Kirana menatap langit sebentar, walaupun hujannya deras tetapi langit tidak mendung. Kirana berdiri di tepian halte sambil menunduk.

"Bunda, Kiran kangen," ucap Kirana lirih.

"Maafin Kiran Nda, gara-gara Kiran bunda menderita dan Kiran juga belum bisa bahagiain bunda," tak terasa cairan bening yang ia tahan-tahan akhirnya keluar.

Ketika hujan Kirana akan selalu menangis. Karena hujan mengingatkan nya dengan sang Bunda.

"Bunda, Kiran mau main hujan-hujanan boleh nggak?" ucap Kirana lalu ia terkekeh.

"Lo udah gila ya, ngomong-ngomong sendiri!" ucap Virgo.

"Iya."

"Nggak guna banget nangisin orang yang udah mati!"

Kirana berdiri di depan Virgo.

"Kamu bisa ngomong gitu karena kamu belum ngerasain apa yang aku ataupun orang lain rasain gimana sedihnya kehilangan orang yang sangat kamu sayangi. Apa lagi seorang anak yang kehilangan ibunya untuk selama-lamanya."

"Gue emang nggak pernah ngerasain itu, tapi kalaupun lo nangis apa orang yang udah pergi bakal balik? Enggak kan."

"Aku nangis karena aku lagi kangen sama bunda aku, apa aku salah?"

"Gue nggak bilang lo salah, gue cuma bilang kalo nangis itu nggak guna."

Saat Kirana pulang, rumah sangat sepi. Tak ambil pusing Kirana segera mandi dan masak untuk makan malam.

Pukul 19.15 kakak tirinya pulang dan langsung menuju meja makan.

"Kakak tau ibu kemana?"

"Ibu ke RS."

"Ibu sakit? Kok nggak bilang ke aku."

"Heh! Lo nyumpahin ibu sakit?! Jangan ngadi-ngadi lo ya!"

"Bukan gitu kak maksud aku, lah terus siapa ya sakit?"

"Raihan anaknya tante Raisa, udah sana jangan ganggu gue mau makan!"

^KING BULLYING^

"Yah, Bu, kak, aku berangkat sekolah ya," tidak ada sautan.

Kirana tersenyum, lalu segera berjalan ke luar rumah.

"Tunggu!"

"Kenapa Bu?"

"Nanti pulang sekolah, kamu jengukin Raihan di rumah sakit. Ini alamat rumah sakit sama ongkosnya."

Kirana mengangguk. "Emang Raihan sakit apa Bu?"

"Banyak tanya! Sudah sana sekolah!"

Kirana menyimpan uang yang di berikan ibu nya di dalam tas. Jujur saja Kirana sangat khawatir dengan keadaan Raihan.

Kirana menoleh ke arah kanan saat mendengar suara klakson berkali-kali.

"Amel berisik tau, nanti kalo di marahin orang gimana?"

"Biarin. Kiran, berangkat bareng Amel kuy," ajak Amel.

"Amel tumben nggak nail ojol atau di anter mama nya." tanya Kirana yang penasaran karena Amel tidak pernah menggunakan mobil ke sekolah.

"Cuma coba-coba aja."

Sesampainya di sekolah, banyak murid yang membicarakan Kirana dan Amel. Amel yang geram pun berjalan cepat sambil menarik tangan Kirana pelan agar cepat sampai di kelas.

Di depan kelas ada Virgo dkk, membuat Amel berhenti berjalan.

"Males banget lewat di depan Virgo."

"Udah nggak papa, ayo."

Amel masuk terlebih dahulu ke dalam kelas tanpa halangan apapun, sedangkan Kirana dihalangi Virgo. Kirana menatap Virgo bingung.

"Bisa minggir sebentar, aku mau masuk."

"Iketin tali sepatu gue dulu!" perintah Virgo.

Kirana mengangguk lalu ia jongkok di depan Virgo. Saat akan berdiri, Virgo malah menginjak tangan Kirana. Lalu Virgo pergi dan diikuti teman-temannya.

