"Bri, banyak orang." ujar gadis itu sangat malu bahkan mereka berdua telah menjadi pusat perhatian seisi kelas.

"Biarin seperti ini, sebentar."

Angkasa memperhatikan kedua remaja tersebut. "Adik gue emang hebat, bisa buat anak orang sakit hati sekaligus terdiam bahagia, gue musti belajar sama di nih." ucap Angkasa sambil terkekeh.

"Maaf." ucap Brilian namun, tak melepaskan pelukannya.

-----

Venny gadis itu kini tengah berada di kantin untuk mengisi perutnya yang sedaritadi berbunyi.

"Eh ven, kok cuman diaduk gitu." tegur Rika.

"Kenapa?" tanya gadis itu.

"Lo ngelamun ya?" tebak Rika.

"Enggak kok."

"Terus?"

"Males aja yang mau makan." jawab gadis itu pada akhirnya.

"Tapi tadi Lo yang ngajak kita, aneh deh!"

"Makan!" suara memerintah yang cukup familiar di telinga gadis itu.

"Bri? Ngapain disini?" tanya gadis itu tak percaya.

"Jagain Lo." sahutnya dengan enteng kemudian memilih duduk di samping Venny.

"Kalau gitu kita pergi dulu." pamit Rika lalu mengajak Cika agar memberi celah untuk Venny dan Brilian berdua.

"Ehh kalian mau kemana? Jangan tinggalin gue kalik!" seru Venny namun, tak di gubris oleh kedua gadis itu.

"Makan!" titah Brilian.

Venny menoleh ke arah cowok tersebut. "Iyaa bawel."

Setelahnya tak ada percakapan lagi terlalu canggung karena kejadian tadi yang membuat dirinya malu.

"Lo gak makan?" tanya Venny.

"Udah."

"Gue boleh gabung gak?" tanya Angkasa.

"Boleh kak."

"Si Venny enak ya makan dibarengin sama cogan gitu, beruntung banget."

"Enak benget! Dasar gak tau diri!"

"Gak level bareng mereka!"

Cibiran demi cibiran dia dapatkan namun, seakan menulikan pendengarannya gadis itu tetap melanjutkan acara makannya.

"Gak usah di dengerin." ucap Angkasa.

"Makan!"

Gadis itu hanya mengangguk anggukkan kepalanya, rasanya situasi seperti membuat dirinya tercekat sekaligus gugup, karena ini pertama kalinya.

-----

Renata gadis itu menatap seorang gadis dengan sorot mata tajam.

Awas Lo. batin gadis itu.

"Heh! Nenek lampir aja bangga!" seru Angkasa dari arah belakang gadis itu.

"Sumpah, wajah Lo mirip banget deh!" ucap Arsen entah dari mana munculnya tuh bocah.

"Bri, tolong dengerin gue!" ucap Renata berusaha menggapai cowok tersebut namun, Arsen serta Rendy menghalangi.

"Sebelum Lo lawan Bri, hadapin dulu kami!" ucap Arsen seraya menepuk dadanya dengan bangga.

"Cih, minggir gak?" ancam Renata menatap sengit ke arah kedua orang itu.

"Balik!"

"Tapi bri-" belum selesai berbicara ucapannya telah di potong oleh Angkasa.

"Sampai jumpa nenek lampir." ucap Angkasa meremehkan sedikit tidak apalah.

"Kalian ini, emang ya." ucap Venny kemudian tertawa kecil.

Brilian menatap gadis itu sejenak tawa yang manis, entah kenapa setiap melihat tawa itu dia merasa tenang.

"Ye, udah dong bri liatin si Venny! Cantik?" goda Arsen.

Venny menoleh ke arah Brilian sedangkan yang ditatap gugup setengah mati.

"Enggak." jawabnya sembari menggaruk belakang kepalanya berusaha tetap tenang.

"Hahahaha, lucu kalian!" ucap Rendy kemudian mereka saling tertawa namun, tidak bagi Brilian dan Venny mereka hanya bisa diam sambil mengatur degup jantungnya.

-----

Dikit, ya lagi gak tau mau nulis apa😆

Yang penting update.

Gaje?

Baper gak?

Jangan lupa vote and komen!
Jangan lupa

Terimakasih ❤️

12 Mei 2020

BrilianTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon