6. Makin Runyam

586 47 3
                                    

Happy Reading






Alfian POV

"Mas Al, aku masih suka sama kamu,"

Itulah kata-kata Sari yang masih terngiang-ngiang di kepalaku. Dengan blak-blakan Sari mengungkapkan perasaannya kepada diriku. Apa dia tidak tahu malu mengatakan seperti itu kepada suami orang?

Aku takut kalau Rani mendengar itu, akan terjadi salah paham. Aku mencoba menahan diri agar Sari tak semakin jatuh dalam pesonaku. Sari memang selalu mencoba mendekati diriku dari dulu.

Hari ini aku akan pulang. Rencananya aku langsung akan menjemput anak dan istriku, setelah itu aku akan mengajak mereka makan malam. Ya itung-itung buat mengganti anniversary dengan istriku tercinta yang terlambat.

"Assalamualaikum Ma," sapaku kepada Mama mertuaku.

"Waalaikumsalam Al, mau jemput Rani?" jawab Mama.

"Iya Ma,"

"Udah pulang tadi pagi Al, katanya mau beli bahan-bahan kue gitu," jelas Mama.

Huffttt sudah capek-capek sampai rumah mertuaku, yang dicari malah nggak ada. Sebel deh aku sama istriku itu.

Sampai rumah, langsung saja aku cuekin Rani. Entah mengapa aku merasa gagal memberi kejutan. Aku diamkan dia tanpa alasan yang jelas.

Lagi-lagi gagal kasih kejutan, karena Rani sudah memasak. Suasana ini semakin membuat ku kesal, apalagi saat aku masuk kamar ingin bermain-main dengan Rendra dan melepas rindu, malah anakku itu diambil oleh Mamanya. Kesel kan?!!

Puncaknya di malam hari, Rani mengajakku bicara. Bukannya masalah selesai, ini makin runyam saja. Rani menuduh diriku ada hubungan spesial dengan Sari. Langsung saja amarahku terpancing, hingga membentaknya berulang kali.

"Astaghfirullah, aku ini kenapa sih?" tanyaku pada diriku sendiri saat Rani masuk kamar dan langsung menguncinya.

Efek marah-marah tadi, tenggorokanku merasa haus. Saat aku membuka kulkas, aku melihat ada kue tart yang bertuliskan "Happy Anniversary ke-2 sayangku", itu pasti buatan Rani. Karena memang istriku itu pandai membuat dan mendekorasi kue tart. 

"Ternyata ia berniat untuk memberiku kejutan," ucapku menyesal.

Aku merasa akan ada badai yang bersumber dari masa lalu. Semoga saja aku dan Rani dapat menyelesaikan masalah ini.

***

Keesokan harinya aku melihat Rani tengah memakaikan pakaian untuk Rendra. Semalam aku memang tidur di ruang tengah, karena tidak diperbolehkan masuk kamar oleh Rani.

"Sayangnya Papa, udah rapi aja. Mau kemana nak?" tanyaku kepada Rendra. Meskipun belum terlalu jelas, anakku ini sudah bisa diajak komunikasi.

"Oko apa (toko Papa)," jawabnya. Toko yang dimaksud pasti bakery yang diurus Rani. Untuk membunuh rasa bosan, Rani mulai terjun langsung mengurus usaha itu. Karena ia belum memutuskan untuk kembali ke Bank.

"Tumben Sabtu ke toko?" tanyaku kepada Rani.

"Mau ketemu klien," jawabnya dengan singkat dan tanpa menoleh ke arah ku.

Aku tahu ia pasti masih marah. Salahku juga sih semalam bentak-bentak dia nggak jelas.

Belum juga menjawab, telepon ku sudah berdering. Ternyata dari Sari. Aku ingin Rani tidak salah paham lagi denganku, Maka dari itu aku tak mengangkatnya.

"Kenapa nggak diangkat?" tanya Rani tiba-tiba.

"Nggak penting," jawabku.

"Takut aku dengar percakapan kalian. Kamu tenang aja Mas, aku mau berangkat juga. Assalamualaikum," balasnya sambil membawa Rendra keluar dari kamar.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora