8 - "We can settle this, Violin," -

Start from the beginning
                                    

Suara pintu berbunyi lalu aku melihat ke arah pintu. Engsel pintunya bergerak, sepertinya ada orang yang mau masuk. Siapa lagi kalau bukan Luke? Saat pintu terbuka itu sudah pasti Luke. Aku sangat marah pada Luke hari ini.

"Violin, kau sudah bangun?" Tanyanya sambil masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Aku menutup seluruh badanku dengan selimut, tidak mau melihatnya. Aku bisa merasakan Luke duduk di tempat tidur. "Hei, you can mad at me now because im so fucking foolish to make you stay here. I felt so guilty yesterday if i woke you up and i didint know what should i do so i decided to take you here. But atleast i didnt sleep with you i mean around you."

Luke 100 persen benar, sekarang aku bisa memarahinya sesuka hatiku karena dia benar-benar salah. Aku masih terdiam untuk menemukan kata-kata untuk memarahinya.

"Seharusnya kau membangunkanku kemarin, sekarang Ibuku pasti akan marah kepadaku," Kataku dengan kencang. "Sekarang, antarkan aku pulan, Luke! Im so fucking done with you!"

"sssstttt Violin, ini pagi kau tidak seharusnya berbicara sekencang itu," Aku bisa mendengar Luke sedikit menyuruhku dan aku malah tambah kesal dengannya,

"Luke kanapa kau melakukan ini kepadaku? Ibuku bisa marah dan mungkin dia tidak akan mengizinkanku untuk berteman denganmu lagi, Luke!" Aku memperkecil suaraku. Badanku masih tertutup selimut, termasuk kepalaku.

"We can settle this, Violin," Luke menarik selimut dariku. Aku menarik balik tapi tarikan Luke cukup kuat jadi aku melepaskannya karena aku takut robek. "Text your mum, we can tell the truth to your mum." Luke menatapku dari atas (karena posisiku sedang tiduran dan posisi Luke sedang duduk)

Aku mengirim pesan ke Ibuku;

to: Mum

"Mum maaf, kemarin saat Luke mengajariku Fisika tiba-tiba aku ketiduran. Kau tidak perlu mengkhawatirkan ku."

"Kau harus mengantarkanku pulang sekarang!" Aku protes kepada Luke.

"Ini masih terlalu pagi, Violin!" Luke memerotes balik. Dan ya Luke sekali lagi benar ini masih pagi dan jalanan juga masih sepi dan gelap.

Luke yang tadinya hanya duduk tanpa kaki di atas tempat tidur, dia kemudian menaikkan kedua kakinya ke tempat tidur dan duduk sambil menyender ke senderan di kasur. Lalu dia membuka HPnya dan mulai mengetik sesuatu. Aku selalu penasaran dengan apa yang diketik Luke. Kelihatannya dia selalu sibuk dengan HPnya. Aku masih ngantuk, jadi aku memutuskan untuk tidur lagi dengan selimut masih membalut tubuhku, kecuali kepalaku. Aku menghadap membelakangi Luke, karena aku sedang marah dengannya. Aku masih mendengar suara keypad dari belakangku. Dari Luke yang masih mengetik pesan. Beberapa menit kemudian aku masih tidak bisa tidur jadi aku hanya memejamkan mata saja, dan aku masih mendengar Luke mengetik di HPnya. Tiba-tiba tidak lama dia berhenti mengetik. Aku tidak berani berbalik untuk melihatnya, aku mendengar suara Hpnya saat dia mengunci HPnya.

Aku masih mengantuk tapi aku tidak bisa tidur karena memikirkan Ibuku yang berada di rumah, apakah dia akan memarahiku? Aku sudah tidak mendengar apa-apa dari belakangku dan aku rasa sudah aman jika aku menengok ke belakang. Aku perlahan memblikkan badanku untuk melihat Luke. Dia menutup matanya dengan tangan di lipat ke dadanya. Dia sedang tidur. Aku tidak membiarkannya untuk tidur disini, tapi kenapa dia nekad? Aku berbalik lagi dan segera memejamkan mataku dan memaksa diriku untuk tidur.

LUKE'S POV

Aku bangun dan melihat jam di HPku. Sekarang sudah jam 9. Aku melihat ke sampingku, Violin masih tetap tertidur disana dengan selimut membalut semua tubuhnya kecuali kepalanya. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia menghadap membelakangiku. Aku perlahan mengambil HPnya dan menyalahkannya. Aku mungkin adalah orang plaing penasaran dengan urusan orang. Di layar lockscreenya ada beberapa notifikasi dari Instagram maupun twitter. Tapi aku melihatnya sampai bawah dan ada notifikasi pesan dari Ibunya. Aku menggeser notifikasi pesan itu, namun ternyata dipassword oleh Violin. Aku hanya membaca sedikit dari pesan itu "Baiklah Violin. i'll let you stay at Luke's house. He's so..." Aku sangat penasaran dengan pesan itu karena Ibunya seperti mendeskripsikan tentang aku.

Everything I Didn't SayWhere stories live. Discover now