan-jalan. Kapan lagi main sama putri, Mama?" Ucapnya sambil tersenyum manis. Dan Zara tentu senang melihatnya. Senyuman yang sudah lama tidak ia lihat. Maka, tidak mungkin juga ia menghilangkan senyuman itu dengan menolak permintaan Ibundanya.

Sampai tempat dimana pohon yang menjulang tinggi dihadapan mereka. Rumah pohon yang pernah ia jumpai sebelumnya.

Zara mengerutkan dahinya. Mama tau dari mana? Tempat dimana Zara dan lelaki menyebalkan itu meninggalkan rumah pohon ini dengan sebuah pertengkaran.

Zara berbalik menghadap Rina. Namun, ia tidak ada disana. Zara melihat ke kanan dan kirinya mencari Rina. Sampai seseorang yang turun dari rumah pohon menghentikan gerakan Zara.

"Tante baik banget mau bantu, ya" Ucapnya sambil terkekeh kecil.

Zara memutar kedua bola matanya malas. Sudah ia duga. Karena kalau bukan dari lelaki itu, dari mana lagi Rina tahu.

"Terakhir kita ribut disini. Nggak deh, kita emang sering ribut. Tapi disini, harusnya enggak. Tempat dimana kita nuangin rasa senang dan nenangin diri. Jadi, jangan ada ego lagi"

Bukan menjadi jelas, Zara semakin bingung. Sejak kapan lelaki itu jadi tidak menyebalkan?

"Gue banyak salah sama lo. Dan kayanya emang nggak pantes juga buat dimaafin. Tapi izinin gue, kali ini aja. Gue mau ngungkapin perasaan gue yang sebenernya"

Zara terus mendengarkan lelaki itu melanjutkan omongannya tanpa menjawab atau menyelanya sedikitpun.

"Gue nggak suka sama lo, Ra"

Zara mengerutkan dahinya lagi, "Ya, terus ngapa--"

"Gue sayang sama lo"

Kalimat yang dikeluarkan lelaki itu langsung memotong ucapan Zara. Dan membuat gadis itu terdiam.

"Kasih gue kesempatan, Ra. Gue emang nggak pantes buat itu, tapi gue mau berusaha. Sekali ini aja. Gue nggak akan nyia-nyiain lo lagi"

"Selama ini gue ngebohongin perasaan gue sendiri. Gue udah suka sama lo sejak lama bahkan mungkin dari pertama ngeliat lo. Cuma gue nggak mau mengakui itu. Nggak pernah mau dan selalu batu"

"Sampai akhir dimana perasaan yang gue punya ini memuncak. Gaada lagi kebohongan. Dan gue udah jelasin yang sebenarnya karena gue nggak mau lo salah paham meskipun akhirnya lo bakal benci sama gue"

"Benci gue, Ra. Gue emang pantes buat itu"

"Tapi, sebelum lo bener-bener benci sama gue, gue cuma mau lo tau perasaan gue yang sebenernya. Yang nggak main-main dan nggak akan mempermainkan hati lo"

"Iya bisa dibilang gue nggak tau diri. Bisa-bisanya minta lo buat kasih kesempatan. Gue bener-bener minta maaf, Ra. Gue pengen buat lo bahagia setelah apa yang kita lewatin selama ini"

Arsa meraih kedua tangan gadis itu dan memegangnya erat, "So, will you be my queen?"

Zara terdiam. Beberapa detik kemudian ia melihat tangan mereka yang seolah bersatu dan tidak akan terlepas. Ia pun melepaskan genggaman itu.

ARZARAWhere stories live. Discover now