Bag. 8 (Hilang)

9 2 1
                                    

Kamu penyebab bahagia sekaligus tawaku.

***
1 minggu lagi ujian akan dimulai, semua siswa sibuk belajar untuk menjalankan ujian tersebut, karena ujian tersebut merupakan penentuan untuk berangkat magang di perusahaan yang sudah dipilihkan sekolah.

Begitu juga denganku, selama satu minggu ini aku juga disibukkan belajar dan setiap pulang sekolah aku sempatkan untuk pergi ke perpustakaan kota.

***

Tring.. Tringg..

Dering ponsel menyita perhatianku dari mata yang sedang melihat ramainya jalan raya untuk menemukan angkutan umum.

Kuambil handphone di saku jaketku, dan melihat siapa yang membuat notif ponselku itu berdering. Kali ini aku tak kaget dengan nama yang tertera di layar, karena sekitar 1 minggu ini aku sering berbalas pesan dengannya, ya siapa lagi kalau bukan Rendy.

Rendy
Udah pulang Nad?

Nad
Belum, masih nunggu angkot

Rendy
mau bareng?

Nad
Enggak Ren, makasih

Rendy
mm, oke

Akhir akhir ini dia sering menawarkanku untuk pulang bersama dengannya dan aku selalu menolak ajakkannya.

Aku juga tak mengerti kenapa Rendy begitu seringnya melakukan itu. Seharusnya dia mengerti bukan? Aku akan terus menolak ajakannya itu.

Seminggu ini aku juga selalu pulang saat waktu sholat Maghrib. Setiap pulang aku langsung mandi, sholat, dan makan. Waktuku di rumah hanya aku pakai untuk rebahan, karena aku sudah belajar dan mengulang pelajaran di perpustakaan kota tadi.


Kuambil Handphone untuk sesekali melihat beberapa pesan yang masuk, dan lagi lagi Rendy mengirimiku pesan hanya untuk sekedar basa basi.

Entah kenapa aku kali ini merasa tak nyaman dan sedikit risih, karena dia selalu mengirimiku pesan. Kucoba menjawab dengan seadanya, dan tak terlalu merespon.

Rendy
Udah tidur Nad?

Nad
Belum

Rendy
Lagi ngapain?

Nad
Nafas

Rendy
Kalau itu ya tau Nad...

Nad
Hehe

Setelah pesan terakhirku aku tutup ponselku dan tak menghiraukan balasan pesan darinya.

***

Kringg.. Kringg..

Bunyi bel istirahat pun berbunyi, kali ini aku dan Safira lebih memilih berada di kelas untuk sekedar berbincang bincang. Karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan juga dengannya.

"Saf, Rendy satu minggu ini kenapa menghubungiku terus ya?" tanyaku pada Safira

"Kenapa Nad? Risih ya?" Jawab Safira seakan tau apa yang ku rasakan

"Sedikit"

"Nanti, biar aku yang kasih tau dia"

"kasih tau apa? " kagetku pada Safira, ga mungkin kan dia kasih tau Rendy?

"Ya Rendy lah, biar dia ga terlalu sering menghubungi kamu"

Pernyataan Safira membuatku terdiam, entah kenapa saat Safira berbicara seperti itu ada yang aneh dengan diriku.

Ini aneh, ada perasaan senang karena akhirnya Rendy tidak akan mengirimiku pesan lagi dan ada perasaan takut jika dia memang benar benar tak menghubungiku.

"Ah sudahlah ini akan baik untukku" (batinku)

*

**
dia benar menghilang, kenapa aku resah?

Malam ini terasa aneh, ponselku kembali sepi dan hanya dipenuhi percakapan grup yang tak ingin kubaca. Rendy benar benar tak mengirimiku pesan.


"Kenapa aneh Nad? Bukankah ini yang kamu mau?" kataku pada diriku sendiri

"Kenapa aku merasa kesal saat Rendy tak mengirimiku pesan?"

"Kenapa aku merasa kesepian?"

"Kenapa aku rindu dengan humor receh nya itu"

Lagi lagi suaraku memenuhi ruang kamar yang sepi. Betapa bodohnya diriku berbicara dengan bayanganku sendiri di cermin.

Kupandangi layar handphone dan berharap ada notif muncul darinya, tapi nyatanya nihil, dia sudah hilang.

Anehnya kenapa diriku merasa kehilangan?

Kubuka papan chat dengannya kubaca satu per satu pesanku dengannya. Mulai dari awal dia menghubungi, hingga humor yang membuat senyumku sesekali terangkat saat aku membacanya.

Nad, kamu bodoh! Apa sebenarnya kamu mulai menyukainya?  Tapi kenapa saat itu kamu risih akan sikap perhatiannya? Jadi mau kamu apa Nad?

Terimakasih teman sudah menyempatkan membaca kisah pertamaku 😊😊😊

Jika suka, klik tombol bintang ya 😁😁😁








Rendy dan NadWhere stories live. Discover now