"Kiran, kamu di apain?" Amel menghampiri Kirana.

"Nggak papa."

Jam istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, Kirana masih mengerjakan soal-soal khusus dari para guru untuk nya. Sedangkan Amel sudah ke kantin untuk membeli minuman.

Di lain tempat, Virgo dan teman-temannya berada di toilet. Hari ini mereka memboking toilet untuk Kipli yang akan menembak gebetannya.

"Lo nggak romantis banget sih nembak gue nya," ucap Ceni.

"Ya udah sih, yang penting jadian."

"Ihh gue mau nya tuh ditembak di cafe kek apa tempat lain lah, taman juga boleh."

"Ribet amat, udah lah nggak jadi. Gue mau cari cewek lain aja," Kipli keluar toilet.

"Gimana?" tanya Bonbon, Sandi, dan Fadli.

"Cani ribet orangnya, kuy ke kantin aja lah."

"Hey kalian!" teriak seseorang. Virgo dan teman-temannya reflek menoleh kebelakang ternyata ada pak botak.

"Ngapa lagi sama si botak?" tanya Sandi.

"Mana gue tau."

Pak botak menghampiri Kipli. "Kamu yang bikin kotor toilet kan, sana bersihkan dulu!!"

Ceni keluar dari toilet, membuat pak botak mengalihkan perhatiannya ke Cani.

"Bodo amat, aku bukan boneka mu bisa kau suruh-suruh dengan seenak maumu," pak botak geram mendengar nyanyian Kipli.

"Heh fakboy, lo nggak niat amat sih nembak cewek di toilet," ejek Aron.

"Bodo amat. Gue bersyukur sih nggak jadi sama Ceni, kan gue udah punya Sabrina."

Arka menoyor kepala Kipli pelan. Yang lain hanya geleng-geleng kepala, emang dasarnya fakboy ya fakboy.

"Terus ngapain lo nembak Ceni?" tanya Fadli.

"Buat koleksi aja."

"Nggak baik loh!" ucap Arka, disetujui oleh semuanya.

"Bodo amat, eh itu Amel ya? Gila ternyata Amel lebih bening dari Ceni sama Sabrina, apa gue gebet aja ya?" ucap Kipli sambil melirik ke arah Arka.

Virgo tertawa, karena respon Arka yang biasa saja. Kipli memukul tangan Arka pelan lalu terkekeh.

"Tapi menurut gue sih ya, yang paling cantik di sekolah ini tuh Kirana. Udah cantik, baik, dan orang nya juga sederhana," ucap Bonbon.

Virgo langsung menoleh ke arah Bonbon. Raut wajahnya tiba-tiba berubah, Virgo juga langsung menghentikan tawanya.

"Lah bos, lo kenapa?" tanya Aron.

"Gue pergi dulu ya, ada urusan."

Virgo berlari ke luar kantin sambil menggerutu. Virgo mengambil handphone di saku celana, lalu membuka pesan dari mamanya. Ternyata eyangnya sakit, dan eyang mau kalau Virgo yang menemaninya di rumah sakit.

Virgo mengambil tas nya di dalam kelas, karena terburu-buru ia menginjak tali sepatunya sendiri, alhasil Virgo terjatuh. Keadaan kelas sepi, hanya ada dua orang yaitu Virgo dan Kirana.

Kirana tampak menahan tawanya setelah melihat Virgo jatuh. Kirana melotot saat melihat Virgo berjalan ke arah bangkunya. Wajah Virgo memerah tangannya juga mengepal, membuat Kirana panik.

Mon maap nih update nya lambat.

🎼Author juga manusia 🤣

Vote dan coment dong biar author nya semangat:)

100 COMENT BESOK UPDATE!

SPAM DI SINI?

BISA NGGAK? KALO NGGAK BISA YA TUNGGU UPDATE NYA BULAN DEPAN🤣🤣🤣

KING BULLYING [END]Where stories live. Discover now