Dan Bella baru menyadari Romeo sudah berdiri di hadapannya. "Dan tetangga."

Entah kenapa ketika Romeo yang mengatakan itu, justru mengisyaratkan sesuatu yang lain. Yang membuat lampu jalanan menemukan gurat merah di pipinya.

"Baiklah." Bella rasa ia sudah mengatakan apa yang harus dikatakannya. Ia langsung berbalik dan mempercepat jalan untuk pulang. Ia terlihat seperti berlari dan berbelok di ujung jalan demi memperlebar jarak dengan Romeo.

Ketika Bella sudah melihat pintu masuk apartemen, ia juga melihat seseorang yang dikenalinya. Rambut pirang tidak menutupi wajah wanita itu karena terikat, juga karena sedang dipeluk erat.

Langkah Bella terhenti. Itu jelas sekali Petty, sedang berpelukan disertai cumbuan dengan seorang laki-laki, yang sama sekali bukan Romeo.

Petty tidak menolak ciuman laki-laki itu, bahkan terlihat sangat menikmati dengan sambutan menggebu. Berbagai pertanyaan melintas tentang siapa laki-laki yang tengah bersama Petty itu. Lalu Bella terpaku tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Bella tahu rasanya dikhianati. Dan tidak pernah sedikit pun Bella mengira jika orang sebaik Petty bisa melakukannya.

Tapi mengapa Petty mencium laki-laki lain. Bagaimana dengan perasaan Romeo?

Bella tersentak dan berbalik cepat. Ia berlari menuju belokan yang tadi dan langsung saja menabrak Romeo di sana.

Romeo memegangi lengannya. Menahan tubuhnya tidak terjatuh akibat menabrak tubuh keras milik laki-laki itu. Dahi Romeo sedikit mengerut memperhatikan Bella.

"Kau seperti baru saja melihat hantu." katanya.

Bella meneguk ludah. Ia tidak tahu apa yang sebaiknya harus dilakukan. "K-kita tidak boleh lewat jalan ini."

Satu alis Romeo terangkat dengan kerutan di dahi semakin dalam.

"Sebaiknya kita mengambil jalan yang lain. Mungkin jalan memutar lebih baik." Bella menarik Romeo tapi laki-laki itu bahkan tidak bergeming. Romeo terlalu kuat untuk bisa ditariknya.

"Tidak mau."

"Tapi..."

Romeo berhasil melewati Bella dan berbelok di jalan itu.

Bella yang panik mengejar untuk mendahului. Ia sampai di hadapan Romeo dan membuat langkah laki-laki itu terpaksa berhenti. Bella berjinjit dan meletakkan kedua telapak tangannya menutupi mata Romeo.

Sesaat tidak ada respon dari Romeo. Juga Bella yang secara tidak sadar menahan napas atas tindakan di luar kepalanya. Yang berakibat memacu debaran di dadanya semakin hebat.

Bella bisa merasakan bulu mata Romeo bergerak di bawah tangannya. Juga sensasi menyentuh wajah laki-laki itu yang membuat Bella mengamati lebih seksama. Bagaimana ujung rambut Romeo yang jatuh mengenai jari kelingking Bella. Lalu rasa gatal di ibu jarinya yang ingin mengelus turun ke hidung mancung laki-laki itu.

"Apalagi sekarang?" Romeo tidak bergerak begitu pula Bella.

"T-tidak ada."

"Kenapa menutupi mataku?"

Bella memang tidak pandai berbohong dan untuk beberapa alasan ia sedikit menyayangkan hal itu. "Kau tidak boleh melihat dulu."

Kalau Romeo menolak permintaan konyolnya, maka Bella tidak bisa mencegah laki-laki itu melihat cumbuan Petty bersama orang lain. Paling tidak Bella sudah berusaha melakukan apa yang ia bisa. Ia tidak akan ikut merasa bersalah.

Tapi tiba-tiba suara berat milik Romeo terdengar rendah, dan lembut. "Baiklah." katanya.

Bella terdiam karena tidak menyangka Romeo mengikuti keinginannya. Jika ada orang yang lewat melihat mereka, Romeo pasti akan malu dibuatnya.

PrepossessWhere stories live. Discover now