21| Kukorek Rindu Di Bekas Bibirmu

Start from the beginning
                                    

Mereka duduk di sebuah angkring yang terbuat dari kayu yang memiliki penutup. Senja menelungkupkan jaketnya pada tubuh mungil gadisnya agar tidak digoda udara malam atau percikan hujan. Untung saja jaketnya hanya sedikit basah di luarnya saja. Dia menggesekan tangannya satu sama lain untuk memberikan kehangatan pada tangan lain--tangan gadisnya,"

"Mau aku nyanyiin sebuah lagu sambil nunggu hujan terang baru kita pulang?" tawar Senja mengecup tangan yang dia genggam.

"Nanti kalau aku terlalu nyaman dan terlelap. Jangan lupa bangunkan aku!" Kata gadis itu mulai menyandarkan kepala ke dada kekasihnya. Dimana Senja mulai melagukan suara merdunya yang dihantam suara hujan.

Sampai aku tutup usia

Kan kujaga hatimu sampai aku tua

Walau keriput di pipimu terlihat

Takkan goyahkan cintaku yang begitu kuat

Kamu tercipta olehnya untuk selalu aku cintai

Genggam erat tangan ini

Jangan sampai kau lepaskan

Sampai aku tutup usia

Kan kujaga hatimu

Sampai aku tua

Walau keriput di pipimu terlihat

Takkan goyahkan cintaku yang begitu kuat

Malam ini ada lagu indah yang dia nyanyikan sendiri. Mengantarkan gadisnya menuju alam mimpi. Terlihat sekali teduh di wajah cantik itu malam ini. Terlihat seperti tidur sambil tersenyum. Malam ini ada yang menyimpan rasa bahagia berlebihan di bawah bantal, atau di bawah sandaran tepatnya.

CUP!

"Manis seperti gula!" Gumam Senja lirih takut membangunkan gadis itu.

"Apa yang kamu lakukan?" Samar-samar mata yang terpejam itu terbuka.

"Merasakan sisa wedang jahe yang bercampur rindu di sudut bibirmu," kata Senja dengan jarak pandang yang sangat dekat, mungkin hanya tiga centi saja.

Pipi gadis itu memerah tapi pandangannya terkunci wajah bak malaikat dengan sentuhan ujung rambut yang sedikit basah. Membuatnya susah melarikan diri untuk sekedar berpaling. Rindu tampak lebih pekat dari malam, lebih pekat dan hitam, turun deras membasahi empat mata yang mulai terpejam. Membunuh waktu juga jarak yang semula memanjang menjadi lebih pendek.

Hidung mereka kini saling bergesekan. Bibir mereka saling menempel satu sama lain. Membungkam rindu yang tak perku bicara. Mengecup tumpukan rasa rindu yang tersimpan berserakan bersama luka dan kenangan. Napas mereka saling bergelayut manja, menerpa wajah satu sama lain.

Tangan Senja menyangga rahang gadis itu. Menyibak rambut panjang itu ke arah belakang hingga menampilkan lehet jenjang mulus di sana. Cukup dia rengkuh. Sedangkan gadis itu tidak mau kalah mengalungkan kedua tangannya ke leher milik Senja. Malam sunghuh syahfu kali ini--menjadi saksi dua pasang anak bumi yang perlu berdamai dan menuntaskan rindu akan temu--yang diaminkan semesta.

"Aku mengenangmu saat ini sama seperti ribuan malam yang menyebutnya sebagai rindu. Jika boleh aku ingin kita seperti ini untuk ribuan malam selanjutnya," gumam Senja dalam hati kecilnya.

Aku dan kamu...

Menyusuri jalan utara kota ini...

Menikmati jajanan dan wedang yang setia...

Atau sekedar menanti hujan reda di sudut angkringan tua...

Berlama-lama di sebuah meja berbagi tawa bertukar cerita bahkan mengecup rindu...

Hujan sepertinya menahan kita untuk berlama-lama...

Mungkin dia tahu aku masih ingin
menghabiskan waktu panjang bersamamu...

Sebelum disuruh kembali bersama ribuan mimpi dan lembar ketja yang belum selesai...

Tuhan sangat baik malam ini...

Mengijinkanmu bersandar di bahuku setelah menunggu...

Setelah lama menyandarkan beban pada yang bukan aku...

Dan nanti jika kakiku sudah tidak lagi berpijak di tanah kota ini...

Mungkin aku akan rindu akan kenangan kita meski kamu sudah menjadi milikku...

Yogyakarta,

Kita

***

Welcome Gengs!

Gimana menurut kalian? Maaf kalau kurang ngena dan typo.

Jujur aja gue lelah dan jenuh. Tapi sekali lagi makasih banyak buat dukungan kalian selama ini ketika kadang dunia nyata terlalu berat dan dunia fiksi yang tidak cukup baik juga.

Gue berharap kalian sudi baca, vote and comment cerita ini.
Dan jangan lupa mampir ke story TAS lainnya.

Love,

@cesnutboy





TAS [4] SHANUM (END)Where stories live. Discover now