26. Alasan untuk Bertahan

6.5K 1.2K 452
                                    

Daegu, 2010.

Siang itu langit berwarna biru cerah. Terbentang luas tanpa ada kumpulan awan yang menjadi penghalang. Yoongi baru saja keluar dari sebuah toko kelontong yang biasa ia lewati saat pulang sekolah. Anak lelaki yang masih mengenakan seragam sekolah itu menenteng sebuah kantung plastik hitam yang berisi dua batang es krim. Berjalan santai menyusuri jalanan yang cukup ramai oleh anak sebayanya. Saat ini memang kegiatan sekolah baru saja usai.

"Yoongi, jangan lupa. Dua jam lagi di lapangan dekat sungai. Kalau kau tidak datang, tim basket kita pasti kalah dan kita harus merelakan lapangan itu menjadi milik sekolah sebelah."

Seorang teman baru saja menepuk bahunya. Yoongi menoleh dan mendapati Joohyuk si anak laki-laki paling tinggi di sekolah, mengajaknya bicara.

Pun Yoongi tersenyum lebar, lalu mengacungkan jempolnya ke arah Joohyuk dan beberapa temannya yang lain yang datang bersama anak itu.

"Omong-omong, anak kelas satu yang biasa mengekorimu seperti anak ayam itu ke mana? Tumben sekali kalian tidak bersama," ucap Joohyuk sambil sesekali memerhatikan sekeliling Yoongi.

Namun, yang ditanya justru mengangkat bahunya tak acuh, lalu berbelok di persimpangan jalan sambil berkata, "aku ada urusan. Nanti aku menyusul."

Setelahnya Yoongi tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi di balik punggungnya. Ia melangkah dengan mantap menyusuri jalan setapak dengan rerumputan yang mengering sebab hujan belum turun hampir dua minggu. Musim panas kali ini memang agak ekstrim. Kendati demikian, beberapa tanaman bunga terlihat tumbuh dengan baik.

Seolah sudah tahu ke mana tungkai kaki itu membawanya pergi, Yoongi tanpa ragu melewati beberapa petani semangka yang tengah sibuk memetik hasil jerih payahnya. Tanpa sadar, ia tersenyum kecil.

Matahari masih bersinar terik, bahkan saat sepasang irisnya menangkap sosok gadis pendek dengan seragam yang sama sepertinya sedang duduk di bawah pohon besar yang daunnya lebat.

"Jinae," panggil Yoongi setelag ia tiba di tempat itu.

Gadis itu pun menoleh saat mendengar seseorang menyebut namanya. Melengkungkan bibir ke bawah ketika Yoongi mengambil tempat duduk tepat di sampingnya. Keduanya duduk di atas rerumputan sambil memandangi padang ilalang yang bergerak mengikuti arah angin.

"Kenapa kau kemari?" tanya Jinae ketus.

Gadis yang baru saja genap menjadi murid SMP selama dua minggu itu merengut. Kenapa Yoongi bisa tahu kalau ia di sini, pikirnya.

Sementara Yoongi, ia malah melempar kantung plastik yang ia bawa ke atas pangkuan Jinae.

"Tadi ada yang memberinya padaku, tapi sayangnya rasa cokelat. Aku tidak suka. Jadi itu untukmu saja."

Kadang Yoongi memang seperti itu, entah apa maksudnya. Ia tidak suka jika orang lain tahu perbuatannya. Padahal jelas-jelas Yoongi yang datang sendiri ke toko lalu membeli es krim itu dan membawanya kemari. Hanya untuk Jinae, teman kecilnya.

Mendengar hal itu, Jinae segera melongok apa isi plastik tersebut. Kedua matanya berbinar lucu sementara bibirnya tidak bisa untuk tidak tersenyum saat tahu Yoongi memberinya dua batang es krim rasa cokelat.

"Sampaikan terima kasihku pada orang yang memberimu es krim ini, ya," kata Jinae sebelum merobek bungkus es krim itu dengan semangat menggebu. Perasaannya terasa jauh lebih baik saat lidahnya mengecap rasa manis dan dingin dari es krim favoritnya itu. Ia kembali tersenyum kendati berjam-jam lalu terus menekuk wajahnya.

Fall in Love with Sweet DevilWhere stories live. Discover now