PART 22

554 70 0
                                    

Aileen baru saja memasuki rumah ketika semua pasang mata terarah padanya. Gadis itu mengucap salam kemudian mendekat. Ia menyalimi semua yang ada di sana kecuali Sana dan Shaka. Bukan, mereka tidak perang dingin atau apalah itu, mereka memang kelewat akur sampai kalau ketemu hanya bisa bertengkar dan bertengkar.

"Kok baru pulang, kemana aja?" Ayah bertanya mewakili semua orang yang ada di sana.

"Ada kerja kelompok jadi pulang telat. Jadi, Aileen minta maaf." Gadis itu sedikit membungkuk sopan.

"Iya nggak papa. Tante tau kamu sibuk, Len." Tante Zoya menyahut ramah, "Kamu juga makin dewasa aja."

"Masa saya disuruh kecil terus, Tan? Entar kesenengan Shaka bisa nyiksa saya."

Seisi ruang tamu dipenuhi oleh tawa mereka. Aileen memang penuh dengan aura kebahagiaan.

"Kamu ganti baju dulu sana! Bau banget," ujar Ibu Aileen bergurau seraya menutup hidungnya.

"Iya deh," Aileen memandang mereka satu-persatu, "Kalo gitu Aileen ganti baju dulu, ya."

Aileen melangkah pergi dan beranjak menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Ia bersyukur kamarnya berada di lantai dua, karena dengan begitu dia tidak sungkan kalau ingin menyendiri lebih lama. Sesampainya di kamar ia meletakkan tas di atas nakas. Gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Ia bahkan lupa makan kalau saja tidak ada Gian. Ah ya, Gian. Lelaki yang memberi warna berbeda pada hidup Aileen. Warna yang tak pernah disangka akan datang dikehidupan seorang Aileen Claretta.

Ada manusia yang berkata ketika kita mencintai seseorang, hanya dengan duduk di sampingnya dan melihat senyuman orang itu, beban yang kita hadapi serasa hilang begitu saja. Aileen yang dulu jelas menganggap kata tersebut hanyalah omong kosong belaka. Amat konyol kalau kedatangan seseorang bisa sebegitu berartinya bagi kita. Tapi saat ini, apakah Aileen boleh menarik pemikirannya tentang hal itu?

Dia jelas orang yang bodoh perihal cinta. Hidupnya hanya seputar drama korea dan novel. Cukup dengan dua hal itu, Aileen rasa dia sudah bahagia. Tapi tidak untuk sekarang. Dia merasa sudah terlalu lama untuk mendambakan kebahagiaan yang fana. Mungkin inilah saatnya. Saat dimana Aileen harus mampu dan mau menemukan kebahagiaan yang nyata.

Kalau ditanya apakah Aileen mau mencari kebahagiaan tersebut sampai ujung dunia? Atau ke Korea Selatan? Tentu saja tidak. Kebahagiaan itu kini sudah berada di dalam garis takdirnya. Dimana Gian yang telah mendapatkan peran tersebut. Sebenarnya Aileen enggan berharap lebih pada cowok itu. Tapi, Kenapa Sang Pencipta selalu mempertemukannya dengan Gian menggunakan cara yang unik? Bukan hanya satu kali. Karena andai saja itu hanya satu kali, Aileen hanya akan menganggapnya angin lalu.

Tapi ini lebih.

Lebih dari satu kali. Kejadian yang seakan selalu terulang dan terlalu sukar untuk disebut kebetulan. Bohong kalau Aileen bilang ia tidak berharap lebih pada Gian. Gian tau tentang dirinya dan masa lalunya. Tapi Aileen tidak tau apapun tentang cowok itu. Laki-laki seperti Gian terlalu misterius bagi Aileen yang bodoh ini.

Gadis itu menghembuskan napasnya lelah. Ia bukannya tidak suka berkumpul dengan keluarga, ia juga tidak menyalahkan siapapun atas kelemahan yang dulu Aileen terima. Tapi secerewet-cerewetnya Aileen, ia juga tipe manusia yang suka menyendiri. Karena sendiri mampu membuatnya berpikir dan merenung akan kehidupan yang saat ini Aileen jalani.

Ia tidak tau mengapa bisa diciptakan selemah ini. Tante Nuria dan Tante Zoya jelas tidak salah. Mereka hanya mengatakan fakta. Fakta yang terlalu sulit untuk Aileen terima. Karena bagaimanapun, ia juga manusia yang tidak suka dibandingkan dengan manusia lainnya. Dan juga Alasan gadis itu menjadi lemah adalah karena dia tidak bersyukur atas kelebihan yang telah diberikan Sang Pencipta. Aileen jelas sadar akan kesalahannya. Dan hari ini juga, ia akan mencoba untuk memperbaiki segalanya.

Brokenheart Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang