PART 31

504 56 2
                                    

Aileen baru saja masuk ke rumah ketika melihat Sana sedang duduk di depan televisi ruang keluarga. Tanpa menyapa, Aileen hanya melewati sang kakak dengan cuek.

Sana jelas tidak terima, ia pun berseru untuk menghentikan langkah Aileen. "Woy, nggak sopan banget sih. Masuk rumah tu ya salam, nggak pernah diajarin agama ya sama guru lo?"

Dengan malas Aileen berbalik menghadap Sana, "Assalamualaikum Kakak cantik," ujar Aileen lempeng.

"Nah, gitu dong." Sana tersenyum puas kemudian kembali memfokuskan perhatiannya pada film yang terpampang di televisi.

Aileen berdecak kesal melihat itu. Tanpa berkata apa-apa lagi ia langsung melanjutkan langkah menuju kamar. Kamar yang saat ini masih belum terpakai oleh seorang pun di rumahnya. Karena ini kali pertama Aileen merasa ia perlu sendiri setelah mengetahui beberapa fakta yang sungguh mengejutkan baginya.

Kamar itu gelap, tidak ada lampu di dalamnya. Aileen yang sangat penakut jelas enggan menempatinya. Namun untuk saat ini, hanya kamar tersebut yang mungkin bisa membuatnya tenang.

Aileen langsung duduk di sisi kasur dan meletakkan tasnya di samping. Gadis itu menarik napas panjang. Apa yang harus dia lakukan setelah mengetahui fakta-fakta tadi? Apa dia harus diam saja dan pura-pura tidak tau? Atau dia harus melakukan sesuatu untuk menghindari hal besar yang akan terjadi?

Entah apapun itu, Aileen benar-benar merasa akan terjadi hal buruk. Fakta bahwa Gian adalah mantan kekasih Kalya saja sudah cukup mengejutkan baginya. Lalu ditambah dengan Ge yang terlibat cinta segitiga dengan keduanya. Dan jangan lupakan satu hal lagi, Agra yang ternyata merupakan Kakak dari orang yang dia anggap teman.

Andai Aileen tidak pernah terlibat dengan Agra, ia tidak akan memikirkan masalah ini. Tapi ini semua seperti sudah ditakdirkan. Dan takdir itulah yang membuat Aileen khawatir.

Karena merasa begitu lelah baik otak maupun fisik, Aileen membaringkan tubuhnya di kasur. Ia memandang langit-langit kamar dengan tatapan menerawang. Aileen hampir saja memutuskan untuk tidur ketika suara dering ponselnya berbunyi memeka kan telinga. Gadis itu langsung meraih tas kemudian mengambil ponsel yang ada di dalamnya.

Ketika ponsel itu sudah berada di tangan Aileen, ia mengernyit bingung. Sebuah nomor tak dikenal telah terpampang nyata di layar ponselnya itu. Dengan ragu Aileen akhirnya memutuskan untuk menggeser tombol hijau. Di detik awal Aileen benar-benar tidak mendengar suara apapun dari si penelepon.

Hingga akhirnya Aileen memberanikan diri untuk menyapa terlebih dahulu, "Halo, ini siapa?"

Satu detik, dua detik, tiga detik, masih tidak ada jawaban.

"Halo, ini siapa ya?" Aileen bertanya sekali lagi.

"Ini gue." Suara familiar terdengar menjawab pertanyaan Aileen dari ujung telepon.

Aileen mematung kaget ketika sadar bahwa suara berat itu adalah suara milik Agra. Orang yang baru saja ia pikirkan. Firasat Aileen jadi tidak enak.

"Kenapa nelfon gue?" tanya Aileen dingin.

Agra malah tertawa nyaring di ujung sana, "Nggak usah serius banget gitu loh. Bawa santai aja."

"Gue tanya sekali lagi, kenapa lo nelfon gue?" Aileen mulai geram karena Agra selalu menganggap apa yang dikatakan Aileen hanyalah candaan semata.

"Mau ngasih lo penawaran. Ada bagusnya juga kalo lo langsung tanya kayak gini, jadi gue nggak perlu basa-basi."

"Penawaran?"

"Mundur dari peran Juliet dan hidup lo bakal tenang."

"Kenapa gue harus mundur?"

"Bukannya gue udah bilang? Apa otak lo sebodoh itu?"

Brokenheart Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang