Scene yang Terulang

Start from the beginning
                                    

Tanda itu memang sudah mulai memudar. Namun bukan berarti Tae Hyung tidak tahu apa arti tanda itu. Laki-laki lain telah menyentuh tubuh pujaan hatinya. Orang asing itu meninggalkan tanda cumbu di dada Joo Hyun.

"Aku ini jalang, Tae." ujar Joo Hyun sendu. Ia sengaja melakukannya. Menunjukkan betapa tak pantas dirinya. Ia adalah wanita yang menyerahkan tubuhnya untuk disentuh sembarang orang. Ia adalah wanita yang mengingini laki-laki yang telah beristri. Meski ia tahu itu salah. Ia adalah definisi seorang jalang yang sesungguhnya, dan tak pantas untuk dianggap berharga.


Tae Hyung menghela nafas berat. Tangannya bergetar ketika membuka lebih lebar kemeja Joo Hyun. Kemeja itu jatuh, memperlihatkan pundaknya yang putih mulus. Ia pun mendapati ada beberapa tanda pudar lain yang masih tertinggal. Tae Hyung tak mengucapkan sepatah kata. Cukup lama, sang pemuda hanya termenung memperhatikan semua jejak itu. 

"Tae" panggil Joo Hyun memecah keheningan. Namun bukannya menyahut, Tae Hyung justru menarik pinggul Joo Hyun. Membuat raga wanita itu mendekat padanya. Hingga perlahan wajahnya pun mendekat.


Joo Hyun tercekat kala nafas hangat Tae Hyung menerpa dadanya. Jantung Joo Hyun berdegup amat kencang karena ujung hidung Tae Hyung bergesekan dengan kulit. Sensasi gairah membuat Joo Hyun melengkungkan tubuh. Sesaat setelah itu, bibir Tae Hyung menyentuh kulit polos Joo Hyun. Joo Hyun pun menggigit bibir kala Tae Hyung melumat kulit payudaranya yang menyembul di antara bra. Pemuda itu sedang menandai ulang semua jejak itu dengan miliknya.

Tae Hyung mendaratkan kecupan kupu-kupunya di leher Joo Hyun. Ia kemudian mendongak. Menyejajarkan pandangannya pada sang pujaan hati. Joo Hyun pun terpaku melihat air yang menggumpal diujung netra Tae Hyung.


Tae Hyung terkenang pada sosok sang ibunda. Wanita kuat yang selama ini selalu memamerkan senyum, meski hatinya menangis. Wanita yang memperjuangkan Tae Hyung meski wajah ayunya diludahi. Sang Ibunda pun tak gentar walau berapa kali tamparan mendarat di pipinya. Semua kebencian itu diterima sang ibunda lapang dada. 

"Bae." Tae Hyung tersenyum perih. Namun senyum itu belum mampu menutupi kerapuhan hatinya. Sesaat ia pun teringat dengan minuman pahit yang ditelan Joo Hyun. Tangis Joo Hyun yang menembus cakrawala batinnya malam itu. Ditambah dengan bercak sensual yang lancang tertinggal dikulit indah juwitanya. Dan mungkin masih banyak pemikiran yang menempa Joo Hyun untuk mengatai diri sendiri sebagai 'jalang'. Semua itu membuat Tae Hyung tersadar, bahwa selama ini Joo Hyun telah menyakiti dirinya sendiri. Tae Hyung merasa hancur mengetahui dua wanita yang paling ia cintai di dunia, sama-sama merasakan luka yang menyayat harga diri mereka. 


"Ayo kita sembuhkan luka dihatimu." Tae Hyung mengusap pipi Joo Hyun. Menatap wanita itu dengan seluruh rasa cinta yang ia gapai di jagad hatinya. 

"Cinta bukan hanya perihal memberi. Cinta itu harus kau bagi dengan dirimu juga, Bae Joo Hyun."

Kata-kata itu bagai sebuah palu yang tengah menggempur perspektif Joo Hyun.

"Tae Hyung-ah" Joo Hyun terenyuh. Untuk pertama kalinya ia melihat setetes air mata mengalir turun membasahi pipi Tae Hyung. Selama ini laki-laki itu begitu kokoh dengan perasaan cintanya. Melihat Tae Hyung lemah seperti ini, membuat hati Joo Hyun retak.

