21. Yoongi Mencurinya

8.6K 1.3K 388
                                    

Sebenarnya Jinae tidak memiliki jadwal kuliah pagi hari ini, namun gadis itu sudah bangun dari tidurnya bahkan sebelum jarum jam tepat berada di angka tujuh. Anehnya, tidak ada hal penting yang Jinae lakukan selain bermain ponsel atau menggulingkan tubuhnya ke sana kemari sambil sesekali menilik ke arah pintu.

Malam ini Yoongi tidak pulang, tidak pula memberi kabar. Apa Jinae tidak sepenting itu sampai-sampai Yoongi tidak mengirim pesan sama sekali? Oh, tunggu. Apa yang Jinae harapkan memang? Sekali lagi, Jinae kan hanya seseorang yang menumpang di apartemennya. Tentu saja Yoongi lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerjanya, bersama gadis yang ia cintaiㅡmungkin. Jinae juga tidak tahu, tapi mendengar omongan Jimin kemarin, sedikitnya membuat Jinae berpikir kalau tidak seharusnya ia masuk ke dalam kehidupan mereka. Dan merusak semuanya.

"Sialan, Min Yoongi, kenapa dia membuatku jadi resah begini?" gumam Jinae tanpa sadar.

Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar yang polos setelah melempar ponselnya secara asalㅡhingga terjatuh ke atas karpet. Jinae sungguh kesal. Bermain ponsel pun percuma jika orang yang ia ingin tahu keberadaannya tak kunjung memberinya satu pesan pun.

Bangun dari pembaringannya sambil mengacak rambut panjangnya asal rasanya membuat perasan Jinae menjadi semakin tak karuan. Ah, mungkin sebaiknya Jinae berendam saja pagi ini. Sedikitnya bisa meluruskan pikirannya yang sedang kusut itu. Setelah itu akan Jinae pikirkan bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan paruh waktu supaya tidak membebani Yoongi lagi, dan bisa cepat-cepat pergi dari sini. Lagi pula Jinae harus segera mengganti uang yang Yoongi pinjamkan, dan harus mencari uang untuk menyewa sebuah flat. Dan uang bulanan yang ia terima dari beasiswanya di kampus juga tidak bisa menutupi semuanya. Tidak mungkin Jinae terus-terusan menjadi benalu di kehidupan Yoongi, bukan?

Atau Jinae bisa menelepon Mama dan bertanya apa ia memiliki kenalan yang sedang membutuhkan pekerjaanㅡya, itu lebih baik.

Jinae segera turun dari ranjang. Hendak melangkah menuju kamar mandi sebelum ponsel yang ia biarkan tergeletak di atas karpet berbunyi nyaring. Tak pelak membuat Jinae mengurungkan niatnya guna mengambil ponsel itu. Menatap layarnya dengan degub jantung yang tiba-tiba saja berpacu kencang. Itu panggilan dari Markㅡlagi. Kekasihnya yang hampir merenggut hal yang paling ia jaga sebagai wanita.

"Jinae, mau ke mana kau?"

Hampir saja jantung Jinae jatuh ke perut ketika seseorang baru saja memanggil namanya secara tiba-tiba saat ia melintasi sofa di ruang tengah dengan langkah kaki tergesa.

Jinae pikir yang barusan itu adalah hantu! Tapi saat ia mendapati Min Yoongi berbaring di atas sana dengan kantung mata yang terlihat lebih gelap dari sebelumnya juga ekspresi wajah datar sembari menatap Jinae tajam, ia kira pemuda itu terlihat jauh lebih mengerikan dari pada hantu. Tidak ada yang lebih menyeramkan dibanding dengan Min Yoongi dalam status mood yang buruk.

Maka dari itu, sebisa mungkin Jinae harus cepat pergi dari sana sebelum ia rerkena imbas dari 'mood buruk Min Yoongi'.

"Sialan, kau mengagetkanku, Yoongi." Jinae memegangi jantungnya sendiri. Membuang napas panjang guna menormalkan lagi detak jantungnya. Menilik presensi pemuda yang baru saja menegakkan punggungnya kembali.

Oh, tidak, sudah Jinae bilang bukan kalau pemuda itu sedang dalam perasaan yang tidak baik? Dan sialnya, beberapa detik lalu bibir Jinae baru saja melontarkan umpatan yang Yoongi tidak suka.

"Sudah berapa kali aku bilang kalau wanita tidak baik bicara kasar begitu, Jinae? Berhenti mengumpat, atau kuhentikan sendiri dengan caraku."

Jinae mencebik kesal. "Ini mulutku. Terserah padaku mau berkata apa, atau kugunakan untuk apa. Sekali pun aku mencium seorang pria, itu bukan urusanmu, Min Yoongi."

Fall in Love with Sweet DevilWhere stories live. Discover now