Ge Suka Rei, Tenang Aja

246 131 114
                                    

"Pokoknya gue main ke rumah lo," ucap Devan dari seberang sana melalui panggilan jarak jauh.

"Ha! Ngapain? Kalo mau ketemu gue aja yang main ke rumah lo," balasku dengan sangat panik.

"Ya kali udah hampir dua tahun temenan, tapi gue gak pernah main ke rumah lo. Lagian ini akhir pekan, jadi gue bebas, dong mau ke sana."

"Gila lo ya! Pokoknya jangan. Emangnya lo tau alamat gue?"

"Ya tau, lah! Pokoknya gue ke sana sore nanti," kesal Devan kemudian menutup panggilan.

Aku menghela napas kasar, Devan anak yang sangat keras kepala, pasti akan sulit menghentikan niatnya untuk datang ke mari. Sekarang yang harus aku lakukan hanya satu, yaitu memberitahu Rei.

Cklek!

Aku membuka pintu kamar dan berniat bertemu dengan penghuni seberang. Namun, tepat saat ini, Rei sudah berada tepat di depanku. Tidakkah kalian berpikir ini kebetulan yang sangat unik?

"Ada apa?" tanyaku dengan sedikit melihat ke bawah, karena Rei jauh lebih pendek dariku.

"Sora mau ke mari," ucapnya dan memandangku.

"Ha! Loh kok bisa gitu, sih? Si Devan juga bilangnya mau ke sini," kataku dengan panik.

"Jadi, gimana?" tanya Rei.

"Gak tau. Gimana, dong?" jawabku.

Hening, aku dan Rei saling bungkam, kami terlalu asik dengan pikiran tentang cara agar salah satu dari kedua tamu itu tidak datang berkunjung. Bukankah akan sangat canggung nantinya, jika Devan dan Sora datang bersamaan? Ha ... memikirkannya saja, sudah membuatku hampir gila.

"Gimana kalo gini, lo bukain pintu waktu Devan bilang di depan, dan langsung ke kamar aja. Nanti gue bakal bawa Sora langsung ke kamar gue juga," jelas Rei dengan rinci.

"Oke, intinya terus pandang hp, 'kan?"

"Hm."

"Eh! Tunggu dulu, btw Sora datang jam berapa?"

"Katanya sore ini, dia gak kasi tau jamnya."

Aku menghela napas lagi, entah kenapa rasanya setiap hari ada saja kejadian yang mengaitkanku dengan Rei. Aku merasa tidak enak saat ini, karena Rei juga harus terpaksa menyembunyikan yang sebenarnya dari Sora.

"Rei?"

"Hm," jawab Rei dan melihatku.

"Maaf."

"Bukan salah Lo," ucap Rei dan berbalik, kemudian berjalan menuju pintu kamarnya.

Cklek!

"Ge?" panggil Rei sebelum masuk.

"Iya," jawabku.

"Lo mau jadi pacar gue?" tanya Rei, lalu memutar arah hingga kami saling bertemu pandang lagi.

"Ha?" ucapku bingung.

"Ya jawab aja, gue latihan drama buat festival bulan depan. Ekspresi gue harus meyakinkan kalo serius," jelas Rei dan memandang datar.

"Oh itu, ya mau," jawabku dan tertawa sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Oke makasih, lain kali bantu gue latihan lagi, ya?"

"Iya."

Blam!

Kemudian Rei masuk dan menutup pintu dari dalam. Entah kenapa, meski hanya latihan drama, itu saja sudah cukup membuatku kebingungan dan bisa-bisanya Rei mengatakan itu dengan sangat santai.

U R My ...? [Terbit✓]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن