39. Ngidam Anti-mainstream

500 25 0
                                    

Happy Reading







Alfian POV

Alhamdulillah berkah dan hikmah dari semua cobaan yang menimpa keluarga kecilku adalah dengan adanya calon anakku dan Rani yang masih ada di perut istriku.

Aku benar-benar bahagia dan tak sabar menanti kelahiran adiknya Rendra itu. Tak tahu kenapa aku yakin kalau calon anak kami kali ini berjenis kelamin perempuan. Tetapi aku dan Rani pasrah mau laki-laki atau perempuan, yang penting sehat.

Tetapi yang membuat aku sedikit sebal, Rani menutupi kabar bahagia ini dariku selama beberapa hari, katanya sih biar semua masalah selesai dulu.

"Kamu lagi pengen.........," ujarku yang langsung dipotong Rani.

"Jangan masuk!!!!" cegahnya.

Lah kenapa coba??

Masa aku nggak boleh masuk kamarku sendiri??

"Kenapa sih yank?" tanyaku bingung.

"Parfum kamu nggak enak baunya, bikin mual," jawabnya.

Haaa??

Kok bisa gitu??

"Biasanya juga pakai parfum ini yank," kilahku.

Ya memang benar, biasanya juga nggak apa-apa kok.

"Bau Mas, kalau mau masuk kamar, kamu mandi lagi terus ganti kaosnya," suruhnya.

Lahh kan aku habis mandi, masa disuruh mandi lagi. Mana ini udah Maghrib lagi. Tetapi mau nggak mau ya aku turutin kemauannya. Aku mandi di kamar mandi belakang.

Lumayan segarrrrrrrr

"Kok nggak pakai kaos?" tanyanya saat aku masuk kamar tanpa memakai kaos.

"Kamu bilang kaosnya suruh ganti, tadi aku kan nggak bawa kaos sayanggggggggg," gemes aku sama Rani.

Hmmmmm

"Oh iya ya, yaudah aku ambilkan ya," jawabnya.

Rani mencarikan kaos yang tepat untuk ku kenakan. Tiba-tiba perutku rasanya mual banget. Segera aku lari ke kamar mandi yang ada di dalam kamar.

"Hueekkk hueeekkkk,"

Semua yang ada di dalam perut keluar. Aku benar-benar lemas tak berdaya. Tak ku sadari Rani sudah ada di belakangku sedang memijat tengkukku.

"Hueeekkkk hueeekkkk," masih lanjut lagi.

Setelah mereda, aku dibantu Rani menuju ranjang.

"Kamu masuk angin Mas?" tanyanya khawatir.

Aku menggeleng, "Nggak tahu, tadi aja masih nggak apa-apa kok," jawabku lemas.

"Maaf ya aku suruh kamu mandi lagi, malah sekarang jadi mual," ujar Rani sambil membantuku memakai kaos.

Ku lihat Rani ingin keluar kamar, aku cegah dia.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Buatin kamu teh, biar enakan badannya," jawabnya.

Aku hanya mengangguk karena itu yang aku butuhkan saat ini.

"Kalau bisa airnya mendidih ya yank, lagi pengen yang panas banget," pesanku.

Sepertinya Rani agak aneh mendengar perkataan ku barusan.

"Nggak biasanya kamu minta teh panas, biasanya cuma anget aja," ujar Rani.

"Nggak tahu, pengen aja," jawabku. .

Selang beberapa lama, Rani kembali ke kamar membawa secangkir teh yang benar-benar mendidih.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Where stories live. Discover now