Ini bukan pengaruh alkohol. Namun Joo Hyun benar-benar sadar ketika tubuhnya naik keatas pangkuan pemuda itu. Dan scene malam pertama mereka terulang kembali. Joo Hyun merengkuh wajah Tae Hyung. Meraih kedua pipinya dan mendongakkan wajah tampan itu. Pandangan mereka saling bersinggungan. Kilau mata keduanya berkaca-kaca bagai frame lukisan sejoli yang tengah mengadu luka.


Tae Hyung terperangkap oleh keindahan yang menyapa indranya. Tae Hyung sangat menyukai posisi ini. Ketika tubuh indah Joo Hyun menindih pahanya. Dan ia pun bisa melihat paras sang jelita yang berada diatasnya. Wajah Joo Hyun bersinar gemulai oleh pantulan cahaya rembulan yang menembus jendela. Begitu cantik dan mempesona. Tak kuasa, kupu-kupu di perut Tae Hyung pun berterbangan kala Joo Hyun mengecup manis tahi lalat diujung hidungnya.


Joo Hyun membelai rambut hitam Tae Hyung. Jemarinya yang lain meraba bibir sang pemuda. Ini bukan kali pertama Joo Hyun melihat dari dekat bibir lembab itu. Selama ini Tae Hyung selalu mampu mempertahankan diri untuk tidak mendaratkan bibirnya. Namun kali ini berbeda, Joo Hyunlah yang mengidamkan bibir itu bertemu dengan bibirnya. Dan Joo Hyun mengikuti keinginan. Ia memagut lembut bibir sang adam. 


Tae Hyung merasa angin semilir berhembus dalam dadanya. Ia tak kuasa untuk menahan diri. Lengan atletisnya mendekap tubuh Joo Hyun dan membalas ciuman itu. Kali ini tidak ada sesap anggur yang tertinggal dibibir manis wanitanya. Namun murni manis dan lembut bibir seorang Bae Joo Hyun. Yang entah kenapa justru membuat Tae Hyung semakin jatuh cinta setelah merasanya.


Joo Hyun telah lupa. Ia tak lagi ingat bahwa pemuda yang tengah diciumnya adalah seorang Kim Tae Hyung. Adik kandung Kim Seok Jin. Tak ingat pula jika awalnya ia hanya bermaksud untuk memeluk pemuda itu. Bukan malah menciumnya.


Sehubungan dengan adanya adegan vulgar, aku putuskan untuk tidak mempublikasikan di wattpad adegan tertentu chapter ini. Bagi yang ingin membaca dan dirasa sudah cukup umur. dm Author! Terima kasih! Luv!


Tak dapat dielak lagi, desau kecapan bibir dan geraman erotis menghiasi ruangan itu. Namun keintiman mereka tak berlangsung lama. Sebab seseorang telah menekan bell pintu dengan kesetanan.


Jung Kook berdiri geram di depan pintu apartement Tae Hyung. Menendang dan menggedor pintu besi sialan yang tak kunjung terbuka itu. Seperti orang gila, menekan berkali-kali bell interkom di dekat pintu. Tangannya mengepal kuat siap meluncur kapan saja. 

"Brengsek!" umpatnya karena pintu itu tak kunjung terbuka.

Sungguh, ia akan membunuh Kim Tae Hyung, jika laki-laki brengsek itu menyentuh seinchi saja kulit indah Noonanya.

§§

To Be Continued

.

.

Note penulis:

'Jatuh cinta' ataupun 'patah hati', keduanya sama-sama menyiksa.

Pening juga nyusun chapter ini. Menimbang betul setiap adegan dan perasaan seperti apa yang harus dituangkan. Intinya sih ingin menguatkan unsur romantis juga membuat kalian berdebar-debar. Semoga penulis berhasil ya! Maaf kalau ada kurangnya  >____<

Makasi supportnya! Jangan lupa vote dan sharing perasaanmu ya!

Thank you!

RemedyWhere stories live. Discover now