Part 10 - Terombang-ambing

44 3 2
                                    

      "Hmm bukan gitu ceritanya...''

    Kataku membantah cerita yang diulang oleh Arvie.

      "Jadi gini lho..'' tambahku yang mulai terpancing dengan omongan arvie.

"Bwahahahaha... aaaacieee..''
Kata Arvie.

   Aku yang tak sanggup menahan malu didepannya ikut tertawa sembari melanjutkan ceritaku.

     Sore itu, sembari menunggu ibadah anak muda, aku dan Arvie duduk dikursi bagian tengah - tengah ruangan, yang mana menjadi tempat favorite kami setiap ada ibadah. Sebelum acara dimulai, aku dan Arvie bercerita seakan dunia adalah milik kami berdua. Dengan disertai alunan musik latihan gereja dan juga suasana dingin menambah keceriaan kami saat itu.

  Tak disangka, tiba-tiba ada suara di belakang kami yang cukup membuat kami terkaget, ya Uziel. Sama dengan namanya, Arvie selalu memanggil namanya dengan sebutan 'Usil'.

  "Hayooo cerita apa hayo, kok ga bagi-bagi ke koko?'' Tanya nya dengan nada penasaran.

  "Heh... kerjo-kerjo, ora dolan wae. Sini w butuh lo.'' Kata Paul mengagetkan Uziel dengan logat jawa Paul. Lalu menyapaku dengan senyum manisnya.

"Eh, iya mas. Sorry.'' Jawab Uziel menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan sontak mengikuti Paul.

Melihat hal itu aku dan Arvie tertawa dengan lepas karena tidak lagi bisa menahan tawa melihat tingkah Uziel dan Paul.

  " Sukurin, siapa suruh ganggu aku sama onee-chan ku... bleeee'' celetuk Arvie ke arah Uziel sambil memeluk tangan onee-chan yang dimaksud.

Aku terkekeh dan mencolek pinggang Arvie. "Udah ayok lanjut cerita aja, gausah dengerin dia.'' Ujarku lembut.

Tak lama kemudian suara hitung mundur terdengar cukup keras dan membuat ku juga Arvie berhenti bicara lalu melakukan tugas masing-masing. Arvie yang bertugas di depan mimbar dan aku yang bertugas di balik layar, memadukan setiap tugas kami menjadi satu perpaduan yang sempurna. Tapi sayangnya, hal itu sangat tidak disukai salah satu kelompok yang ada di tempat kami. Tapi hal itu juga tak mempengaruhi persahabatan kami yang kian lama kian akrab sehingga kami seperti adik dan kakak yang sangat klop.

  "Eh Paul, ini gimana nih, ada trouble lo kok feedback yak?'' Kataku.

  "Coba kamu kedepan trus check..'' Sahut Paul yang sedari tadi sibuk dengan mixer analog yang ada didepannya.

  "Nihh.. bawa.'' Katanya singkat sambil mengulurkan walkie talkie ke arahku.

Setelah mengambil walkie talkie nya aku langsung menuju kearah mimbar dan terus melakukan apa yang di perintahkan oleh Paul yang ternyata adalah penanggung jawab di dalam tugas tersebut.

   "Yoshhhh, suksess!!.'' Kataku sambil mengepalkan tangan.

  "Well done, Shinz.'' Kata Paul bangga.

---

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 8 dan saat itu aku juga Arvie berhamburan keluar dari tempat ibadah. Kami berencana pulang dan merayakan 'mood kami yang bagus' hari ini di kedai es krim dekat tempat kami berada. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang yang juga membuyarkan fokusku yang sedari tadi melihat tingkah bingung Arvie.

  "Oi, Shinz... makan yuk!'' Kata Paul dengan disertai Uziel, Max adiknya dan juga Zachy dibelakangnya serta gerombolannya.

'Woii ngajak makan atau ngajak perang nih anak' Batinku.

--Teman Rasa Pacar --Where stories live. Discover now