18. Gadis Bodoh

8.1K 1.3K 410
                                    

Semenjak Yoongi berkata bahwa ia ingin menghabiskan waktu dengan Jinae lagi, Jinae pikir pemuda itu setidaknya akan berubah menjadi lebih manis. Atau, sekurang-kurangnya tidak menyuruh Jinae ini itu lagi layaknya seorang pesuruh. Namun, ketika ekspetasi Jinae tidak sejalan dengan realita yang ada, gadis itu hanya mampu mendengus kesal, sambil sesekali mengumpat pelanㅡtanpa sepengetahuan Yoongi.

Oh, bayangkan saja. Hari ini akhir pekan, tetapi Jinae malah mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Juga mengurusi bayi besar yang katanya masih kurang sehat. Cih, Jinae tahu betul kalau itu hanya alibi seorang pemudaㅡyang kulit pucatnya melebihi wanitaㅡuntuk mengerjai Jinae. Dia pikir menyenangkan apa menyapu lantai atau sekedar memungut sampah yang ia tinggalkan?

"Yoongi, kau masih memiliki tangan dan kaki yang lengkap, setidaknya buang sampah itu ke tempatnya. Dasar pemalas," cibir Jinae begitu kembali ke ruang tengah setelah berkutat dengan mesin cuci di dapur.

Gadis itu memungut bungkus camilan yang berserakan di atas karpet. Sesekali melirik tajam si pemalas yang ia panggil tadi, namun yang ada Yoongi malah mengangkat bahunya acuh seraya menekan remot tv. Entahlah, Jinae juga tidak mengerti apa yang sedang Yoongi tonton, pasalnya sejak tadi ia hanya mengganti saluran televisi terus-menerus tanpa minatㅡsambil mengunyah kripik kentang.

Benar kan dugaan Jinae kalau Yoongi itu hanya pura-pura saja? Mana ada orang sakit yang berperilaku seperti pria itu?

"Buat apa repot-repot? Kan ada kau yang akan membereskan semua ini. Lagi pula, sudah aku bilang kalau aku masih sakit, Jinae. Orang sedang sakit itu kan seharusnya tidak melakukan apa-apa."

Oh, sabar Jinae, sabar. Setidaknya Yoongi sudah membantumu selama ini, dan hanya ini yang bisa kau lakukan untuk membalas kebaikannya itu. Mau tak mau Jinae melengos ke arah dapur, membuang bungkus makanan ke dalam tong sampah. Setelahnya ia kembali lagi ke ruang tengah. Mengambil tempat duduk di samping Yoongi, terkulai lemas seperti orang yang kehilangan nyawa.

"Hah, aku lelah," keluh Jinae disusul dengan helaan napas panjang. Bahu dan lengannya terasa pegal karena seharian ini tubuh kurus itu bekerja keras untuk membersihkan apartemen. Terlebih lagi kekacauan yang dibuat orang di sebelahnya itu. "Yoongi, aku lapar."

Tak pelak membuat Yoongi menoleh ke arah Jinae. Sedikit menyunggingkan senyum kecil begitu melihat bagaimana keadaan gadis itu sekarang. Sebenarnya Yoongi tidak sepenuhnya bohong, benar kok kalau ia masih sakit. Buktinya kepalanya masih agak terasa pusing, dan ia masih beberapa kali bersin yang membuat hidungnya terasa berair. Tapi kalau berbaring terus-menerus di kamar, yang ada Yoongi malah semakin merasa sakit. Makanya ia lebih memilih untuk merecoki Jinae hari ini.

Namun nampaknya Yoongi agak keterlaluan. Ia bahkan bisa melihat bagaimana peluh yang menngalir dari pelipis Jinae. Sepertinya gadis itu benar-benar kelelahan.

"Mau pesan makanan?" tawar Yoongi. Ia meletakkan remot televisi yang sedari tadi ia pegang ke atas meja. Kemudian beralih untuk mengangkat tangannya guna mengusap peluh yang ada di pelipis Jinae dengan ujung lengan baju yang ia kenakan.

Pun membuat Jinae agak terkejut dengan perlakuan manis Yoongi. Gadis itu menatap Yoongi dengan celah bibir yang sedikit terbuka sementara otaknya mendadak kosong. Kendati demikian, ia membiarkan pemuda itu melancarkan aksinya. Tubuhnya terlalu lelah bahkan untuk sekedar menepis lengan Yoongi. Lagi pula, ia menikmati waktunya kok. Bisa mengamati wajah tampan Yoongi dari jarak sedekat ini, lumayan menguntungkan. Coba saja Yoongi itu tidak menyebalkan, mungkin Jinae sudah sangat berdebar karenanya.

Namun, Yoongi tetaplah Yoongi. Ia memiliki daya tarik tersendiri yang membuat Jinae betah berlama-lama dekat dengannya, sekali pun ia bersikap menyebalkan.

Fall in Love with Sweet DevilWhere stories live. Discover now