"Kenapa gitu Bun?" tanya anak cowok tersebut.

"Karena mereka gak akan sayang kita lagi!" ujar Dewi.

Brilian bocah itu berlari menuju kamarnya, dia terdiam apakah kak Angkasa sejahat itu? Bocah laki-laki itu menangis sesenggukan didalam kamarnya.

"Kak Angkasa jahat! Bri, ingin main sama kakak." ujarnya dengan pelan seraya menyeka air matanya.

"Bri,kangen kakak." ucapnya dengan pelan.

Perlahan bola mata elang itu menutup dengan sempurna bersama dengkuran kecil.

Dewi merasakan desiran aneh saat dia tak sengaja mendengar suara samar anaknya itu.

Dan sejak hari itu perasaan cinta mereka untuk orang tersayang mulai perlahan memudar, dan sejak saat itulah Brilian tak mau lagi mendengar kata cinta.

Flashback off

-----


"Bagaimana dok keadaannya?" tanya Revan pada dokter tersebut.

"Dia hanya kelelahan saja dan jangan memberikan beban pikiran yang berat karena itu akan menjadikannya drop seketika." ujar dokter tersebut.

"Baik dok."

"Yasudah kalau begitu saya tinggal dulu." ucap dokter tersebut kemudian meninggalkan mereka.

"Dek, kakak selalu ada buat kamu! Jadi tolong jika ada masalah bicara aja sama kakak." ucap Revan pada Venny yang sedang terbaring lemah itu.

Brilian beserta kedua temannya kini tengah duduk bersandar pada kepala kursi kantin.

"Woy bri, Lo kenapa?" tanya Arsen.

"Gue nyari Renata." sahutnya.

"Dia lagi mesra mesraan tuh sama om Om di taman." ujar seseorang dari arah belakang mereka.

"Tau apa Lo?" tanya Brilian.

"Kalo gak percaya liat aja sendiri!" seru cowok itu.

Brilian beranjak menuju tempat yang di beritahu oleh orang tersebut jika itu benar awas saja.

Setelah sampai cowok itu mengedarkan pandangannya dan tertuju pada satu titik dimana seorang gadis sedang memeluk seorang laki-laki lebih tua darinya, dan dia mendengar percakapan antara kedua manusia itu.

"Om mau gak bantu nata?" tanya gadis itu dengan manja.

"Bantu apa?"

"Aku ingin menghancurkan seseorang, namanya Brilian." lanjutnya.

"Terus?"

"Tapi dengan seorang gadis umpannya, namanya Venny."

Prokk..

"Hebat JALANG!!" teriak Brilian kemudian menghampiri mereka.

"Bri, ini gak seperti yang kamu lihat!" serunya seraya menarik lengan Brilian.

"Lepas! Tangan Lo udah gak suci lagi, jadi jangan dekat-dekat sama gue lagi!" ucap cowok itu mulai murka.

"Lo pergi aja! JALANG SAMA MURAHAN GAK PANTES DISINI!!" bentak seseorang muncul dari belakang kedua orang tersebut.

"Bri, bantu aku kali ini ya?" gadis itu memohon dengan kedua tangan didepan dada.

"Udahlah, gak ada yang perlu sama Lo!" sentak Angkasa.

"GUE! GAK MAU LIHAT LO LAGI!! PERGI DARI HADAPAN GUE SEKARANG! DAN JANGAN MUNCUL DIHADAPAN GUE LAGI!" bentak Brilian dengan sorot mata memancarkan emosi.

"Tap-" belum selesai berbicara Brilian sudah mendorong gadis itu.

"Awas Lo." gumam gadis itu.

"Dia siapa?" tanya om om itu.

"Dia namanya Brilian."

"Awas aja Lo dekat-dekat sama Brilian lagi! Gue gak akan ngebiarin adek gue terjebak sama kebusukan Lo!! Cukup dulu gue yang salah dan gak akan ngulangin kesalahan itu untuk kedua kalinya!" peringatan Angkasa terhadap gadis bernama Renata tersebut.

-----

Ternyata benar penyesalan itu datangnya diakhir.


Brilian berjalan menuju kelas seseorang mencari gadis yang selama ini telah menganggu dirinya setelah sampai dia langsung masuk dan bertanya pada teman-temannya.

"Venny ada?" tanya Brilian to the point.

"Venny gak masuk bri." ujar seorang anak cowok yang dia ketahui itu ketua kelasnya.

"Keterangan?"

"Sakit, gak tau sakit apa." jelasnya.

"Oke makasih." ujar Brilian kemudian melanjutkan langkahnya.

"Aneh deh, biasanya tuh cowok marah marah sama si Venny, sekarang malah nyariin, emang penyesalan itu ada ya, dan beruntung banget si Venny dicariin sama tuh cowok." ujar cowok tersebut bermonolog sendiri.

Angkasa cowok tersebut menghampiri Brilian yang sedang duduk sendirian dibawah pohon belakang sekolah.

"Lo kenapa?" tanya Angkasa setelah sampai dihadapan cowok tersebut.

"Enggak, oh ya makasih udah ngasih tau gue."

"Hmm, dek Lo mau gak ikut gue nanti sore?" ucap Angkasa dengan bimbang karena setahunya Brilian akan selalu menolak ajakan siapapun.

"Boleh, adek? Gue rasa panggilan itu yang gak pernah aku dengar lagi, dan panggilan itu yang ingin selalu aku dengar kak." ucap Brilian mulai runtuh pertahanannya yang selama ini dia jaga.

"Iya dek." ucap Angkasa.

"Kak Angkasa, gue masih bolehkan manggil dengan sebutan kakak?" tanya cowok itu memastikan.

"Selalu, kakak minta maaf dulu ninggalin kamu tapi percaya sama kakak kalau itu bukan kemauan kakak." ujar Angkasa memberi penjelasan.

"Iya kak, makasih masih mau mengerti bri." ucap Brilian.

Mereka adalah kedua saudara yang terpisah karena kejadian dimasa lalu yang disebabkan oleh kedua orang tuanya.

Kini keduanya bersama kembali dan mulai mengerti untuk satu sama lain, kisah baru yang akan dimulai esok hari dan telah menanti mereka.

-----

Sorry deh kalau gak nyambung!

Vote and komen!
Jangan lupa 👇

Terimakasih ❤️

09 Mei 2020

BrilianWhere stories live. Discover now