20. Melepaskanmu

503 40 0
                                    

Happy Reading





Alfian POV

Alhamdulillah akhirnya aku menemukan istri serta anakku tercinta. Ternyata mereka selama lima hari belakangan ini menginap di rumah Bulek Rahayu. Semesta telah mempertemukan kami kembali. Dan ini seperti kode untukku dan istriku menyelesaikan masalah yang tak kunjung menemukan titik terang.

Kami pun pulang bersama agar keluarga Bulek Rahayu tidak curiga kalau kami tengah berselisih. Biarlah ini menjadi rahasia kami saja.

Namun, selama perjalanan, aku tak mengeluarkan sepatah katapun. Rasanya benar-benar canggung, terlebih ada Aji yang sedikit banyak mengetahui tentang permasalahan diriku dengan Rani.

Aku hanya menjadi pendengar celotehan Rani dan Aji. Mereka membahas apapun tentang perkuliahan mereka tanpa memperdulikan keberadaan diriku.

Kamu anggap aku apa Ran??

"Sepertinya Aji memang masih punya rasa sama istriku, ia sama sekali tak canggung menggoda dan menjahili istriku meski ada diriku dihadapannya," ucapku dalam hati.

Terlihat dari cara mereka bicara, menandakan mereka memang pernah sedekat hari Minggu ke Senin. Mungkin saja sama dengan kedekatan Rani dan Yoga atau mungkin lebih. Entahlah

"Kamu kenapa sih diam aja dari tadi?" tanya Aji ketika kami sedang makan di rest area.

Saat itu kami hanya bertiga dengan Rendra, sedangkan Rani sedang melaksanakan shalat Maghrib.

"Canggung Ji, kelihatannya Rani kecewa banget denganku," jawabku dengan pasrah.

"Kalian tuh harus segera bicara. Selesaikan masalah ini secepatnya atau kalian akan menyesal dikemudian hari," saran Aji.

Ya, aku sebenarnya sudah mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah ini. Mungkin akan mengecewakan banyak orang, namun itu yang terbaik untuk diriku dan Rani. Untuk keluarga kecil ku.

"Entar sampai rumah aku mau bicara sama dia. Udah cukup kami berdiam diri," ucapku.

Yang terpenting hari ini aku bisa melepaskan rinduku kepada anak laki-laki kesayanganku, Rendra.

Sedari tadi anak itu terus menempel denganku. Mungkin tingkat kekangenanku dan Rendra sama besar.

"Ji, aku mau tanya, kamu masih punya perasaan sama Rani?" tanyaku to the point.

Belum sempat Aji menjawab, tiba-tiba Rani datang dari mushola.

Kami makan dengan tenang. Namun ekspresi yang Aji berikan padaku sulit untuk diartikan.

Apakah ia memang masih menyukai Rani?

Aku tahu saat itu Rani masih terbayang-bayang dengan masa lalunya yang buruk bersama Tama, dan juga dengan diriku yang hanya bisa memendam perasaan demi teman yang sekarang malah menusuknya dari belakang dan berusaha menghancurkan rumah tangga Rani. Teman yang tak tahu diri.

Setelah makan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju kota Solo. Hening lagi ku rasakan. Aku pun menggantikan Aji menyetir. Kasihan kalau dia terus yang menyetir.

Aji pun langsung mengiyakan tanpa protes dan ia tak membahas lagi tentang percakapan kami tadi.

Suasana mobil semakin hening setelah Rendra tidur dengan pulas. Aku benar-benar kangen melihat anakku tertidur dengan pulas seperti itu.

Aji memecah keheningan dengan memberi nasihat untuk diriku dan Rani. Aku tahu Aji berbicara seperti itu untuk menjawab pertanyaan random ku tadi. Entah itu kode untuk kami berbaikan atau malah diam-diam ia mengutarakan perasaannya kepada Rani dan berharap aku dan Rani segera berpisah. Hanya Aji yang dapat menjawabnya.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora