25. Brother

415 34 0
                                    

Happy Reading




Alfian POV

Alhamdulillah aku sangat bersyukur Rani kembali ke pelukanku. Istriku tercinta telah kembali. Ya, senangnya diriku bisa berbaikan dengan wanita yang sangat aku cinta setelah Ibu. Kalau Ibu aku nomor duakan bisa durhaka aku, tak mau lah jadi batu macam Malin Kundang. Kenapa jadi bahasa Melayu ya? Ahhh sudahlah yang penting aku sedang bahagia sekarang ini.

Meskipun aku dan Rani sudah berbaikan, tetapi badai sepertinya belum benar-benar usai. Nenek sihirnya masih belum taubat sih. Menyebalkan kannn.....

Belum lagi perselisihan diriku dengan kakak satu-satunya yang ku miliki, siapa lagi kalau bukan Ari Putra Himawan.

Seumur hidupku, baru kali ini aku berselisih dengan Mas Ari sampai segitu parahnya. Biasanya cuma adu mulut, tanpa pernah adu jotos seperti beberapa hari yang lalu. Adu jotos bisa sampai masuk rumah sakit, wowwwww it's amazing Mas Ari.

"Mbak Ara," panggilku kepada kakak iparku satu-satunya. Ya iyalah kakakku aja cuma satu masa kakak iparku lebih dari satu.

"Ya Al?" jawab Mbak Ara.

"Mas Ari ada mbak?" tanyaku.

Ku lihat wajah Mbak Ara sangat khawatir. Pasti takutnya kalau aku adu jotos dengan suaminya lagi. Karena terakhir kami adu jotos, Mbak Ara melihatnya dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ganasnya Mas Ari.

"Tenang aja Mbak, aku cuma ingin menyerahkan uang kos ini kok," ujarku berusaha menenangkan Mbak Ara.

Ya, memang aku dan Mas Ari mempunyai usaha indekos bersama. Alhamdulillah sepuluh kamar sudah full. Jadi kalau kalian minat, entar ya aku bangun dulu tambahan kamarnya. Hehehehe

"Oalah, yaudah aku panggilkan dulu,"

Samar-samar aku mendengar Mbak Ara memanggil kakakku itu.

"Mas dicari Alfian tuh," panggil Mbak Ara.

"Ngapain sih si brengsek itu cari aku," ujar Mas Ari dengan sarkastik.

Astaghfirullah sabar Al, ini udah jadi konsekuensi kamu kalau mencari masalah dengan Masmu itu. Kayaknya aku bakal kebal dengan sebutan itu. Hufttt

Ku dengar Mbak Ara mengomel, "Mas, dia itu adikmu lho,"

Tak berselang lama, keluar lah Mas Ari dengan wajah yang tak bersahabat.

"Ngapain nyari aku?" tanya Mas Ari garang.

Sabarr Al, jangan sampai tersulut emosi.

Tanpa aku balas perkataan pedasnya, aku menyerahkan amplop coklat berisi uang.

"Kemarin, anak-anak bayar ke aku," ujarku.

Ia menerima uang itu dan langsung masuk rumah.

Aku mendesah pelan, berusaha tak kecewa dengan reaksi Mas Ari.

Ku langkahkan kaki untuk pulang. Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk kami saling bicara empat mata.

"Kamu mau kemana?" tanya Mas Ari.

Aku yang bingung apa maksudnya, hanya melongo saja.

"Pulang," jawabku polos.

"Kalau kamu nggak butuh uang ya silahkan pulang,"

Itu kode untuk aku masuk kan?

Aku langsung masuk ke rumah Mas Ari.

"Rayhan," panggilku saat tahu keponakan ku itu sedang mewarnai.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Where stories live. Discover now