17. ... by my side

Start from the beginning
                                    

Menjadi bintang di sebuah pesta, tinggal di istana, tinggal bersama sang ayah; keluarga yang ia rindukan, hidup sebagai seorang putri kekaisaran. Itulah identitas yang seharusnya ia miliki. 

Memangnya apa yang Athanasia miliki tapi dia tidak punya? Apa yang Athanasia miliki yang mampu membuatnya mendapat cinta dari Yang Mulia?

Kecantikan? Kepintaran? Kecerdikan? Atau kekuatan? Apa yang Athanasia miliki? Pikiran Jennette mulai buntu. Namun satu hal yang pasti, sebuah tekad tercipta di dalam dirinya. Ia menginginkan hal sama dengan apa yang Athanasia miliki, karena itu memang haknya. 

"Wah, dansa nya sudah selesai. Sepertinya pemberian medali untuk tuan penyihir akan dilaksanakan sebentar lagi." Suara pria itu membuat Jennette tertegun dari lamunannya.

"Tuan putri memiliki sang penyihir menara yang berada di pihaknya, kekaisaran ini sangat diberkati oleh langit. Bukan begitu Nona?"

Tuan penyihir? 

Ah benar, Athanasia sekarang memiliki pendukung terbaik yang bisa ia miliki di dunia ini. Seseorang ... tidak, sesuatu yang tidak Jennete miliki. 

Sebuah senyuman terbit di bibir manis sang gadis berambut coklat. Perasaan lega menyelimutinya ketika ia mendapat jawaban yang ia inginkan.

"Benar, langit pasti sangat memberkahi kekaisaran ini. Saya juga jadi ingin berteman dengan Tuan Penyihir."

Sebuah tekad sederhana untuk menggapai tempat yang ia impikan.

***

Langkah kaki Ijekiel membawanya ke satu-satunya balkon yang belum ia masuki. Tidak memperdulikan suara tepuk tangan yang bergemuruh, ia mencari Jennette yang tadi meninggalkan ballroom dengan wajah pucat.

Tadi selama sesaat ia merasa tersihir oleh penampilan sang putri yang begitu indah di lantai dansa. Sekalipun bukan ia yang berada di sana, sekalipun ia merasa kesal karena hanya berada di deretan penonton, tapi ia tidak bisa memungkiri kalau pemandangan itu sangat indah membuat matanya tidak dapat berpaling bahkan ketika gadis yang harusnya ia escort malam ini, Jennete, pergi dari sisinya.

Memasuki balkon yang tidak terlalu gelap, ia menemukan Jennette sedang tersenyum mengobrol dengan pria asing di sana.

"Jennette, apa yang kau lakukan disini?"

"Ah, Ijekiel!?" Gadis berambut coklat itu terlihat terkejut oleh kedatangannya.

"Aku mencari mu kemana-mana." Ijekiel berkata pada Jennette tapi matanya menatap pria berambut hitam yang berada di sampingnya. Pria itu tinggi dan terlihat gagah dengan pakaian khas bangsawan yang melekat di tubuhnya. Sekilas Ijekiel dapat melihat warna matanya yang hitam namun di saat yang sama terlihat kusam.

Apakah ia pernah mengenalnya? Pria itu sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya sekalipun ia berusaha mengingat seluruh bangsawan yang sudah sering ia temui di berbagai pesta ataupun pertemuan resmi.

"Ah benar, aku ingin melihat acara pemberian medali di dalam." Jennette berujar dengan senang. Melihat hal itu kekhawatiran yang menghampiri Ijekiel tadi sedikit menghilang. Sepertinya gadis itu baik-baik saja. "Bagaimana dengan anda, Tuan?" tanya Jennete pada pria di sampingnya. 

"Saya akan disini sedikit lebih lama. Silahkan nikmati waktu anda, nona."

Tunggu, sepertinya Ijekiel mengingat suara ini. 

Suara yang pernah didengarnya ketika diam-diam menguping pembicaraan ayahnya di ruang kerja dengan tamu yang tidak boleh ia temui. 

Ijekiel menoleh pada jennete, "Masuklah lebih dulu, aku akan bicara dengan Tuan ini sebentar."

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERWhere stories live. Discover now