11.Kecewa?

4.5K 756 118
                                    

"Tak ada satupun orang yang ingin dikecualikan"

************

Ya, Hujan.

Hujan deras itu mulai turun saat Samudra memasuki cafe tempat dimana ia dan Angkasa membuat janji.

Kali ini ia tak pergi ke lantai dua, hanya duduk di lantai satu agar lebih leluasa melihat bagaimana hujan membuat semua orang kesulitan.

Para pengendara motor lekas lekas berteduh dengan baju mereka yang basah disana sini. Atau para penjual keliling yang harus berlari dengan gerobak jualan yang harus mereka dorong. Belum lagi para anak jalanan yang berteduh di emperan emperan toko dengan tubuh menggigil kedinginan.

Jika dibandingkan dengan mereka, Samudra akui ia sangat beruntung. Ayah dan Bundanya memberi ia tempat tinggal, sekolah yang Bagus, dan juga makanan yang enak.

Alasan alasan itulah yang membuat Samudra berpikir kalau ia memang putra bungsu keduanya. Netranya terpejam, mengingat ingat masa lalu.

Masa kanak kanaknya yang juga tak begitu berbeda. Samudra tau, sedari awal saat ia terlahir di dunia sudah ada Angkasa sebagai dunia mereka. Angkasa adalah Cinta pertama bagi Ayah dan Bundanya. Pengalaman pertama yang tentu akan menjadi memori berharga bagi keduanya.

Sementara dia? Terlahir sebagai yang kedua memang tak membawa keistimewaan apapun. Apalagi kakaknya sudah memberi lebih dari cukup kebahagiaan dan juga kebanggaan bagi kedua orang tua mereka. Lantas kenapa Samudra harus di butuhkan?

Samudra mengetikkan beberapa pesan pada Angkasa, meminta kakaknya itu segera bergegas karena sungguh ia tak ingin menunggu terlalu lama padahal sudah tau jawaban apa yang akan ia dapat.

Menunggu terlalu lama hanya akan membuatnya berharap lebih, berharap pada sebuah janji bodoh yang tak seharusnya ia percayai.

Hampir satu setengah jam Samudra menunggu disana, hujan yang tadi mengguyur bahkan sudah pupus entah kemana sejak 35 menit lalu. Setelah mengecek ponselnya yang sepi tanpa pesan balasan, Samudra bangkit. Sudah cukup ia kembali menunggu untuk hari ini.

Tapi Angkasa datang, berlari dan memegang kedua bahunya sebagai gesture meminta Samudra untuk kembali duduk. "Langsung aja"

"Sorry, gue udah usaha tapi Ayah  harus ke Surabaya, dan Bunda ada acara fashion week yang nggak bisa ditinggal"

Samudra mengangguk. Sesuai dengan apa yang ia pikirkan. "Tapi malemnya ulang tahun lo kan? Ayah sama Bunda nggak akan rayain kayak biasanya?"

Angkasa mengulum bibirnya, merasa tak enak hati unyuk menyampaikan apa yang sebenarnya.

"Mereka bakal pulang kan?" tanya Samudra sedikit sinis.

"Mereka bakal usahain dateng" suara Angkasa hilang di akhir kalimatnya.

Sementara Samudra hanya tersenyum, sesuai dengan apa yang ia bayangkan.

Si mungil itu bangkit. "Makasih sebelumnya karena udah usahain"

Samudra melangkah lebih dulu, sedikit terkejut kala mendapati hujan kembali turun dengan lumayan deras.  Ia sepertinya tak terlalu memperhatikan kalau kemeja yang Angkasa gunakan memang basah disana sini.

Samudra Sang Angkasa [Complete]Kde žijí příběhy. Začni objevovat