43. hari-hari yang baru [SPECIAL]

1.1K 42 5
                                    

"Dan ternyata, Tuhan memberiku alamat yang salah"-Arsa

-ARZARA-


"Aduhh!"

Seorang gadis kecil meringis kesakitan. Ia berlari-lari dengan ria sampai batu-batu itu membuatnya tersandung.

"Lho, kenapa peri kecil?"

Pertanyaan itu menghentikan ringisannya. Ia pun beranjak dari duduknya, langsung berlari menjauhi lelaki itu dan menghampiri ibundanya.

"Ma" Ucapnya pelan sambil memeluk erat dengan pandangan mengarah pada lelaki itu.

"Kenapa sayang?" Balas ibundanya sambil ikut mengarah pada apa yang dilihat putri kecilnya itu.

***

"Nggak apa-apa, ku buka?" Tanya Zara pada lelaki yang ada dihadapannya.

Bara tersenyum, "Buka saja"

Zara perlahan membuka surat yang baru sampai tadi siang. Cukup mengejutkan, karena ada namanya yang tertera jelas disana. Nama lelaki itu. Lelaki yang tidak pernah pergi dalam sebuah tempat; ingatan.

Untuk Zara Nabila.
Dan akan selalu untukmu.

Maaf, aku mengganggu kehidupanmu yang sudah senang sekarang. Maaf, karena aku berani menulis surat ini. Maaf juga, karena waktu itu aku langsung menghilang dari pandanganmu.

Dia putri kecilmu kan? Aku berniat membantunya tapi ia terlihat ketakutan melihatku. Apa aku semenyeramkan itu, Ra? Haha.

Aku payah. Aku belum siap untuk berjumpa denganmu waktu itu, apalagi didepan putrimu. Ku pikir kamu tidak akan benar-benar pergi secepat itu. Tapi kini, kenyataan yang harus ku terima bahwa kamu memang bukan milikku.

Tuhan memberiku alamat yang salah, Ra. Isi dalam surat yang diberikanNya, tidak ada tanda-tanda keberadaanmu disana. Sampai ketika hari itu, saat dimana aku sedang berjalan sendirian sambil memikirkanmu, aku melihat gadis kecil itu terjatuh.

Matanya yang indah turun dari ibunya. Karena saat aku menatap mata itu, aku tahu betul pemiliknya siapa. Dia juga tidak kalah cantik dengan ibunya.

Terus seperi ini ya, Ra? Bahkan lebih lama dari kata selamanya. Terus bahagia dan tersenyum. Itu penting buatku, sangat penting. Melihatmu yang sekarang, aku ikut bahagia walau bukan aku penyebabnya. Dan bukan aku yang bersamamu.

Dia. Lelaki yang memang akan membuatnu terus bahagia. Aku senang kamu bersamanya. Karena aku tahu, dia tidak akan pernah menyakitimu.

Dalam kurun waktu yang tidak pernah kita tahu, ada sebuah ingatan yang akan terus berada disana. Tidak akan tertelan waktu, justru waktu yang selalu membawanya.

Kini, aku benar-benar melepaskanmu. Terus baik-baik, Ra. Karena aku pun begitu.

"Dia menerimanya dengan baik, Rana" Ucap lelaki yang akan terus memegang tangannya hingga nanti.

Zara tersenyum tulus sambil mengangguk kecil.

"Sebentar ya. Aku buatkan kopimu dulu"

Bara mengangguk sambil mengambil surat itu dan membacanya.

Tidak lama, Zara membawa cangkir berwarna putih bergambar bunga kecil dengan aroma cappucino yang melekat didalamnya.

"Ini, diminum dulu"

Bara tersenyum sambil menatap perempuan itu. Perempuan yang ia pikir dulu tidak akan bisa ia miliki, bahkan masuk ke dalam dunianya saja sulit.

"Beruntung sekali aku memilikimu" Ucapnya dengan mata yang tidak lepas menuju Zara. Membuat perempuan itu tersipu dan salah tingkah.

"Udah, itu minum kopinya, nanti keburu dingin"

Bara pun menjawabnya dengan senyuman yang tidak kurang, "Tak apa. Bila buatanmu, tetap ku minum"

Pada kenyataannya, Tuhan tidak memberi alamat yang salah. Tuhan memberi alamat dengan semestinya.

Tuhan beri dengan semestinya bahkan sekalipun tanpa diminta. Tidak ada yang lebih baik dengan melihat orang yang berarti dalam hidup kita memberi kebahagiaan dan dunianya kepada yang lain. Karena selagi ia bahagia, kita ikut merasakannya.

Karena pada akhirnya, tidak semua perasaan berakhir dengan kepemilikan, tidak semua bisa masuk rumah yang diinginkan dan Tuhan mengaturnya dengan sebaik mungkin. Memberi tahu bahwa setiap manusia pasti pulang pergi, dan yang tetap disini sampai nanti sudah pasti dimiliki jika Tuhan menghendaki.

Seperti ucapnya waktu dulu pada lelaki itu, bahwa semesta tidak pernah ingkar janji.

Dan yang diinginkannya bukan berarti yang dibutuhkannya.

Mereka memang pernah berada dalam satu cerita. Tapi tidak selamanya, tidak abadi, bahkan terlalu sebentar.

Bab pertama yang dulu kosong kini sudah terisi oleh lelaki yang menjadi pendamping hidupnya. Bahkan terisi begitu saja tanpa ia minta dan tanpa ia harapkan.

Dan seperti apa yang diucapkan lelaki yang pernah ada dalam ceritanya dulu, bahwa ia akan tetap baik-baik saja. Semoga memang benar adanya. Karena kalau tidak, Tuhan pasti selalu menjaganya.

Di hari-hari yang baru tanpa Arsa. Seperti namanya, semoga kegembiraan terus menghampirinya.

***

HAIIII!

Ini bakal bener2 jadi part terakhir.

Terima kasih banyak udah baca ARZARA!

Nuhun pisan🥺

Sampai jumpa!

Tapi, kita akan tetap ketemu di cerita ini. Karena ARZARA udah tinggal disini.

Dan yang tinggal hanya ceritanya. Bukan mereka.

ARZARAWhere stories live. Discover now