27.Please Stay

6.3K 791 206
                                    

"Ketika kita meminta seseorang untuk bertahan meskipun kita tau dia sudah terlalu kesakitan selama ini, bisa disebut sebuah kejahatan?"

***************

Samudra menggeliat kecil kala merasakan seseorang menusuk nusuk pipinya beberapa kali. Si bungsu itu membuka matanya dan mendapati Angkasa ada disana.

Tertawa kecil kala melihat wajah bangun tidurnya yang pasti tampak sedikit kacau. "Cio geems banget sih lo."

Angkasa mencubit pipi Samudra kuat kuat sampai membuat anak itu mengerang kesal. "Bang!"

"Abisnya ini udah siang, lo mau tidur sampai jam berapa?"

Samudra kembali menggeliat kemudian mendudukkan dirinya dengan mata setengah tertutup.

"Mandi siap siap, entar lo telat." Sebuah usapan hangat Angkasa berikan pada surai Samudra yang memang sudah berantakan.

Si sulung itu keluar dan menuruni tangga dengan tergesa. "Adeknya mana Bang? Katanya mau bangunin."

"Katanya sih mau mandi Bun. Nggak tau kalau tidur lagi." Arini tertawa kecil sembari meletakkan sebuah sandwich di hadapan Angkasa.

"Olimpiade minggu depan jadi kan Bang?" Angkasa menatap Ardi kemudian mengangguk kecil.

"Jadi dong, Ayah sama Bunda dateng kan?"

Ardi mengangguk sembari menyesap kopinya perlahan. "Pasti dong, Ayah pengen liat anak Ayah pegang piala nomor satu."

10 menit kemudian Samudra berjalan pelan menuju meja makan. Kedua pipinya menggembung lucu seakan akan tengah kesal karea sesuatu.

"Jagoannya Ayah kenapa mukanya?" Ardi menegur si bungsu yang kini sudah mendudukkan dirinya itu.

"Masih ngantuk kalau ini, Yah." Arini meletakkan sepotong sandwich di piring Samudra lalu mengecup pipi putra bungsunya itu.

"Lo mandi nggak sih Yo?" Angkasa setengah tertawa saat menanyakannya.

Apalagi kala melihat netra adiknya itu tiba tiba terbuka dengan sempurna.

"Bunda.. Bang Juna fitnah tuh Bun. Ngaku aja, pasti abang kan yang belum mandi."

Arini mendekat ke arah Angkasa kemudian mencium pipi si sulung yang hanya diam saja.

"Udah Wangi kok anak anaknya Bunda. Ayo sarapan terus berangkat."

Ardi meletakkan secangkir kopinya kemudian menatap Arini.

"Jadi cuman anak anak aja yang dapet cium dari kamu? Punya Ayah nya mana?"

Arini memukul bahu Ardi dengan kencang. "Mas, anak anak masih disini juga."

"Kenapa? Anak anak udah gedhe iya kan?"

Angkasa dan Samudra menatap satu sama lain. Kemudian menggeleng dengan kompak. Angkasa masih duduk di kelas 5 SD, sementara Samudra masih duduk di kelas 3. Tentu saja masih jauh dari kata dewasa.

Samudra Sang Angkasa [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang