15. Hujan dan Penyesalan

8.5K 1.4K 405
                                    

Wattpadku error kayaknya. Udah update dari semalem, tapi ngga ada notifikasinya. Tolong vote dan komen yaa;)) Selamat membaca;)


"Sekian untuk hari ini. Jangan lupa tugas yang harus dikumpulkan melalui e-mail, deadline-nya pukul sepuluh malam. Lewat dari itu, tidak akan saya periksa. Sampai jumpa minggu depan. Selamat siang."

Serempak, seluruh mahasiswa yang berada di dalam kelas itu menjawab, "Selamat siang, Profesor."

Selepas kepergian pria paruh baya yang dikenal tegas dan tidak menolelir siapa pun yang bermain-main di mata kuliahnya, suara riuh mulai memenuhi ruangan tersebut. Banyak keluhan terdengar, mulai dari tugas yang terlalu berat, deadline yang terlalu cepat, sampai kuis yang tiba-tiba saja diadakan. Sungguh hari yang melelahkan.

Jinae yang saat itu sedang merapikan isi tasnya, sempat terhenti begitu ada tepukan ringan mendarat pada bahu kirinya. Ia tersenyum simpul, karena ternyata itu perbuatan Mina.

"Setelah ini kau masih ada kelas, Ji? Kalau tidak, pergi ke kafetaria, yuk? Aku lapar."

Mereka memang tidak duduk bersebelahan seperti biasa. Mina datang agak terlambat, jadi gadis itu terpaksa duduk di paling belakang. Itu pun sudah mengendap-ngendap supaya tidak ketahuan. Untungnya, Mina datang saat Profesor Kim sedang menulis sesuatu di papan tulis.

"Tidak ada sih, tetapi aku ingin bertemu dengan temanku dulu sebentar." Jinae menilik jam kecil yang melingkari pergelangan tangannya. "Kau mau duluan atau ikut denganku? Nanti kita bisa pergi ke kafetaria sama-sama."

"Ikut denganmu dulu deh. Aku juga malas kalau harus ke kafetaria sendirian," keluh Mina. Keningnya berkerut samar, penasaran. "Memangnya mau bertemu dengan temanmu di mana?"

"Di depan gedung."

"Oke."

Setelahnya Jinae lanjut merapikan barang-barangnya kembali. Beberapa detik kemudian kedua gadis itu pun berjalan menuju pintu keluar. Koridor kampus terlihat ramai seperti biasanya. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang atau sekedar mengobrol di dekat papan mading. Pun Jinae dan Mina hanya mengobrol santai sambil menuju lobby gedung Fakultas Ekonomi.

Sesampainya di sana, Jinae tersenyum lebar. Pemuda yang tadi pagi mengantarnya ke kampus terlihat sedang mengobrol dengan beberapa orang di depan gedung. Ternyata, Jimin sudah tiba lebih dulu.

"Jimin!" panggil Jinae tanpa peduli sekitar. Bahkan beberapa orang sempat menoleh begitu nama Jimin mengudara. Tak luput, Mina yang berada di sampingnya pun melongo. Jinae sih tidak sadar. Yang jelas, Jimin menoleh lalu melambaikan tangan ke arahnya.

Dua orang yang tadi sedang mengobrol dengan Jimin pun terlihat pamit pergi ketika Jinae sampai di sana.

Gadis itu tersenyum kecil. Agak merasa tak enak takut Jimin sudah menunggunya sejak tadi. "Sudah menunggu lama, Jim?"

Jimin menggeleng pelan. Kemudian tersenyum lebar hingga kedua matanya membentuk sebuah garis manis yang sangat memesona. Oh, taukah Jimin kalau beberapa gadis baru saja menjerit tertahan karena senyum manis itu?

"Tidak sih, baru sekitar tiga menit mungkin." Jimin mengangkat bahunya acuh. "Oh, iya, ini, power bank-mu. Jangan sampai lupa lagi, masih untung tertinggalnya di mobilku. Coba kalau di bus? Lain kali hati-hati."

Kali ini Jimin menyodorkan benda persegi panjang yang langsung diterima Jinae dengan wajah sumringah. Benda itu lah yang membawa Jimin kemari padahal ia memiliki jadwal kelas setelah ini. Tidak apa, Jimin sih tidak keberatan sama sekali. Toh, gedung Fakultasnya berada di samping gedung Fakultas Jinae. Hanya butuh lari sedikit, dan ia tidak akan terlambat sampai di kelas.

Fall in Love with Sweet DevilWhere stories live. Discover now