6 - "I know im such a dick, sorry," -

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Ayo!"ajaknya padaku.

Aku segera berjalan ke arahnya dan mengikuitnya dari belakang. Pintu masuk rumahnya di kunci, jadi dia harus membuka kuncinya. Dia mengambil kuncinya di kantong dan segera membuka kuncinya. Setelah pimtu terbuka, Luke masuk dengan diikutiku lalu menutup pintunya di belakangku. Rumah Luke ternyata besar, jika dilihat dari luar tidak begitu besar. Jadi rumahnya memanjang ke dalam, bukan melebar. Aku melihat ke sekeliling rumahnya selagi Luke sedang mengunci pintu di belakangku. Tunggu. Mengunci pintu? Kenapa harus dikunci?

"Ayo," Dia mengajakku sambil sedikit tersenyum ke arahku. Seprtinya dia sedang senang. Saat Luke ke rumahku aku bahkan tidak merasakan sedikitpun kesenangan. Aku malah membencinya.

"Luke," Aku memanggilnya, tidak mau beranjak satu langkahpun dari tempat aku berdiri. Luke langsung berbalik menatapku dengan bingung.

"Apa?"

"Kenapa kau mengunci pintunya?" Tanyaku. Untuk berjaga-jaga dengan kemungkinan yang terburuk, aku mundur satu langkah mendekati pintu.

"Aku selalu mengunci pintu, karena aku takut jika ada orang yang tiba-tiba masuk," Jawabnya. Aku menatapnya bingung, menginginkan jawaban yang lebih jelas dan masuk akal. "yaa kau tau laah. Memang kenapa?" Dia menaikan bahunya.

"tidak, aku hanya takut dengan kemungkinan terburuk," Aku memegang leherku sambil tertawa kecil. Aku melihat Luke, dia menatapku dengan bingung namun masihtersenyum.

"What? What the hell are you thinking im going to do to you?" Dia tertawa kecil.

"Nope,"

Kemudian Luke berjalan ke arah dapur dan melempar tasnya ke sofa yang ada di ruang tamu. Aku hanya mengikutinya dari belakang. Dia membuka lemari-lemari di dapurnya dan juga kulkas, dia sepertinya sedang mencari sesuatu. Aku hanya melihatnya dari pintu dapur. Kemudian di berhenti mencari dan tangannya memegang keningnya.

"Fuck Violin!" Aku menatapnya bingung. Dia terlihat kesal dan menyalahkanku. Padahal aku tidak tahu apa yang sedang dia cari. "I dont have any food."

"Yaudah, aku juga disini untuk memintamu mengajariku Fisika bukan untuk makan, Luke," Kataku. Aku masih tetap berdiri di pintu dapur. Sebenarnya aku lapar tapi aku tidak enak dengan Luke jika aku meminta makan apalagi saat dia sedang kehabisan makanan.

"Tapi ini jam makan siang, aku yakin kau lapar, kan?" Dia berjalan ke arahku, berdiri didepanku menantikan jawaban. Aku tidak menjawab karena jika aku bilang 'Ya, aku lapar' Luke akan berusaha mencarikan makanan sehingga kami tidak latihan. Dan jika aku bilang 'Tidak' aku akan berbohong. Jadi aku hanya menatap wajahnya. "Baiklah, aku akan memesan pizza." Dia berjalan keluar dari dapur dan menuju ke ruang tamu, aku mengikutinya dari belakang.

Luke mengambil HP nya yang berada di tasnya yang tergeletak di sofa. Lalu dia membuka kunci HPnya. Aku bisa mendengar bunyi saat dia menyentuh tombol nomor yang ada di HPnya. Lalu dia berinteraksi dengan orang yang kuduga adalah penjual pizza. Lalu setelah sekitar 1 menit dia berinteraksi dengan penjual pizza, dia segera kembali mengunci HPnya dan melempar HPnya ke sofa dan dia menarik napas. Seberapa kaya sebenarnya dia? Jika HPnya jatuh dan rusak. bagaimana?

"huh..akhirnya kita punya makanan," katanya sambil tersenyum memandangku.

"Kau baru saja melempar iPhone 5S, Luke,"kataku tanpa tersenyum sedikitpun. Aku benci saat dia melakukan itu.

"Ya, lalu?" Jawabnya dengan santai tanpa ada rasa bersalah. "kau juga punya HP kesialan itu, kan?"

"Ya, aku punya, aku tidak iri denganmu karena kau punya HP itu. Aku tidak mau kau melempar seperti itu lagi, bagaimana jika HPmu jatuh dan rusak?"

Everything I Didn't SayNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