19| Sesuatu Di Jogja

89 9 0
                                    

NOW PLAYING_SESUATU DI JOGJA_ADHITIA SOFYAN

SELAMAT MEMBACA TAS [4] SHANUM

CHAPTER SEMBILAN BELAS | SESUATU DI JOGJA

Jogja adalah rumah bagi tiap-tiap jiwa. Kota yang tanahnya tercipta dari serbuk rindu saat Tuhan jatuh cinta.

***

Sebuah kota yang masih kental akan tradisi nusantara bernama Yogyakarta. Sebuah daerah istimewa yang terletak di Jawa Tengah. Menyimpan banyak candi-candi megah yang patut untuk ditengok kembali sejarahnya. Orang-orang meromantisasi Yogyakarta dengan sedemikian rupa. Katanya, Jogja itu kota istimewa. Berisi romantisasi yang tidak ada habis-habisnya dikagumi. Setiap orang yang menginjakkan kaki ke Jogja merasa kota itu miliknya. Dan kota itulah tujuan Shanum pulang.


Gadis yang sudah menbawa tas ranselnya itu sudah memikirkan rencana ini selana dua hari. Dia memutuskan untuk menjelajahi Kota yang istimewa untuk seseorang yang istimewa pula. Selembar tiket sedang berada di genggaman tangannya.

Dia masuk ke gerbong lima setelah melewati loket pengecekan. Berdesalan dengan orang-orang mencari temoat duduknya. Dia duduk bersebelahan dengan seorang lelaki berjaket hitam yang keliatannya seorang mahasiswa. Tertera dari baju hitamnya--sebuah tulisan dan logo instansi sebuah Universitas Swasta di Jogja.

Shanum menyandarkan kepalanya ke dinding kaca kereta, memandang hamparan sawah memanjang saat kereta mulai berjalan pukul tujuh pagi. Sesekali dia memejamkan mata mengusir bosan selama perjalanan kurang lebih tujuh jam. Membiarkan sesekali kepalanya terantuk kasar di kaca kereta.

Dua orang petugas kereta melakukan pengecekan tiket di setiap gerbong. Keduanya sampai di tempat duduk gadis itu. Pemuda itu sudah menyerahkan tiketnya dan refleks membuat pemuda itu menepuk lengan gadis itu beberapa kali.

"Mbak, tiketnya?" Tanya petugas dengan kumis tebal saat gadis itu bangun.

"Hmm... "

"Punten mbak. Hanya melakukan pengecekan tiket," jelas petugas itu lagi.

Shanum yang setengah sadar merespon dan menarik lipatan kertas dari tasnya, "Oh, ini, Pak!"

Tiket itu dikembalikan dan selepas petugas itu pergi, pemuda di sampingnya menceletuk, "Mau ke Jogja juga mbaknya?"

"Iyaa, kamu juga?"

"Saya kuliah di Jogja. Pulang cuma buat jenguk orang tua," jawab Pemuda itu memamerkan lesung pipinya.

Mereka berkenalan dan berbincang-bincang selama perjalanan. Shanum seringkali mengangguk atau ber'oh' ria menanggapi pemuda itu.

"Kalau ke Jogja mbaknya jangan lupa coba makanan khasnya, dijamin bikin nagih," tambah pemuda itu terus saja nyerocos tanpa henti.

Sadar atau tidak, cerita tentang Jogja selalu terlihat begitu menarik dan berkesan. Tidak ada bosan untuk diperdengarkan  berkali-kali. Kota magis itu seolah tidak mengijinkan siapapun yang menginjakkan kaki ke sana untuk berdamai dengan ingatan dan kenangan. Seperti setiap kisah yang dia dengarkan dari satu teman perjalanannya.

TAS [4] SHANUM (END)Where stories live. Discover now