34. Ketakutan Terbesar

3.8K 582 142
                                    

Hujan yang mengguyur seisi kota sejak pagi buta akhirnya berhenti. Namun, udara dingin masih saja tak mau pergi padahal waktu telah menunjukkan pukul dua siang.

"Kau benar-benar harus pergi?" tanya Jinae begitu dirinya tiba di lobi apartemen bersama Yoongi.

"Hanya satu minggu, Jinae. Tak akan lebih. Aku janji."

"Tapi satu minggu itu lama, Min Yoongi. Itu waktu yang cukup bagi seseorang untuk mencuri diriku darimu."

Satu alis Yoongi terangkat. Ia menoleh pada Jinae yang masih cemberut.
Yoongi pun segera meraih lengan Jinae hingga gadis itu berhenti melangkah dan mereka berhadapan satu sama lain.

"Jangan asal bicara. Tidak ada yang mau mencuri gadis barbar sepertimu. Kau itu merepotkan, hanya aku yang sanggup mengurusmu."

"Asal kau tahu saja, banyak lelaki yang menyukaiku tahu!" ucap Jinae tak terima.

Yoongi tersenyum lebar sebelum mengusap puncak kepala Jinae dengan lembut. "Tapi kau hanya menyukaiku."

Sialnya, ucapan Yoongi sepenuhnya benar sehingga Jinae tak dapat membantahnya sedikit pun. Ia berdecak kesal dan dengan cepat memeluk Yoongi.

"Jangan sampai telat makan. Jangan sampai sakit. Kau harus kembali dengan sehat seperti sekarang."

Yoongi menganggukkan kepalanya. "Kau juga jangan coba-coba memasak di dapur. Aku tidak mau satu apartemen terbakar hanya karena kau lupa mematikan kompor."

"Min Yoongi!" Jinae memberikan pukulan pada punggung Yoongi sampai pemuda itu mengaduh kesakitan lalu mengeratkan pelukan mereka.

Beberapa detik setelahnya, Yoongi pun melonggarkan pelukan mereka lalu mengecup puncak kepala Jinae gemas. "Aku harus pergi sekarang."

Dan dengan sangat terpaksa, Jinae melepaskan pelukan mereka lalu membiarkan Yoongi berjalan menuju trotoar jalan guna menyebrang ke coffee shop tempat di mana temannya menunggu sebelum berangkat bersama ke bandara.

Jinae masih bertahan di sana. Memandangi punggung Yoongi dengan senyum tipis yang melekat pada bibirnya.

Tepat ketika lampu untuk pejalan kaki berubah menjadi hijau, lagi-lagi hujan kembali turun. Sialnya, ia lupa membekali Yoongi dengan payung.

Tahu-tahu Yoongi pun memutar tubuhnya kembali. Pemuda itu berusaha menutupi kepalanya dengan telapak tangan sementara tangannya yang lain melambai ke arah Jinae. Ia tersenyum lebar dan mengisyaratkan Jinae untuk segera masuk ke dalam.

"Cepat kembali, Yoonㅡ"

BRUK!

Dunia Jinae mendadak berhenti.

Layaknya daun kering yang tersapu angin musim gugur, ia menyaksikan sendiri bagaimana tubuh Yoongi terhempas di udara sebelum mendarat di aspal jalan yang tiba-tiba saja berubah menjadi lautan merah.

"Mama!"

Jinae terbangun dengan peluh menetes pada kedua sisi wajahnya. Padahal di luar sana udara sedang dingin-dinginnya, tetapi tubuh Jinae malah berkeringat seolah ia baru saja berlari mengejar pencuri.

"Astaga, ada apa denganku?"

Segera ia mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan hingga detak jantungnya kembali normal. Jinae mengusap wajahnya. Pikirannya kembali melayang pada mimpi aneh yang telah menghantuinya sejak satu minggu lalu.

Fall in Love with Sweet DevilDonde viven las historias. Descúbrelo ahora