10| Tolong Temani!

112 10 0
                                    

NOW PLAYING_APRIL_FIERSA BESARI

SELAMAT MEMBACA TAS [4] SHANUM

CHAPTER SEPULUH| TOLONG TEMANI!

Merapuh kala semua orang acuh, kala duniaku runtuh dalam sepersekian detik. Aku butuh seseorang dan saat ini aku cuma punya kamu. Tolong temani sebentar!

***

Sebelum berangkat netra cowok itu menatap pintu coklat yang bersebrangan dengan kamarnya. Mungkin gadis itu masih tertidur, lagipula dia tidak ada matkul di hari Jumat.  Arlojinya sudah menunjukkan pukul 6.30 dan kelas dimulai pada 7.10. Dia harus segera ke kampus, waktunya mepet juga dan belum lagi jalan yang sering macet.

"Udah, lo berangkat aja sana!" Sosok Ndaru muncul dari belakang.

"Gue titip dia ya? Jagain!" Pesan Bagas dijawab dua acungan jempol oleh Ndaru. Dia segera berlari mengejar sang waktu di kota orang.

Ndaru menunggu gadis itu membuka pintu tapi setelah kurang lebih dua jam gadis itu tidak juga keluar atau bersuara di dalam. Hening. Ndaru mencoba mengetuk pintu tapi nihil--tidak ada respon. Daripada terjadi sesuatu dia memutuskan untuk masuk.

"Sye, gue ijin masuk ya?"

Perlahan pintu itu terbuka dan menampilkan gadis yang masih tertidur dengan keringat di wajah serta pucat. Ada yang tidak beres. Ndaru mendekat ke sisi ranjang.

"Sye, lo pucet banget, lo sakit?" Tanay Ndaru menepuk pipi gadis itu pelan. Tapi gadis itu hanya mengerang.

Mata Shanum terasa berat untuk terbuka tapi samar-samar sosok Ndaru tertangkap olehnya. Dia bergumam lemah, "Ndaru? Gue nggak enak badan,"

"Gue anter ke poliklinik ya?" Usul Ndaru mulai cemas hendak membopong tubuh berat gadis itu.

"Nggak, nggak mau. Bagas kemana?" Shanum menolak dan malah menanyakan keberadaan Bagas. Tangannya meraih tangan Ndaru.

"Dia ada kelas hari ini, paling bentar lagi juga balik," jawab Ndaru, mengelus punggung tangan mungil yang terkulai, "Lo nggak ada kelas hari ini?" tambahnya.

"Ada. tapi gue ijin sakit aja. Gue lagi kabur dari rumah," jelas Shanum memaksa seulas senyum.

"Wah, nih anak kenapa mesti main petak umpet segala. Mana sembunyi di sini." Gumam Ndari dalan hati.

Cowok itu mengompres dahi Shanum dengan kain yang dicelupkan ke air hangat. Panasnya sedikit turun. Gadis itu juga belum makan. Ndaru berniat membelikan bubur dan menelpon Bagas

"Lo istirahat di sini. Gue beliin obat sama sarapan," bisik Ndaru melepas genggaman tangan gadis yang sudah terlelap dalam buaian mimpi.

Ndaru menghubungi Bagas terlebih dulu, "Cuy, ni cewek sakit. Panasnya tinggi banget. Lu pulang deh cepet. Gue masih mau nyari bubur sama obat, "

Setelah mematikan ponselnya Ndaru segera meluncur menuju tukang bubur ayam serta mampir ke apotik dan membeli obat. Kemudian bergegas pulang, Ndaru merasa gadis itu jadi prioritas. Padahal juga bukan siapa-siapa. Mungkin ini yang namanya manusiawi.

TAS [4] SHANUM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang