39. Hati yang Bicara

2.3K 415 135
                                    

Jinae mengawali paginya dengan sangat baik hari ini. Dia bangun lebih awal sehingga bisa menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Min Yoongi. Rasanya Jinae sudah seperti istri yang sedang menunggu suaminya bangun tidur. Hanya dengan memikirkannya saja, sudah membuat pipi Jinae merona.

Sebenarnya dia punya alasan khusus mengapa bangun pagi. Apa lagi kalau bukan karena jadwal kuliahnya? Jinae harus pergi lima belas menit lagi kalau tidak mau ditendang keluar oleh Profesor Han karena lagi-lagi terlambat di kelasnya. Namun, sialnya Yoongi belum juga bangun. Dan Jinae sudah terlalu lelah untuk membangunkannya. Semua cara tidak ada yang ampuh. Sudah dicubit, dipukul, diteriaki dengan kencang, tapi tidak juga mebuahkan hasil.

"Cium dulu. Baru aku bangun."

Itu yang yang Yoongi katakan ketika Jinae sudah kehabisan ide.

Sebenarnya Jinae malas sekali. Bukan karena Jinae tidak ingin menciumnya, tapi Min Yoongi itu keterlaluan. Dia tidak pernah melepaskan Jinae begitu saja. Alhasil mereka jadi terlibat ciuman mesra di pagi hari sampai Jinae harus memoles lipstick-nya kembali karena pemuda itu merusak riasannya.

Tidak bisa dibayangkan jika setiap pagi Jinae harus membangunkannya dengan cara seperti itu. Yang ada, dia akan selalu terlambat masuk kelas pagi.

Sambil menunggu Yoongi yang baru saja selesai mandi, Jinae pun menyiapkan nasi untuk mereka berdua. Jinae tidak perlu lagi merasa khawatir dengan persediaan lauk, karena saat kembali dari Daegu, orang tua mereka telah membekali lauk pauk yang beragam. Jadi, Jinae hanya perlu memanaskannya saja dan semua selesai. Maaf saja, tapi Jinae masih payah dalam urusan memasak. Dan seluruh keluarga mereka tahu akan hal itu.

Sedang sibuk-sibuknya menata piring, Jinae dikejutkan oleh bunyi bel yang ditekan beberapa kali.

"Siapa sih yang bertamu pagi-pagi seperti ini? Benar-benar tidak sopan."

Jinae menghentikan aktivitasnya, dan berjalan menuju pintu. Dia sempat mengintip melalui intercome dan menemukan seorang pemuda berdiri di depan sana.

Wajahnya tidak terlalu terlihat karena dia menunduk dan menggunakan topi. Sempat merasa was-was, pada akhirnya Jinae membuka pintu itu.

"Kau siapa?" ucap pemuda itu begitu Jinae membuka pintu.

Tunggu. Bukankah seharusnya Jinae yang berkata begitu? Sekalipun tempat ini milik Yoongi, tapi kan yang bertamu adalah orang di hadapannya ini.

Jinae menghela napas pendek. Kemudian menatap pemuda yang terlihat lebih muda darinya itu dengan seksama. "Harusnya aku yang bertanya. Kau siapa?"

"Aku adiknya Yoongi Hyung."

Jinae nyaris tertawa. Bagaimana bisa dia mengaku sebagai adik Yoongi sementara Yoongi sendiri adalah anak bungsu?

"Hei, jangan coba-coba menipuku. Yoongi itu tidak memiliki adik, bocah. Lagi pula apa yang kau lakukan di sini? Bocah seusiamu seharusnya sedang menuju sekolah."

Pemuda itu merotasikan bola matanya. Lantas membuang napas jengah. "Hei, jangan sembarang ya memanggil orang. Aku ini bukan bocah. Aku sudah delapan belas tahun. Kau ini siapanya Hyung, sih?"

"Aku? Aku calon istrinya," jawab Jinae disusul senyum puas.

Tahu-tahu pemuda itu tertawa meledek yang terdengar amat menyebalkan. "Jangan membual. Mana mungkin Yoongi Hyung menyukai gadis SMA sepertimu. Sesama bocah, jangan saling membohongi. Minggir, aku mau masuk."

Hampir saja Jinae mengumpat kalau Yoongi tidak cepat-cepat datang. Anak ini sangat menyebalkan. Mulutnya tidak jauh berbeda dengan Yoongi. Berani sekali dia mengatakan kalau Jinae masih anak SMA? Apa Jinae perlu menunjukkan kartu mahasiswanya?

Fall in Love with Sweet DevilWhere stories live. Discover now