12. Ragu-ragu

8.1K 1.3K 215
                                    

Saat pagi hari tiba, kedua mata Jinae mengerjap pelan. Yang pertama kali ia lihat adalah bias cahaya matahari yang berusaha menerobos masuk melalui celah jendela yang tirainya sudah terbuka lebar. Oh, sangat cerah. Sampai-sampai membuat Jinae harus mengulurkan punggung tangannya guna menutupi cahaya yang mengenai sisi wajah. Melihat sekeliling ruangan yang ia tempati sekarang ini, Jinae pikir itu adalah kamarnyaㅡmaksud Jinae, kamar di apartemen Yoongi yang ia tempati.

Gadis itu pun berusaha bangkit. Mencoba meluruskan punggung sebelum menggeliat untuk melakukan perenggangan otot sendi yang terasa kaku. Jinae menguap lebar, lalu menggosok kedua matanya dengan punggung tangan. Rasanya ada yang aneh. Kepalanya terasa agak berat dan perutnya begitu mual. Oh, tunggu. Jinae mengendus sekujur tubuhnya. Lalu keningnya mengernyit sementara hidungnya mengerut, "Apa ini bau soju?"

Ingatannya kembali ditarik mundur. Mulai dari ia menerima ajakan teman-temannya untuk minum di salah satu kafe dekat kampus, obrolan ringan, sampai Ilhoon yang memaksanya untuk menghabiskan satu botol soju.

Jinae berdecak pelan.

"Sial. Seharusnya aku tau kalau dia memang brengsek." Teringat lagi bagaimana Ilhoon yang mengangkup tangannya saat mereka pertama kali bertemu di kelas. Setelahnya, Jinae benar-benar tidak menyangka kalau Ilhoon akan sebrengsek itu. Ingatan Jinae pun terhenti pada saat ia sudah tak kuat lagi setelah menghabiskan tiga, atau empat botol mungkin? Rasanya perutnya benar-benar teraduk dan isi kepalanya entah hilang kemana. Dan sekarang, semua masih menjadi misteri tentang ia yang bisa ada di tempat ini.

"Mungkinkah aku pulang dengan selamat semalam? Tapi rasanya tidak mungkin. Aku pikir aku mabuk berat, mana bisa menemukan jalan pulang tanpa tersesat?"

Ya, itu hal yang mustahilㅡtidak mungkin Jinae sampai di apartemen sendirian. Menggunakan akalnya yang sedang pergi ke alam lain. Lagi pula, saat sedang sehat saja ia sering tersesat, apa lagi saat mabuk, kan?

Biarlah, nanti saja dipikir lagi. Jinae tidak mau menambah pusing kepalanya. Bisa-bisa kepalanya itu terbelah menjadi dua. Ditambah lagi rasa mual pada perutnya yang benar-benar mengganggu.

Setelah berhasil mengumpulkan seluruh kesadarannya, Jinae memutuskan untuk turun dari ranjang. Menapaki lantai yang terasa dingin sambil mengikat rambutnya tinggi. Mencepolnya asal karena sungguh, rambutnya lebih mirip sarang lebah sekarang. Jinae rasa ia butuh keramas setelah ini, juga berendam dengan air hangat.

Tepat ketika membuka pintu kamarnya, Jinae disuguhi dengan aroma masakan yang menggoda indera penciumannya. Tiba-tiba saja perutnya terasa lapar padahal beberapa detik lalu ia masih merasakan mual. Dasar perut tidak tahu malu. Pun Jinae rasa ia lebih tidak tahu malu lagi karena membiarkan Yoongi memasak pagi ini. Dan ia malah mengambil salah satu kursi di meja makan, lalu duduk tenang di sana sambil mengamati punggung Yoongi.

"Sudah bangun?"

Tanpa menoleh, Yoongi berkata begitu. Heran. Dia punya mata di belakang kepala, ya? Padahal Jinae yakin kalau pergerakannya tadi tidak menimbulkan suara, bahkan derit kursi sekali pun.

"Maaf," gumam Jinae. Ia sendiri tidak mengerti meminta maaf atas apa. Salahkan mulutnya karena tiba-tiba mengatakan hal itu. Mungkinkah ia masih mabuk?

Sementara itu Yoongi yang masih sibuk mengaduk sup-nya, sempat terhenti sejenak. Menghela napas pelan, lalu mengambil mangkuk. "Kau bau soju."

"Separah itu, kah?"

Yoongi tidak menjawab, malahan sibuk menuang sup ke dalam mangkuk. Kemudian memutar tubuhnya ke arah Jinae, pada saat itulah kedua mata mereka bertemu. Jinae menatapnya ragu, sementara Yoongi datar seperti biasa. Ia berjalan mendekat. Meletakkan satu mangkuk sup di depan Jinae.

Fall in Love with Sweet DevilWhere stories live. Discover now