11| Yang Sebenarnya

Magsimula sa umpisa
                                    

"Lama lama gue pikir lu dah gila cuk, ke RSJ aja dah daripada nyampah," jawab Bagas malas. Seribu saran juga tidak mempan bikin Ndaru move on dari cewek di masa lalunya.

"Kampreet lu bocah!" Seru Ndaru hendak melemparkan topinya ke Bagas. Tapi cowok itu sudah lari lebih dulu.

Kalau diinget terus masa lalu nggak akan ngerubah apapun di masa depan. Kalau diinget luka dan penyesalan yang ada dibelakang, itu juga yang menghanbat. Masih suka stuck di masa lalu baik orang-orangnya, duka. dan bahagaianya. Padahal udah tau yang berlalu nggak bisa diulang lagi atau diperbaiki.

***

Dalam mata terpejam dia susah tidur malam itu meski lampu temaran. Dia masih kepikiran beban hidupnya. Malam saat yang kejam, dimana semua lelah membentuk cambuk tapi malam tahu itu waktunya untuk istirahat. Setelah berkelana jauh ke masa lalu atau mengingat kegagalan hari ini. Waktunya untuk rehat, meluruhkan segala beban.

Tapi gadis itu tidak bisa tidur lebih awal malam ini. Matanya menelusuri tiap jengkal ruangan kecil itu. Sebuah rak yang diisi beberapa buku menarik perhatiannya. Dia menegakkan tubuh, jarinya menyusuri setiap judul yang tertera. Dia mengambil sebuah novel dengan sampul biru, satu buku lain jatuh kala diambilnya novel itu.

"Ini kan buku gue kenapa ada di Bagas?" Shanum bingung antara tidak percaya, senang, sekaligus bertanya-tanya perihal hilangnya buku itu.

Jurnal bukunya manusia senja akhirnya dia temukan di rak Bagas. Dia mengingat-ingat lagi momen dimana dia kehilangan buku tersebut. Tapi untuk apa Bagas menyembunyikan bukunya? Otaknya menunjuk cowok itu sebagai pelaku utamanya. Shanum bangkit dan mencari keberadaan Bagas. Dan dia menemukan Bagas sedang berbincang dengan Ndaru.

Langkah gadis itu terhenti saat akan berbalik sebab mendengar mereka menyebut tentangnya. Shanum diam di sana sambil memasang telinga. Dia mendengar semua dengan jelas. Ada yang menusuk dadanya saat ini. Meski tidak ada wujudnya tapi rasanya mendadak sakit. Sakit sekali.

"Sye, lo kenapa di luar?" tanya Bagas menemukan gadis yang semula di kamar malah berada di luar.

Bagas menyisihkan helai rambut Shanum. Terlihat wajah cantik itu basah oleh air mata, "Kenapa nangis? Siapa yang bikin lo nangis, Sye?"

"Elo!" tandasnya, menunjuk muka lelaki itu. Shanum kembali mengulangi kalimatnya lebih lengkap, "Yang bikin gue nangis elo! Lo jahat, Gas!"

Tapi cowok itu merasa tidak ada yang salah. Tidak ada hal salah dan jahat yang dia perbuat ke gadis itu. Dia masih tidak mengerti. Sampai sebuah buku hitam yang coba dia sembunyikan kini ada di tangan gadis itu.

"Sye, gue bisa jelasin!" elaknya menarik tangan gadis itu saat hendak masuk.

"Apa? Jadi lo sama temen lo berdua main-main sama gue?" Nada Shanum meninggi.

lagi-lgi Bagas menahan, "Sye dengerin dulu,"

"Gue udah denger senuanya. Udah jelas. Gue pikir kalian bener-bener baik tapi ternyata ada maksudnya." Jelas gadis itu menyentak tangan Bagas.

Dia menatap tajam Bagas yang membeku terdiam seolah mengakui pembicaraan itu benar adanya. Bagas tertangkap basah dan dia tidak punya alasan untuk membela diri.

Gadis itu berhenti melangkah dan kembali berujar, "Dan satu hal lagi kenapa buku gue ada di lo? Katanya lo nggak tahu,"

Cowok itu tampak menghela napas berat dan berbalik arah menghadap gadis itu. Kepalanya tertunduk tapi perasaannya jelas kacau. Semesta seakan memang membantunya saat itu. Tugas-tugas sulit yang menyita waktu serta otak, yang selalu minta revisi setiap saat. Sampai akhirnya Shanum muncul dan menariknya lebih dekat.

TAS [4] SHANUM (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon