19. Rahasia Kecil

8K 1.3K 348
                                    

"Bibi, aku pesan satu porsi besar bubur abalone, ya!"

Suara Jinae terdengar hampir ke seluruh sudut kedai bubur yang baru pertama kali ia datangi. Sebenarnya Jinae sering lewat sini, hanya saja baru sempat mampir sekarang. Itu pun diikuti Yoongi. Pemuda itu mengekorinya sampai ke tempat ini. Padahal Jinae sudah bilang kalau ia tidak akan mengganggu kebersamaannya dengan Hyera lagi.

"Sebenarnya, apa yang kau lakukan di sini? Aku kan sudah minta maaf karena mengganggu kalian. Sudah, hush, pergi sana. Nanti Hyera menunggumu."

Jinae mengibaskan tangannya di depan wajah. Persis seperti menyuruh anak kucing kembali ke kandang. Sementara itu, Min Yoongi yang duduk di hadapannya tidak bergeming sedikit pun. Malahan menatap Jinae dengan ekspresi datar sebelum mendengus kesal.

"Bibi, bubur abalone-nya tambah satu porsi lagi, ya. Yang sedang saja, terima kasih," kata Yoongi yang mendapat anggukan ramah dari Bibi si pemilik kedai. Lantas kembali menilik presensi gadis mungil yang kini tengah merajuk. "Tentu saja makan. Kau pikir, hanya kau saja yang lapar?"

"Tapi, banyak meja yang kosong di sini. Kenapa harus duduk di depanku? Kau tidak paham, apa? Aku tidak ingin kau melihatku, Yoongi," Jinae membuang wajahnya ke arah lain. Rasanya malu sekali berhadapan dengan Yoongi setelah ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dari awal, seharusnya Yoongi bilang pada Jinae kalau Hyera itu pacarnya. Kan Jinae bisa bersikap lebih baik lagi. Setidaknya ia tidak akan membenci Hyera hanya karena masalah sepele. Jinae ini perempuan. Tentu ia mengerti bagaimana rasanya jika pacarnya tinggal bersama dengan gadis lain. Astaga, sekarang Jinae jadi merasa seperti gadis yang jahat.

"Loh, ini kan mataku. Terserah padaku dong, aku mau melihat ke mana," sahut Yoongi. Ia menumpu dagunya pada telapak tangan, kemudian tersenyum kecil. "Dan sekarang, aku ingin melihat wajahmu, Jinae."

Jinae mendecak kesal. Masih enggan melirik Yoongi. Pemuda itu bisa saja menggodanya. Sialan."Pergi sana. Hyera kan sudah memasak untukmu, sebaiknya kau makan masakannya, bukannya malah mengikutiku ke sini."

"Tapi aku maunya makan bersamamu, bodoh. Dasar tidak peka."

Eh? Apa apaan itu? Apa itu masuk akal? Jinae segera mengangkat wajahnya kembali. Dan masih menemukan presensi Yoongi yang menatapnya lekat. Uh, apa ini? Kenapa rasanya jantung Jinae berdebar dilihat seperti itu? Sial, pipinya juga mulai terasa hangat. Apa Jinae akan terserang demam?

"Jangan melantur, deh," kata Jinae pelan. Kemudian pupil matanya kembali membesar. Teringat sesuatu. "Hei, Yoongi, kenapa kau tidak bilang kalau Hyera itu pacarmu? Setidaknya aku kan bisa bersikap agak baik. Pasti dia sakit hati melihat pacarnya tinggal dengan gadis lain."

"Jangan sok tahu," sahut Yoongi cepat. "Hyera itu memang pacarku, tapi itu dulu."

Jujur saja, Yoongi sudah menduga kalau hal ini pasti akan terjadi. Sebenarnya, Yoongi bukan berusaha untuk menyembunyikan fakta bahwa ia dan Hyera memang pernah terlibat dalam sebuah hubungan lebih dari sekedar pertemanan. Namun, ia hanya tidak ingin Jinae berpikiran buruk. Itu, saja. Yoongi benar-benar ingin menjaga perasaan Jinae.

Belum sempat Jinae menanggapi ucapan Yoongi, Bibi pemiliki kedai sudah lebih dulu datang dengan satu nampan berisi dua mangkuk bubur pesanan mereka. Wanita paruh baya itu tersenyum hangat.

"Sepertinya ini kali pertama aku melihat kalian berdua. Baru menikah, ya?" ucapnya selagi meletakkan mangkuk bubur di atas meja.

Tak pelak membuat kedua mata Jinae hampir saja melompat keluar dari tempatnya. Tidak percaya jika Bibi itu berpikiran ke arah sana. Huh, menikah apanya? Yang ada Jinae akan merasa stress setiap hari jika menikah dengan Yoongi.

Fall in Love with Sweet DevilOù les histoires vivent. Découvrez maintenant