01. Awal yang Buruk

14.7K 1.6K 104
                                    

Jinae menghela napas panjang untuk kesekian kalinya sejak pesawat yang ia tumpangi mendarat dengan mulus di Bandara Incheon. Harusnya ini menjadi hari yang bahagia karena ia bisa kembali ke negara asal setelah empat tahun menetap di negeri orang. Gadis dengan rambut cokelatㅡhampir karamelㅡitu memang mengeyam pendidikan di California, dan ini adalah kali pertama bagi Jinae untuk menginjakkan kaki lagi di Korea.

Bagi Jinae, tidak ada yang lebih menyebalkan dari apa yang ia dengar selama beberapa minggu belakangan. Bahkan rasanya ini jauh lebih mengerikan dibanding dengan menghadapi Mark yang sedang mabuk. Jinae tidak mengerti kenapa semua terjadi dengan cepat sejak Papa berkata 'Jinae sayang, Papa tidak bisa lagi membiayai kebutuhan kuliahmu di sana. Perusahaan Papa hampir bangkrut, dan kita benar-benar kehabisan uang. Papa benar-benar tidak ingin mengatakan ini, tapi bisakah kau kembali saja ke Korea saja? Papa yakin kau bisa mendapat beasiswa di salah satu kampus di Seoul'.

Jinae pikir itu adalah lelucuon Papa semata. Maklum saja, Papa memang sering melucu, tapi rasanya lelucuonnya kali ini benar-benar jauh dari kata lucu. Yang ada Jinae malah menangis histeris saat mendengarnya. Itu adalah hal paling buruk yang Jinae dengar setelah kematian Roniㅡanjing peliharaannyaㅡselama kurun waktu dua puluh dua tahun hidupnya.

Oke, lupakan tentang California karena nyatanya Jinae bahkan sekarang harus dengan susah payang menarik dua koper besar sekaligus untuk menuju pintu keluar. Kalau saja Jinae masih banyak uang seperti dulu, mungkin Jinae sudah meninggalkan barang-barang dengan brand ternama yang ia beli selama tinggal di negeri Paman Sam. Ayolah, Seoul juga tidak kalah keren. Banyak toko-toko ternama yang menjual tas branded keluaran terbaru. Hanya saja, Jinae pikir sekarang ia tak akan bisa menyalurkan hobi belanjanya itu. Mau bagaimana lagi? Untuk membayar tempat tinggal mewah seperti diㅡah, lupakan. Jinae rasanya mau menangis saja kalau ingat pesan Mama bahwa ia akan menumpang di dumah anaknya teman Mama selama tinggal di Seoul.

Ponsel Jinae berdering ketika ia sedang menunggu taksi di pintu keluar. Setidaknya melihat siapa yang menelpon, senyum Jinae dapat mengebangㅡmeski hanya sedikit. Setelah Jinae menggeser tombol hijau, kebetulan taksi yang ia pesan datang juga.

"Halo, Ma." Jinae menyapa. Ia pun ikut tersenyum ketika supir taksi itu keluar dari dalam mobil dan membantunya mengemas koper ke dalam bagasi. "Aku sudah sampai dengan selamat, dan masih tetap cantik seperti biasa."

"Syukurlah, Mama bisa tenang sekarang. Anak Mama memang paling cantik, Mama tau." Terdengar helaan napas panjang diujung sana, dan itu mampu membuat Jinae tertegun. Ia sempat terdiam dengan ponsel yang dijepit di antara telinga dan bahu. "Maafkan Mama ya, bahkan Mama tidak bisa menyambutmu ketika datang ke Seoul. Mama harus membantu Papa di sini. Dia agak kurang sehat. Maaf karena membuatmu harus berada dalam situasi seperti ini, Jinae sayang."

Jinae tersenyum masam. Anak mana yang tidak sedih jika mendengar orang tuanya berkata demikian? Jinae pikir air matanya benar-benar akan turun kalau saja ia tidak ingat bahwa semua ini ia lakukan demi kedua orang tuanya. Jinae tidak ingin terpuruk dan membuat situasi semakin rumit. "Tenang saja, Ma. Seoul tak seburuk itu. Yang penting aku masih bisa kuliah di sini. Jangan khawatirkan aku, Ma. Aku sudah biasa hidup mandiri. Malahan aku yang minta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa."

"Kau memang anak baik, Ji. Oh ya, tentang apartemen itu, sudah Mama kirim ya alamatnya. Berikan saja pada supir taksi, dia pasti tau. Ji, jangan jadi anak nakal ya. Kau harus baik padanya. Ingat! Jangan melepas pakaian dalammu saat tidur. Astaga, Mama tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi dia kalau tahu kebiasaanmu itu. Kau sudah dua puluh dua tahun, Nak."

Jinae terkekeh gemas. Kalau saja ia bisa melihat ekspresi wajah Mama yang selalu mengomel saat Jinae tidur tanpa pakian dalam, ia pasti akan memeluk Mama sekarang juga. Dan, tentang kebiasaan itu, Jinae pikir akan sulit menghilangkannya. Semoga saja anak teman Mama bisa memaklumi. Sesama perempuan tidak apa, bukan?

Fall in Love with Sweet Devilحيث تعيش القصص. اكتشف الآن