"APA LO BILANG?" teriak Renata.

"Udahlah, KAKAK ITU SADAR DIRI DONG! MENTANG MENTANG SENIOR BISA SEMENA MENA SAMA JUNIORNYA GITU? HEH! SORRY KAK AKU GAK TAKUT!" bentakan Venny mengundang perhatian seluruh kantin.

"EHM!" suara peringatan menghentikan aktivitas kedua remaja tersebut.

"Bri, dia yang salah bukan aku." adu Renata dengan manja seraya menunjuk wajah Venny.

"Gak usah nunjuk! ALAH SOK AKTING KALAU MAU MAIN DRAMA JANGAN DISINI!!" ujar gadis itu dengan santai.

"LO BISA PERGI? GUE GAK MAU LIAT WAJAH LO LAGI!" bentak Brilian kepada Renata.

"Kok aku sih bri? Harusnya Venny dong!" ucap gadis itu tak terima.

"Oke, biar gue sama Venny yang pergi!" seru Brilian kemudian menarik Venny untuk keluar dari kerumunan.

"Huh! Dasar ANAK MURAHAN!!" kesal gadis itu sambil menghentakkan kakinya.

Brilian melepas genggaman tangannya pada gadis itu hendak melangkah pergi namun, sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Bri, makasih ya." ucap Venny dengan tulus.

Brilian hanya menghentikan langkahnya tanpa ada niatan untuk menoleh.

"Hmm." kemudian cowok tersebut menghilang di belokan antara kelas sebelas dan dua belas.

Dia kenapa lagi? Kemarin aja dia baik sekarang berubah lagi, memang misterius!

-----

Ketiga remaja cowok tersebut sedang berkumpul di sebuah kafe menikmati malam Minggu yang mengenaskan! Bagi kaum jomblo seperti mereka.

"Bri, Lo kenapa?" tanya Rendy memecah keheningan.

"Enggak!"

"Lo punya masalah sama Venny?" tebak Arsen.

"Bukannya dia yang selalu cari masalah sama gue?" tanya Brilian.

"Iya juga sih."

"Tapi menurut gue mendingan Venny!" seru Arsen.

"Lo apansih!" ucap Brilian tak terima.

"Dari tatapan Lo ke dia itu beda bri mungkin, iya sih Lo bilang benci sama dia tapi, Lo pernah dengar kan kalau benci bisa jadi cinta dan cinta itu datang seiring berjalannya waktu." jelas Rendy.

"Masak sih?" tanya Brilian masih tak percaya.

"Lo polos banget sih! Emang Lo gak pernah jatuh cinta?" tanya Arsen.

"Oh iya Lo kan gak pernah tau ya."

"Lo gak suka sama Venny?" tanya Rendy memastikan.

"Enggak!"

"Lebih baik Lo coba lebih peduli dan perhatian ke dia siapa tau Lo bisa jatuh cinta gitu, gak ada salahnya kan?"

"Ngapain buang buang waktu aja! Gak penting." ucap Brilian menyangkal.

Brilian menyeruput minumannya hingga setengah kemudian, dia mengedarkan pandangannya tampak ramai kafe ini apalagi dari pelanggannya sebagian kalangan remaja.

"KINI HARUS AKU LEWATI SEPI HARIKU TANPA DIRIMU LAGI." suaranya memekakkan telinga bahkan dia telah menjadi pusat perhatian.

"Apa? SUARA GUE BAGUS?" tanya Arsen tanpa tau malu.

Brilian dan Rendy hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Arsen yang menurutnya gila mungkin, urat malunya udah putus kalik.

-----

Seorang gadis berjalan menuju balkon kamarnya menikmati udara malam yang dingin.

Venny gadis itu menerawang jauh dia sangat merindukan kenangan bersama sang papa.

"Pa, kapan papa pulang?" tanya gadis itu seakan langit akan menjawabnya.

"Venny rindu papa." lanjut gadis itu.

"Malam ini malam Minggu tau tapi, Venny cuman dirumah aja, papa tau kenapa? Karena Venny lebih suka tempat ini kamar Venny tempat dimana papa pernah bilang bahwa rumahmu adalah tempat kamu kembali." ujar gadis itu.

"Kenapa semua sibuk sama kerjaannya sih? Pa pulang Venny kangen!"

Gadis itu beranjak masuk lalu menutup pintu balkon, karena udara malam semakin dingin.

Tak ada yang tau bahwa setiap orang bahagia belum tentu seutuhnya bahagia, ada kalanya dia bahagia hanya ingin menutupi kesedihannya.

Venny membaringkan tubuhnya hari ini sangat melelahkan biarkan sekejap saja dia merasakan ketenangan, sudah cukup semua beban pikiran yang ada di kepalanya ini membuat dirinya pusing.

Perlahan mata itu terpejam sempurna, mengistirahatkan tubuh dan mata untuk menyambut hari esok dengan semangat, mengisi kekuatan untuk menghadapi takdir.

-----

Sorry typo.

Jangan lupa vote and komen!

Selamat membaca🙏

Terimakasih ❤️

17 Mei 2020

BrilianWhere stories live. Discover now