31. Air Mata dan Kebahagiaan

7.3K 1.1K 257
                                    

Paul Kim - Me After You

Tungkai kakinya bergerak dengan cepat membelah keramaian di trotoar jalan. Sore itu lumayan padat sebab banyak pejalan kaki yang kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda akibat hujan lebat mengguyur seisi kota sekitar lima belas menit lalu. Sambil menenteng satu cup kopi yang terasa hangat di telapak tangan, Jinae beberapa kali menyemburkan napas pendek.

Nampaknya Jinae terlihat resah sebab meninggalkan Yoongi sendirian di kamar rawatnya. Semua berawal dari Yoongi yang memaksanya untuk segera mengisi perut yang memang terasa keroncongan sebab ia tidak memakan apapun sejak kemarin. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menurut agar Yoongi bisa berhenti merengek dan mengancam tidak akan makan kalau Jinae tidak makan saat itu juga. Lalu setelah mengisi perutnya di salah satu tempat makan cepat saji yang berada di depan gedung rumah sakit ituㅡJinae tidak suka kalau harus makan di kantin rumah sakit, gadis itu menyempatkan diri untuk mampir ke salah satu kedai kopi dan memesan satu cup americano. Dan tepat setelah ia mendapati kopinya, hujan turun dengan deras. Memaksanya untuk tetap bertahan, dan menunggu sampai air langit itu mereda.

"Kenapa Yoongi tidak mengangkat teleponku? Apa dia tidur?"

Jinae kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku mantel sebab Yoongi tak kunjung menjawab panggilannya. Padahal ia hanya khawatir jika pemuda itu butuh sesuatu, dan terlalu gengsi untuk memanggil perawat. Yah, Yoongi kan memang seperti itu. Selalu merasa bahwa dirinya bisa tanpa meminta bantuan dari orang lain.

Gadis itu segera mempercepat langkahnya. Menyusuri lorong koridor yang cukup ramai sebab saat ini sudah memasuki jam besuk. Sambil beberapa kali melempar senyum pada perawat yang ia temui, akhirnya Jinae tiba di depan pintu kamar rawat Yoongi.

"Uh?"

Jinae termangu saat sepasang irisnya menangkap sosok lain dari balik kaca kecil yang berada di depan pintu itu. Niatnya ingin membuka pintu, namun pergerakannya terhenti di udara. Ia kemudian mengulum senyum kecut selagi memutar tubuhnya kembali hingga punggungnya sedikit membentur pintu. Nampaknya ada obrolan serius yang terjadi di dalam sana hingga mereka tidak menyadari keberadaan Jinae. Lagi pula, Jinae tidak ingin mengganggu atau merusak momen di antara keduanya. Karena itu, Jinae memilih untuk tetap diam dan menunggu di luar. Ia pikir, Yoongi dan Hyera memang harus meluruskan sesuatu.

"Yoongi, bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?"

Hyera menarik sebuah kursi di samping ranjang Yoongi untuk ia duduki. Lantas memandang pemuda itu dengan sorot penuh khawatir saat kedua tangannya saling bertautan di atas pangkuan. Sementara pemuda itu bersandar dengan nyaman di atas ranjang.

Ini adalah kali pertama sejak mereka bertemu terakhir kali setelah insiden mengerikan itu. Jujur saja, rasanya Hyera sangat menyesal karena sempat meninggalkan Yoongi sendiri di rumah sakit waktu itu. Kalau saja ia tetap di samping Yoongi, mungkin pemuda itu tidak akan berjalan-jalan sampai akhirnya bertemu dengan Jinae di tangga darurat. Dan kemungkinan peristiwa itu juga tidak akan terjadi.

Ya, ia sudah mendengar semuanya dari Jimin.

"Aku baik-baik saja, Hye," sahut Yoongi dengan nada hangat. Ia mengulum senyum kecil di bibirnya yang masih terlihat pucat. "Sekarang sudah terasa jauh lebih baik."

Mendengar hal itu, tak pelak membuat Hyera menyemburkan napas lega. Mungkin ia memang hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi, tetapi itu tak mampu merubah apapun. Dan setelah melihat keadaan Yoongi yang nampaknya tidak terlalu buruk, tentu saja membuatnya merasa jauh lebih lega. Walau nyatanya, sekarang ia dihadapkan dengan kenyataan pahit lainnya.

Fall in Love with Sweet DevilWhere stories live. Discover now