20.Sebuah Arti

4.3K 737 94
                                    

"Manusia kadang terlalu sulit untuk dimengerti, mereka menginginkan dua hal yang berlawanan secara bersamaan"

*************

Angkasa memarkirkan mobilnya di basement Apartemen setelah memastikan Jovan ada disana untuk adiknya. Ia terlalu khawatir untuk membiarkan Samudra sendirian, tapi juga terlalu takut untuk mendekat.

Ia takut jika Samudra akan kembali terluka karenanya, ia melihat sendiri bagaimana adiknya itu kepayahan dan ia rasa sudah cukup. Keputusan terbaik memang mengikuti keinginan Ayahnya agar semua masalah selesai.

Angkasa mengecek ponselnya sembari menekan beberapa angka sebagai password Apartemen yang baru beberapa saat ia tinggali. Tak ada balasan apapun dari Samudra, mungkin adiknya itu juga tak peduli.

Setelah melepaskan sepatunya, Angkasa langsung mendudukkan diri di lantai ruang keluarga. Bersandar pada sebuah sofa panjang berwarna abu abu yang ada disana.

Tangisan dan permohonan Bundanya, teriakan sang Ayah, dan juga rasa sakit Samudra membuat pikirannya penuh. Kenapa ia harus berada di situasi seperti ini? Menjadi tumpuan Ambisi Ardi dan Arini, serta menjadi alasan dari begitu banyak rasa sakit yang Samudra dapatkan.

Kenapa Ardi dan Arini harus bertengkar seburuk itu karena dirinya?

Angkasa mendongakkan wajahnya guna menahan air mata yang siap untuk jatuh kapan saja. Tenggorokannya tercekat dengan rasa sakit yang terasa dominan.

Bagaimana mungkin ia akan menjadi Angkasa yang sama setelah semuanya terjadi? Ia sudah berusaha keras, belajar tanpa mengenal waktu agar Ayah dan Bundanya bahagia. Selalu mendamaikan mereka saat pertengkaran besar terjadi dan mencoba memahami Samudra.

Tapi sekarang semuanya terasa sia-sia.

Ponselnya bergetar, ada pesan dari grup Hima yang mengatakan akan ada rapat wajib untuk membahas kegiatan mereka di akhir bulan.

Angkasa bangkit menuju kamarnya, mencuci wajah dengan gerakan kasar sembari mengatur nafas yang tiba-tiba terengah. Netra itu berkedip perlahan sembari menatap pantulan wajahnya dalam cermin.

Lo bisa tetep jadi Angkasa yang sebelumnya kan?

Angkasa menggeleng pelan, ia meragu.

Pintu Apartemen terbuka, Angkasa keluar dari kamar mandi dengan cepat dan hanya mendapati Juan disana. Raut wajah sahabatnya itu sedikit khawatir membuat Angkasa tanpa sadar tersenyum.

"Salam dulu." Juan merengut kemudian mundue beberapa langkah.

"Tok tok tok, Assalamualaikum."

Angkasa tertawa pelan. "Waalaikumsalam, masuk."

Sosok jangkung Juan langsung mendekat ke arahnya, menatap Netra Angkasa lekat lekat seakan tengah mencari sesuatu disana.

"Gue pikir lo belum balik tadi, jadi mau gue izinin aja sama Ketua," ujar Juan kemudian.

"Nggak usah. Ayo berangkat, gue ambil jaket dulu." Angkasa hendak berbalik tapi Juan lebih dulu menahan lengannya.

"Ju jangan drama," ujar Angkasa sedikit kesal. "Bukan drama kampret, mereka bisa ngerti keadaan lo kok. Nggak usah dipaksain buat dateng."

Samudra Sang Angkasa [Complete]Where stories live. Discover now