Bolak-Balik Keluar

22 2 0
                                    

Kuangkat galon kosong ke sepeda listrik. Kuantar menuju toko isi ulang galon. Beberapa menit dari kepulanganku, aku disuruh Ayah membeli gula dan teh. Aku jalan kaki ke warung yang berbeda dari sebelumnya. Tadi menuju gang depan rumah, sekarang ke timur jalan raya. Aku tidak mempermasalahkan jaraknya yang lebih jauh.

"Beli apa?"

"Gula dan teh."

Penjual warung ke tempat barang yang kuminta. Dia membawa gula ke meja kasir. "Teh apa?" tanyanya.

"Poci."

Dia pergi lagi, lalu ke kasir. Pikirku akan diambilkan teh celup, tapi dia menaruh teh merek Poci. Karena tidak enak ngomongnya, aku terima teh itu. Kuserahkan uang kepadanya.

Begitu sampai di rumah, aku hendak menggoreng talas yang telah dijemur.  Wajan sayur yang selesai dimasak kuganti dengan wajan untuk penggorengan. Karena penyala apinya tidak bisa diputar, saat itulah aku sadar bahwa gasnya habis. Api di sampingnya juga tidak ada api walau penyalanya aktif.

Kucoba copot-pasang penyambung gas dan kompornya. Kunyalakan, tapi hasilnya nihil. Fiks, gasnya habis. Kuputar sepeda listrik dengan gas sebagai penumpangnya. Aku pergi ke tempat penjual gas. Toko atau warung sebelumnya memang ada gas, tapi aku mau beli ke tempat lain, yaitu ke rumah tetangga yang letaknya tepat di depan rumah, berbatasan jalan raya.

4 Mei 2020

Catatan Kenangan 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang