28. Laporan Keuangan VS Laporan Audit

343 29 0
                                    

Happy Reading




Rani POV

Satu tahun kemudian......

Satu tahun telah berlalu. Kini usaha gabungan "RADCA" sudah beroperasi. Alhamdulillah hasil di satu tahun pertama ini melimpah.

Kami memang memberi diskon harga untuk satu Minggu pertama. Dan hingga kini, toko pakaian kami tak sepi pengunjung meski sudah tidak lagi diberlakukan diskon. Satu tahun kami jalani dengan tekun dan alhamdulilah banyak berkah untuk keluarga besar RADCA.

Dari penghasilan on the spot atau biasa disebut pembelian langsung di tempat/toko sampai beberapa aplikasi belanja online selalu membludak. Belum lagi lewat IG atau bahkan WhatsApp pribadi. Banyak sekali yang berminat dengan produk yang kami hasilkan.

"Gimana yank laporan keuangannya?" tanya Mas Alfian. Memang setiap weekend, personel RADCA berkumpul. Ada yang mengajak keluarganya, atau hanya sendiri. Karena beberapa dari kami sudah berkeluarga, kecuali Mas Aji yang belum terlihat menggandeng calon istri. Hehehehe

Aku membagi waktu ku untuk mengurus keluarga, bakery, toko, dan Bank. Aku memang masih bekerja di bank karena dipertahankan oleh atasanku, Pak Fendy. Sebenarnya aku ingin resign dari satu tahun yang lalu dan fokus pada dua usaha yang sedang aku rintis, tetapi Pak Fendy berulang kali tidak memperbolehkan aku resign.

"Kinerja kamu tuh bagus, kamu tega meninggalkan Bank ini?" ujar Pak Fendy saat aku berencana ingin resign.

Selalu saja seperti itu, dan aku mengimbaskannya kepada suamiku tercinta agar dibantu membuat laporan audit. Padahal pekerjaan suamiku sendiri juga terkadang banyak sampai lembur-lembur.

"Alhamdulillah Mas, progresnya meningkat terus, keuntungan udah berkali-kali lipat dari modal awal," jawabku sambil memperlihatkan lembaran laporan keuangan toko.

"Rendra main sama Rayhan?" tanyanya lagi. Alhamdulillah Rendra kini sudah berusia dua tahun dan anakku itu semakin aktif sampai disebut "hiperaktif" oleh Papanya sendiri. Dasar aneh suamiku itu, untung saja aku benar-benar sayang sama suamiku tercinta itu.

"Iya, tuh sama anaknya Mas Cahyo juga," jawabku.

Setiap harinya yang setia menjaga toko adalah Mbak Ara dan Disa. Terkadang juga diriku kalau tidak sedang bekerja di Bank atau bakery. Bakery ku juga sudah aku serahkan pada karyawan kepercayaan ku. Aku dan Mbak Ara tinggal mengecek laporan keuangan saja dan alhamdulilah tidak pernah ada masalah sedikitpun tentang keuangan di bakery.

"Mas, laporan audit Bank gimana? Udah selesai?" tanyaku membahas tentang laporan audit di Bank. Ya itulah kami, kalau kehabisan percakapan, pasti pembahasannya menyangkut Bank atau usaha lainnya.

"Bentar, laporan keuangannya belum selesai," jawabnya santai.

Sebel aku kalau Mas Alfian mulai dengan sifat santainya itu. Apa saja dibuat santai olehnya. Padahal dulu pernah keteteran akibat terlalu santai.  Hmmmmmmm

"Akhir bulan lho ini Mas," peringatku. Memang aku suka memperingatkan Mas Alfian tentang laporan keuangan yang harus ia buat.

Setiap akhir bulan adalah hari paling pusing bagiku. Bagaimana tidak, aku harus menyelesaikan laporan keuangan bakery dan toko, juga menyelesaikan laporan audit Bank yang harus diterbitkan tepat waktu. Untung saja ada Mas Aji dan Mas Arga yang siap sedia membantu membuat laporan keuangan. Dan Mas Alfian yang siap membantu laporan audit. Betapa beruntungnya aku dikelilingi orang-orang akuntan. Hahhahahaahah

"Iya sayang, lusa aku kirim ke kamu," balasnya.

"Aku pusing banget Mas, badanku lemas banget ini," keluhku.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Where stories live. Discover now