1. Seperti angin

5.3K 254 17
                                    

"Kamu itu seperti angin. Selalu menusuk kulit tanpa izin dan berbuat seenaknya"-Z

-ARZARA-


Pukul 15.30

Gadis berambut hitam lekat itu tengah bersantai-santai ditempat tidurnya yang sudah dianggap sebagai sahabatnya.

Derrrttttttt

Ponsel-nya pun berdering pertanda ada sebuah pesan yang masuk.

Ganti baju. Siap2 gak pake lama!

Gadis yang menerima pesan tersebut ternyata bernama Zara. Kepanjangannya Zara Nabila. Gadis manis dengan bulu mata lentik yang menghiasi kedua matanya.

Seketika ia mengerutkan dahinya melihat pesan yang tidak jelas itu. Dengan segera jari-jarinya menari diatas layar ponselnya untuk membalas pesan tersebut.

Buat apa?

Tidak butuh waktu lama, sang pengirim pesan langsung membalasnya.

Cepetann!!!

"Ish, dasar!" Gerutu Zara.

Sedetik kemudian ia langsung mengganti bajunya dan bersiap-siap secepat mungkin karena jika terlalu lama, matilah ia.

Lima menit kemudian, datanglah sebuah motor ninja berwarna merah tepat didepan rumah Zara. Gadis itu jelas tahu siapa yang datang yaitu sang pengirim pesan tadi. Namanya Arsa. Arsa Anggara. Lelaki bertubuh tinggi yang jika dibandingkan dengan Zara. Gadis itu hanya sebahunya Arsa.

Bukan Zara yang pendek. Mungkin Arsa yang terlalu tinggi.

Arsa pun membuka helm-nya dan turun dari motornya lalu langsung memasuki rumah yang terbilang sederhana tapi megah. Anehnya pagar rumah tersebut tidak tertutup ataupun dikunci, seperti mempersilahkan cowok itu masuk. Padahal biasanya pagar itu selalu tertutup.

Arsa langsung mengetuk pintu rumah itu dengan kasar tanpa henti. Untung saja kedua orang tua Zara masih bekerja, sehingga telinga mereka tetap aman.

Zara yang mendengarnya cepat-cepat keluar dari kamarnya dan turun ke bawah. Jika lama, kasihanlah pintu yang tidak berdosa itu.

Lalu ia membuka pintu tersebut dan membuat tangan cowok itu berhenti memukuli pintu rumahnya.

"Bisa santai?" Tempas Zara menatap Arsa sinis.

Bukannya menjawab, Arsa malah menarik kasar tangan kanan Zara menuju motornya.

Jelas Zara meringis kesakitan, "Lepasin!" Namun tidak didengar oleh Arsa. Lebih tepatnya, pura-pura tidak dengar.

Setelah sampai ditempat motor Arsa berada, tepatnya didepan pagar rumah tersebut. Ia pun melepaskan tangan Zara tanpa dosa. Akibat cekalannya lah tangannya memerah.

"Cepet naik!" Bentak Arsa.

Zara pun hanya bisa pasrah dan menuruti semua keinginan lelaki kasar tersebut.

Diperjalanan pun hening dan tak ada yang mengeluarkan suaranya. Masing-masing dari mereka sama-sama diam. Hanya angin yang berteriak diantara telinga mereka.

Arsa menghentikan motornya tepat didepan toko buku. Seketika pikiran Zara penuh dengan tanda tanya. Untuk apa ia membawanya ke sini? Apakah ia akan membelikan novel kesukaannya? Sepertinya tidak. Mana mungkin lelaki itu baik padanya. Kecuali ada maunya.

Mereka pun turun dari motor tersebut dan langsung memasuki toko buku itu. Lebih tepatnya yang duluan masuk itu Arsa, sedangkan Zara hanya mengekorinya saja.

"Pilihin gue pulpen yang bagus dan nyaman buat gue pake" Sahut Arsa datar.

Zara yang mendengarnya langsung membulatkan kedua matanya beserta mulutnya berbentuk 'O'.

"Jadi lo minta gue ke sini, cuma buat milihin lo pulpen yang bagus?" Tanya Zara memastikan dan diberi anggukan kecil oleh Arsa.

"Lo kan bisa pilih sendiri, kenapa harus sama gue?" Tanya Zara lagi.

"Jangan banyak tanya, cepetan pilihin!" Sentak Arsa membuat gadis itu mendengus kesal. Mau tidak mau ia harus menuruti kemauannya.

"Dasar, Kadal triplek!" Umpatnya, namun samar-samar masih terdengar oleh Arsa.

"Lo bilang apa tadi, hah?'' Ucap lelaki itu dengan nada yang terbilang tidak santai.

Zara yang seperti maling tertangkap basah itu langsung berpikir keras untuk menjawabnya.

"Hmm... Arsa ganteng" Celetuknya sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya membuat Arsa bergidik ngeri.

"Dasar gila!" Batin Arsa.

ARZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang